Tahun 2020 merupakan tahun di mana saya merasa paling produktif menulis, walau belum juga menerbitkan buku, hehehe. Semuanya ini bisa terwujud karena adanya komunitas menulis Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) yang kemudian menjadi tempat saya bertemu dengan teman-teman Drakor Class.
Setiap memperkenalkan Drakor Class, saya tidak mungkin tidak menyertakan KLIP, karena kami memang merupakan anggota dari KLIP sebelum kemudian menjadi grup kecil Drakor Class.
Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP)
Saya sudah berkali-kali menceritakan kenapa saya menulis setiap hari dan kenapa saya bergabung dengan KLIP. Saya juga sudah berkali-kali menuliskan tentang Drakor Class di blog ini. Tapi hari ini saya ingin menuliskan pengalaman saya mengikuti KLIP di tahun 2020 yang menghasilkan Drakor Class.
Sebelum tahun 2018, saya sempat lama sekali tidak menulis di blog ini. Awalnya saya mencari motivasi untuk menggebah kemalasan dengan mengikuti grup menulis yang waktu itu diberi nama ODOP99Days (One Day One Post 99 Days). Walaupun dinamai ODOP, persyaratan waktu itu masih cukup ringan. Kami diminta untuk menulis paling tidak sekali semingggu saja.
Tahun 2019, ODOP99Days berganti nama menjadi KLIP. Apa pasal? Ceritanya di bulan November 2018, ODOP menguji coba menantang untuk menulis setiap hari. Tantangan ini terkait dengan adanya kegiatan Nanowrimo yang biasanya dimanfaatkan banyak penulis buku untuk menulis setiap hari dalam sebulan dan menghasilkan tulisan untuk dijadikan buku.
Tahun 2019 sistem setoran tulisan berganti menjadi minimum 10 per bulan. Ya,lumayan bertambah ya dari 1 kali seminggu yang artinya palingan 4 sebulan. Tapi namanya belajar, kalau tidak ada tantangan baru, pasti bosan kan. Tahun 2019, untuk pertama kali diperkenalkan 3 jenis badge setoran. Setoran 10, 20, dan 30. Di tahun 2019, saya berhasil mendapatkan 12 badge walau warnanya berbeda-beda alias tidak selalu menulis setiap hari dalam setahun.
Tahun 2020, saya tidak menetapkan target baru selain mulai ketagihan menulis setiap hari. Kalau di tahun 2019 saya sering kejar setoran menulis menjelang jam cinderella alias pergantian hari, tahun ini saya sudah lebih punya tabungan menulis dan lebih bisa mencari topik dengan lebih mudah.
Tahun 2020 ini, saya juga menemukan kalau menuliskan tentang drama Korea itu merupakan salah satu sumber ide tulisan yang tidak ada habisnya. Terlalu banyak malahan idenya, sampai kadang-kadang diserang lelah sendiri menuliskannya karena sudah menulis banyak, tapi kok masih belum sampai setengah dari apa yang ingin diceritakan. Padahal drama Korea itu cuma 16 episode, yang nulis resensi juga ada banyak, tapi kok ada saja yang bisa dituliskan selain resensi.
Drakor dan Literasi
Setelah memperhatikan beberapa teman di KLIP yang juga suka menuliskan seputar topik drama Korea, terkadang terjadi obrolan yang seru di WAG KLIP yang akhirnya membuat beberapa orang tidak nyaman karena terkadang melihat jumlah message belum terbaca sangat banyak, dan tidak bisa membedakan mana yang penting dan yang tidak (Maaf ya teman-teman KLIP). Akhirnya, supaya tidak menganggu obrolan di KLIP, kami pun membentuk WAG baru. Bener-bener WAG iseng doang, saya kasih nama drakor dan literasi.
Tapi pada dasarnya, di mana ada 2 atau lebih orang dengan hobi yang sama berkumpul, maka akan selalu ada hal-hal menarik untuk dibicarakan. Apalagi, walaupun kami punya 2 hobi yang sama: menulis dan menonton drakor, masing-masing mempunyai keahlian tambahan lainnya. Jadilah grup iseng-iseng drakor dan literasi setiap hari seperti ada pelajaran baru di dalamnya. Obrolan bercampur antara ngomongin drakor sampai ngomongin hal-hal serius seperti bagaimana optimasi blog ataupun teknik mempromosikan tulisan di sosial media. Grup drakor dan literasi ini memang luar biasa.
Drakor Class
Maka, jadilah drakor dan literasi bertranformasi menjadi Drakor Class. Bukan saja menjadi wadah kami menulis seputar drama Korea, tapi juga belajar sosial media dan konten digital lainnya seperti podcast, youtube dan tiktok. Materinya sih tetep dari drama Korea dan turunannya, wujudnya saja yang berbeda.
Di Drakor Class, kami saling berbagi ilmu dan belajar dari yang lebih tahu. Masing-masing tentunya belajar apa yang dibutuhkan ya, tapi saya merasa saya yang paling banyak belajar dari Drakor Class.
Berikut ini hal-hal yang sudah saya pelajari selama 2 bulan mengelola DrakorClass bersama-sama:
- Pelajaran pertama tentunya bagaimana mengelola blog/situs berbasis WordPress dengan multi account. Saya jadi tahu ada berbagai tipe user di wordpress: Administrator, Editor, dan Author, Kontributor dan Subscriber.
- Mempersiapkan blog dari awal sampai mengatur isinya: memilih template, memilih plugin, menjadwalkan tulisan, tentunya bekerjasama dengan teman-teman yang lain.
- Belajar membagi tugas sesuai dengan talenta masing-masing: ada yang sudah lebih dahulu mengerti tentang optimasi konten, ada yang terbiasa bermain canva, ada yang cepat banget kalau diminta tolong menuliskan topik tertentu, ada yang walau belum pernah mencoba langsung berani jadi host IG Live (ehm).
- Belajar bagaimana supaya situsnya bisa ditemukan oleh search engine/optimasi blog. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun ngeblog saya jadi lebih perduli dengan SEO dan teman-temannya, walaupun belum dipelajari sungguh-sungguh, tapi ya lumayan dalam 2 bulan indikatornya bagus.
- Belajar memakai sosial media untuk mempromosikan konten. Saya ingat saya pernah menuliskan betapa saya tidak menyukai instagram dan twitter. Tapi sekarang ini, saya belajar mengerti karakteristik orang-orang di masing-masing sosial media seperti apa.
- Belajar canva! Karena konten itu tidak menarik kalau tidak ada gambarnya, walaupun ada yang biasa nya mendapatkan bagian untuk mendesain, tapi setiap orang jadi ikut ingin tahu bagaimana memakai canva termasuk saya. Ternyata Canva itu lumayan menyenangkan, tapi butuh waktu karena ada banyak sekali pilihan di dalamnya.
- Belajar tampil di depan umum dengan IG Live dan Podcast, tentunya belajar teknik public speaking. Bagaimana menyampaikan apa yang ingin disampaikan dalam waktu terbatas.
- Belajar memanfaatkan apa yang ada yang penting berkarya (podcast dengan rekaman melalui zoom), lalu diambil suaranya saja, upload ke anchor, selanjutnya podcastnya bisa didengarkan dari spotify, google podcast, dan lain-lain.
- Belajar mengedit file audio dan video. Walaupun masih tahap gunting tempel file saja. Nah bagian ini juga menyenangkan, tapi benar-benar butuh waktu mengerjakannya.
- Belajar mengupload ke Youtube dan mengoptimasi bagaimana supaya videonya ditemukan kalau ada yang mencari.
- Dan yang tidak kalah penting adalah belajar membagi waktu lebih baik lagi supaya tetap bisa berkarya dan tetap nonton drakor.
Semua pelajaran diatas belum termasuk pelajaran yg didapat dari apa yang ditonton dalam drakornya.
KLIP dan Membaca Buku
KLIP membuat saya menulis setiap hari dan mempertemukan saya dengan teman sekelas di Drakor Class yang membuat saya belajar banyak hal-hal baru belakangan ini.
KLIP juga membuat saya membaca buku-buku Austin Kleon, yang mungkin secara tidak saya sadari mempengaruhi bagaimana saya yang dulu malas berkomunitas – apalagi dengan orang yang belum pernah saya ketemu secara fisik sama sekali, menjadi merasakan manfaat dari punya komunitas dengan orang yang hobinya sama dengan saya. Buku Austin Kleon juga menyebutkan supaya kita menjadi amatir, dan hasilkan saja karya, tidak harus sempurna, yang penting bahagia.
Semua nasihat dari buku Austin Kleon, rasanya sedang saya lakukan sepanjang tahun 2020 ini. Bukan kebetulan kalau saya membaca bukunya sejak akhir tahun 2019, dan menuliskan resensi bukunya di awal tahun 2020. Bukan kebetulan kalau saya akhirnya mengingat lagi untuk membaca tulisan sendiri, tentunya karena adanya topik-topik dari KLIP juga untuk menuliskan catatan perjalanan sepanjang 2020 bersama KLIP.
Aduh, tulisan ini jadi panjang. Intinya sih, saya bersyukur dan berterimakasih bisa ikut KLIP yang melatih konsistensi menulis dan mengembalikan minat baca saya. Kalau bukan karena KLIP, mungkin saya sudah tidak menulis di blog lagi.