Setelah kemarin menuliskan tentang ucapan syukur di tahun 2021, beberapa hari lalu dapat beberapa hal lagi yang perlu disyukuri. Tantangan Bebras yang diikuti Jonathan di hari ulang tahunnya sudah keluar hasilnya, dan Jonathan mendapatkan full score alias nilai 100 dari 100. Dari sekitar 5 ribu peserta untuk kelas 4-6 SD, hanya ada 64 orang yang mendapat nilai penuh.
Tantangan Tahunan
Tahun ini merupakan tahun ke-3 Jonathan mengikuti kegiatan Bebras Challenge secara online. Sayangnya, di tahun pertama, kegiatannya masih belum tertata baik dan sepertinya saya terlewat pengumumannya.
Saya menuliskan juga tentang kegiatan Tantangan Bebras tahun 2020 lalu, dan hasilnya Jonathan menjadi juara harapan ke-2. Mungkin karena semangat yang sedang berulang tahun, atau ya namanya juga sudah lebih besar, Jonathan ternyata bisa mendapatkan nilai sempurna di kesempatan kali ini.
Sungguh hal yang patut disyukuri, dan hadiah ulang tahun ke-11 yang semoga jadi pemacu semangat untuk tahun-tahun ke depan untuk Jonathan. Papa dan mama ya tentu saja ikut bangga.
Yang juga membahagiakan adalah, Omanya Jona ikut memberi hadiah tambahan untuk Jonathan. Tahun lalu juga Oma kasih hadiah, bukan karena menang, tapi karena Jonathan bersemangat tetap ikut tantangan Bebras ini. Tahun ini hadiahnya sekalian buat hadiah ulang tahun. Terimakasih Oma.
Tentang Bebras
Mungkin banyak yang masih belum mengerti, apaan sih Bebras itu? Kenapa ada tantangannya? Apa hubungannya dengan beras? Bukan, ini bukan beras tapi bebras. Tapi ini penting diketahui, bukan tantangannya saja, tapi anak jaman sekarang perlu punya kemampuan berpikir menyelesaikan masalah dengan landasan komputasi.
Saya sudah pernah menuliskan tentang gerakan PANDAI dan berpikir komputasional. Saya akan menuliskan kembali apa sih Bebras itu untuk kamu yang malas membuka link yang sudah saya berikan.
Bebras itu tantangan berpikir komputasional, berpikir komputasional itu bukan cuma untuk orang yang mau berhitung atau main komputer saja, tapi bisa diaplikasikan untuk segala bidang pelajaran dan intinya adalah penyelesaian masalah bukan dengan tebak-tebakan, tapi ada landasannya.
Berpikir Komputasional itu wajib dipelajari
Mungkin akan ada yang merasa tidak perlu belajar berpikir komputasional. Menurut World Economic Forum, ada 10 keahlian yang dibutuhkan di tahun 2025, dan 7 dari 10 yang tertera di infografis ini menunjukkan pentingnya kita memiliki kemampuan berpikir komputasional.
Penyelesaian persoalan dan penggunaan dan pengembangan teknologi itu semua bagian dari berpikir komputasional. Kabar baiknya adalah, kemampuan berpikir komputasional itu tidak serumit judulnya dan bisa dipelajari oleh siapa saja dalam waktu yang tidak pakai lama. Dengan catatan tentu saja harus dilatih terus menerus.
Dengan kemajuan internet saat ini, dengan tersedianya berbagai kelas online, menurut situs weforum beberapa keahlian yang dibutuhkan bisa kita pelajari dalam hitungan bulan.
Bukan hanya untuk programmer komputer
Mungkin ada yang berpikir karena kami bisa mrogram, maka anak-anak diarahkan jadi programmer komputer juga. Padahal tidak seperti itu sih. Sepertinya karena melihat papa mamanya sibuk di depan komputer, anak-anak jadi ingin tahu apa yang dilakukan orang tuanya dan ya tentunya kami lebih bisa menjelaskan apa yang memang menjadi bidang kami dibandingkan kalau anak-anak minta diajari hal terkait seni.
Sejauh ini, anak-anak kami memang lebih menyukai matematika daripada bidang lainnya. Tapi, mereka tentu saja masih lebih suka main game daripada belajar mrogram. Tentunya, perlu pilih-pilih gamenya yang sifatnya sekalian berlatih problem solving seperti Human Resource Machine dan 7 Billion Humans.
Penutup
Sudah membaca sampai sini dan masih bingung apa itu bebras, gerakan pandai dan berpikir komputasional? Coba deh jalan-jalan ke situs Gerakan PANDAI dan menonton beberapa video penjelasan dari podcast yang ada di sana.
Pada akhirnya, berpikir komputasional itu bukan pelajaran untuk orang yang mau jadi programmer komputer doang, bukan sekedar kemampuan kognitif tapi juga berupa sikap, kebiasaan dan budaya berpikir yang perlu dilakukan sehari-hari. Bahkan kemampuan berpikir komputasional ini penting untuk kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim yang sering dianggap ilmu sosial dan tak terkait dengan komputasional.
Harapannya semoga saja di tahun-tahun berikutnya selain kami, makin banyak yang menularkan semangat berpikir komputasional ini ke anak-anak dan sekitarnya. Sukses juga untuk Gerakan PANDAI dan Bebras Indonesia yang penyelenggaraan tantangannya semakin tertata rapi dari tahun ke tahun.
wah baru tau soal bebras… thanks teh Risna