Kloning Massal Windows Bagian 2: Cloning dengan CloneZilla

CloneZilla merupakan program cloning disk berbasis Linux yang memiliki banyak sekali fitur. Clone Zilla dapat digunakan untuk clone via USB disk maupun network, mendukung kompresi dan juga enkripsi. Saya tuliskan pengalaman saya memakai program ini cloning laptop di IOI 2022.

IOI 2022 diselenggarakan di sebuah hotel, dan ketika diminta mempersiapkan laptop, belum ada kepastian tentang detail teknis ruangan dan juga networkingnya. Laptop disimpan di salah satu kamar (tidur) hotel, bukan di ruangan khusus. Saya mempersiapkan dua kemungkinan: melakukan cloning via USB atau cloning via network. Sebenarnya clone via network lebih cepat, tapi ternyata jaringan baru bisa disetup mepet sekali ke waktu perlombaan, jadi akhirnya cloning via USB yang dilakukan.

Laptop disimpan di kamar hotel

Karena komputer yang dipakai menggunakan NVME SSD, proses cloning cukup cepat, kurang dari 10 menit per laptop (termasuk waktu untuk membuka boks, menyalakan laptop, booting, sampai selesai cloning dan memasukkan lagi laptop ke boks). Dengan mengerahkan beberapa orang dan 10 USB disk, 300 laptop bisa diclone dalam waktu relatif singkat.

Setiap laptop perlu dicek kelengkapannya dan apakah bisa booting

Untuk tulisan ini, saya hanya akan membahas cloning dengan USB disk saja. Saya juga akan batasi hanya akan memakai sistem berbasis UEFI, bukan BIOS klasik. Cloning via network juga tidak terlalu sulit (sudah built-in dalam CloneZilla, tidak perlu setup server khusus), tapi tidak akan dibahas.

Foto-foto yang ada di posting ini saya ambil ketika dulu mengkonfigurasi laptop. Harap maklum kalau kualitas teksnya tidak semuanya jelas, karena tadinya hanya sekedar untuk catatan pribadi.

Download CloneZilla

CloneZilla bisa didownload di: https://clonezilla.org/downloads.php. Ada beberapa versi yang bisa dipilih, sebaiknya pilih yang stable. Versi Debian dan Ubuntu seharusnya sama saja, tapi jika ada masalah dengan secureboot, memakai versi Ubuntu biasanya akan menyelesaikan masalahnya.

Untuk komputer UEFI, download versi ZIP, dan di langkah berikutnya akan saya tuliskan panduan membuat boot disknya.

Membuat Bootable USB CloneZilla

Boot disk UEFI sangat mudah dibuat: kita hanya perlu partisi FAT dan menaruh file-filenya di partisi itu. Tapi untuk pembuatan USB ini ini saya akan membuat dua partisi, satu FAT, dan satu lagi NTFS. Satu untuk booting dan satu untuk menyimpan disk image. Alasannya memakai NTFS: ukuran file di partisi FAT maksimum adalah 4GB sedangkan disk image ukurannya lebih dari itu.

Pembuatan partisi bisa menggunakan command line diskpart. Tapi jika kurang paham, sebaiknya memakai GUI saja, nanti kalau salah malah bisa menghapus partisi di disk lain. Di sini saya akan menuliskan panduan dengan GUI.

Jalankan Disk Management.

Jalankan Disk Management

Hapus partisi yang sudah ada, pastikan drivenya benar (yang Removable). Di sini terlihat disk “Removable 57.30 GB”.

Buat simple volume 500MB FAT. Ini akan kita gunakan untuk hasi ekstraksi CloneZilla live. Saat ini ukuran CloneZilla kurang dari 500mb, tapi kalau ternyata lebih besar di masa depan, ubahlah agar muat.

Partisi satu lagi dibuat untuk menampung disk image. Jadi gunakan saja seluruh sisa disknya.

Jika sudah benar, hasilnya kira-kira seperti ini:

Tentunya ini tergantung pada ukuran disk yang Anda pakai.

Sekarang Unzip CloneZilla ke root direktori EFI, jangan buat folder lagi. Seharusnya akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Sekarang disk ini sudah bisa dipakai untuk membuat disk image . Nanti akan saya beritahu bagaimana membuat bootdisk yang bisa restore otomatis.

Membuat disk image Windows

Setelah Windows disetup, dan dipersiapkan dengan sysprep seperti yang saya jelaskan pada artikel sebelumnya, maka kita siap membuat disk imagenya. Jadi setelah menjalankan sysprep, Windows akan shutdown dan laptop dalam keadaan off. Boot dari USB CloneZilla untuk mulai membuat disk image. Jika kelupaan atau salah dan masuk Windows, jalankan lagi sysprep dan ulangi langkahnya.

Ada banyak opsi CloneZilla Live, dan bisa dipilih yang manapun. Saya memilih VGA with large font karena di laptop yang diclone, teksnya sangat kecil. Opsi To RAM artinya CloneZilla akan diload ke RAM dulu sebelum dijalankan. Setelah diload ke RAM, USB nanti bisa dicabut/tukar dengan USB lain. Jika ada lebih dari satu USB port di laptop, maka To RAM Tidak terlalu penting.

Berikutnya kita ingin membuat image, jadi pilih “device image”, dan ke “local dev” (ke USB). Saya pernah juga mencoba yang lain (NFS), langkahnya mirip, tapi harus melakukan langkah persiapan NFS server untuk penyimpanannya.

Karena sudah diload ke RAM, kita bisa menggunakan USB lain (mencabut USB saat ini) untuk penyimpanan imagenya. Tapi karena USB ini sudah dipartisi, dan kita ingin memakai partisi NTFS untuk menyimpan disk imagenya, maka kita bisa tekan enter saja.

CloneZilla akan melakukan scanning USB baru sampai muncul devicenya. Karena kita tidak memakai device baru, ini akan instan muncul, dan bisa langsung menekan Control-C.

Setelah control-C ditekan, pilih partisi untuk menyimpan disk image. Catatan: di sini saya memakai USB 64 GB, dan partisi NTFS ukurannya yang 56.8 GB. Jadi saya pilih itu. Ingat-ingat di sini saya menyimpan ke sda2. Di komputer Anda mungkin beda (mungkin jadi sdb2 atau yang lain, ini penting untuk restore otomatis nanti)

Untuk gampangnya, pakai saja root directory (defaultnya itu), tidak perlu menyimpan image di folder khusus, jadi pilih saja Done.

Selanjutnya pilih beginner mode saja, ini saja sudah ada banyak opsinya, yang expert lebih banyak lagi opsinya.

Beri nama imagenya, dalam kasus ini saya beri nama ioi. Ingat nama ini ketika ingin restore otomatis.

Ada pilihan apakah kita ingin menyimpan disk atau satu partisi saja. Kita pilih disk, karena Windows memiliki beberapa partisi (EFI, Windows, Recovery).

Pilih disk sourcenya. Dalam kasus ini saya ingin mengclone NVME 512 GB. CloneZilla ini cukup pintar, bisa mengerti bagian disk yang kosong: tidak butuh USB 512 GB karena Windowsnya masih relatif kosong, hanya terpakai sekitar 7 GB saja, hanya bagian disk yang berisi data yang akan masuk image.

Perhatikan nama nvme01, ini diperlukan jika ingin restore otomatis di jenis laptop yang sama. Di laptop/komputer Anda namanya mungkin bukan NVME (bisa jadi sda, sdb, atau yang lain)

Perhatikan nama source diskna

Berikutnya, kita pakai saja setting default, kecuali bagian kompresi, saya pilih ZSTD karena ini jauh lebih cepat dari gzip. Tapi jika Anda pilih gzip juga boleh.

Pakai opsi default kecuali yang terakhir.

Akan muncul pilihan: jika sudah selesai membuat disk imagenya, apa yang harus dilakukan? saya pilih “choose”, artinya akan ditanya lagi di akhir apakah kita ingin reboot/shutdown/poweroff. Saya pilih ini supaya saya bisa melihat dulu kalau ada error sebelum restart/poweroff.

Apa yang akan dilakukan setelah selesai proses pembuatan disk image.

Masih ada satu pertanyaan lagi apakah sudah yakin. Jawab ‘y’

Konfirmasi terakhir

Membuat disk image ini agak lama (30 menit atau lebih), tergantung kecepatan disk (dalam kasus ini NVME, sangat cepat) dan kecepatan menulis ke USB disknya (dalam kasus ini USB disk saya cukup lambat).

Setelah selesai, coba cek hasilnya di Windows. Akan terlihat file-file disk image.

Cloning/Restore

Langkah berikutnya adalah menuliskan hasil cloning ini ke laptop baru. Ini bisa dilakukan manual (memilih menu), atau bisa otomatis. Untuk langkah manual, ikuti semua langkah di atas, tapi karena sudah ada disk image, maka akan muncul opsi baru “restore disk” di bawah “save disk“, dan di situ kita bisa memilih restore ke disk mana.

Untuk mengclone ratusan komputer, langkah manual ini terlalu lama. Yang diinginkan adalah: colok USB, akan otomatis boot ke USB, dan akan otomatis menuliskan image ke NVME tanpa perlu menekan apapun. Di IOI, sesuai pesanan kami ke Acer, semua komputer memiliki prioritas boot USB disk sebelum Windows, jadi kami tidak perlu mengubah urutan boot. Jika diperlukan, gunakan USB rubber ducky untuk mengubah settingnya dengan cepat.

Untuk restore otomatis, caranya, edit boot\grub.cfg (ada di partisi EFI) ganti semua teks ini:

ocs_live_run="ocs-live-general" ocs_live_extra_param="" ocs_live_batch="no"

Menjadi:

ocs_live_run="ocs-live-restore" ocs_repository="dev:///dev/sda2" ocs_live_extra_param="-g auto -e1 auto -e2 -r -j2 -c -k0 -scr -p choose restoredisk ioi nvme0n1" ocs_live_batch="yes"

Perhatikan aksi ocs-live-general diubah menjadi ocs-live-restore untuk restore.

Sesuaikan hal berikut ini:

  • sda2 sesuai dengan USB disk (ocs_repository merupakan setting sumber restore)
  • ioi sesuai dengan nama imagenya
  • nvme0n1 sesuai dengan nama targetnya

Opsi sisanya sebenarnya adalah opsi generik, lengkapnya bisa dibaca di manual clonezilla.

  • -g auto untuk menginstall bootloader otomatis di target (penting jika memakai Grub, tidak penting jika memakai Wndows)
  • -e1 auto akan mengatur geometri disk otomatis untuk NTFS
  • -e2 sfdisk memakai geometri dari EDD (enhanced disk drive)
  • -r resize partisi agar cocok dengan target
  • -j2 clone data tersembunyi antara MBR dan partisi pertama
  • -c tunggu konfirmasi sebelum cloning

Setelah itu boot USB disk ini di komputer baru, maka proses restore otomatis dilakukan.

Penutup

Sebenarnya ada banyak solusi komersial cloning disk, dan kadang lebih mudah. Menurut saya Clone Zilla ini jauh lebih fleksibel dan fiturnya sangat banyak, serta data dipercaya. Selain Windows, CloneZilla bisa dipakai untuk clone apa saja.

Ini seri terakhir dari pengalaman membantu IOI. Dari membantu IOI ini, saya sudah membuat beberapa tulisan:

Dan ternyata tulisan saya yang dulu VPN dengan Tinc membantu saya mempersiapkan skrip VPN untuk perlombaan.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.