Sebulan Menggunakan Mobil Listrik MG 4D EV

Tulisan ini bukan iklan, tetapi catatan pengalaman kami menggunakan mobil listrik MG 4D EV di Chiang Mai, Thailand. Mobil ini di Indonesia dikenal dengan sebutan MG 4 EV versi yang tanpa iSmart. Singkatnya: kami merasa puas memakai mobil ini selama sebulan pertama.

Mobil sebelumnya Nissan Almera kami beli bekas (umur 3,5 tahun) di tahun 2015. Setiap 6 bulan sekali saya bawa untuk periksa rutin ke bengkel termasuk untuk ganti oli dan lain-lain. Sejak tahun 2019 saya mencatat setiap kali harus ke bengkel mobil. Walau tahun 2020 pandemi dan kami jarang memakai mobil, ternyata mobil yang kami gunakan semakin sering dibawa ke bengkel. Mulai dari tahun 2019 kami perlu ganti AC Mobil, tahun 2020 benerin rem dan tali kipas mesin mobil, di tahun yang sama ganti baterai mobil lagi. Selanjutnya sepanjang 2021 dan 2022 ada beberapa hal lagi yang perlu diganti sehingga pada akhir tahun 2022 kami semakin serius mempertimbangkan untuk ganti mobil.

Beberapa bulan terakhir di tahun 2023 ini, saya sudah 3 kali ke bengkel karena indikator lampu periksa mesin menyala yang katanya dikarenakan sensor antara rem dan gas yang perlu pemeriksaan lebih lanjut. Kalau menurut bengkel resmi Nissan, untuk memeriksa dan membenarkan kerusakannya kemungkinan butuh waktu agak lama dan biaya yang tidak sedikit. Dengan kata lain bengkel sudah menyarankan kami ganti mobil saja.

Sebenarnya, sejak membeli mobil di tahun 2015, kami sudah merencanakan untuk ganti mobil dalam waktu 5 tahun ke depan (sekitar tahun 2020). Jadi menabungnya sudah dilakukan sedikit demi sedikit. Tetapi karena pandemi di tahun 2020 dan kebanyakan di rumah saja, kami mengurungkan niat beli mobil. Tahun ini anak-anak ikut kegiatan grup homeschool seperti sekolah, saya harus antar jemput setiap hari. Mobil rusak menjadi terasa mengganggu kegiatan. Makanya nih, setelah berkali-kali harus ke bengkel, kami memutuskan untuk membeli mobil baru saja, dan pilihan jatuh pada mobil listrik MG 4D EV.

Alasan memilih MG 4D EV

MG Station ada setiap 150 km seluruh Thailand

Dari antara berbagai merek mobil listrik yang tersedia di Thailand, kami memilih MG 4D EV. Alasannya sih selain harga masih terjangkau, kapasitas baterai besar, ukuran mobil normal (nggak mini banget kayak wuling), ada banyak sekali MG Station tersebar di seluruh Thailand. Klaimnya sih ada MG Station setiap 150 km di Thailand. Tapi jangankan jarak 150 km, dekat rumah kami saja ada 2 MG Station yang kurang dari 5 km jaraknya dari rumah.

Kami tidak membeli MG 4X EV yang versi dengan iSmart karena harganya lebih mahal 100.000 baht dari MG 4D, selain itu Joe merasa dengan perbedaan harga segitu lebih baik dia oprek bikin aplikasi sendiri.

Ketika kami membeli mobil MG, kami juga mendapatkan emergency charger dan wall charger yang bisa dipakai di rumah. Tetapi, penggunaan emergency charger ini sesuai judulnya butuh waktu lama dan tidak bisa diandalkan untuk pemakaian setiap saat. Masalah pemasangan wall charger juga membutuhkan waktu karena perlu meminta saluran khusus dari PLN. Sementara menunggu wall charger terpasang, kami tidak perlu khawatir karena ada banyak tempat untuk mengisi baterai mobilnya.

Bonus yang kami dapatkan selain wall charger dan biaya instalasinya, kami juga mendapatkan asuransi mobil kelas pertama selama 3 tahun dan gratis pemeriksaan mobil sampai dengan 100.000 km atau 5 tahun . Selain itu baterai mobil juga ada garansi sampai dengan 8 tahun atau 180.000 km. Kekhawatiran soal baterai mobil listrik yang konon harganya mahal, dicover oleh adanya garansi sampai beberapa tahun ke depan.

Mengisi baterai di EV Station di Chiang Mai

Kelebihan dari mengisi batere di EV Station tentu saja bisa lebih cepat dibandingkan menggunakan charger rumah. Karena kami belum pasang wall charger di rumah, kami sudah mencoba beberapa MG Station dan juga EV Station lainnya di Chiang Mai.

MG Station di Chiang Mai, ada yang jaraknya cuma 1.6 km dari rumah

Sebelum mengalami sendiri, saya pikir semua charger mobil listrik itu sama saja. Ternyata seperti ponsel ataupun laptop dan benda dengan baterai lainnya, ada berbagai jenis kepala charger dan kecepatan charger tergantung kemampuan chargernya menyalurkan daya ke baterai.

Di Chiang Mai, saya sudah mencoba 2 MG Station dan 2 EV station lain. Masing-masing tempat ini ternyata memiliki daya charging yang berbeda. Setiap EV Station ini memiliki aplikasi yang berbeda. Kita perlu mendaftarkan untuk mendapatkan akun, lalu memasukkan metode pembayaran atau top up ke walletnya.

Untungnya, walau aplikasinya berbeda, garis besar cara mengisi baterai menggunakan aplikasi relatif sama. Dari aplikasi, kita bisa melihat lokasi EV station ada di mana saja lalu memesan slot waktu untuk charging. Ketika sampai di lokasi sesuai waktu yang dipesan, hubungkan kabel ke mobil, kunci konektornya ke mobil. Beberapa aplikasi akan meminta kita menscan qrcode sebelum memulai charging. Dari aplikasi akan ada petunjuk sudah berapa banyak daya terisi ke baterai dan kita tinggal pencet stop kalau mau berhenti. Dana pembayaran akan otomatis terpotong dari akun yang kita daftarkan atau dari wallet yang sudah kita isi.

Sistem pengisian dengan aplikasi ini agak sulit di awal, tetapi lama-lama sangat praktis. Tidak ada orang yang menunggui dan membantu kita untuk proses charging. Semua dilakukan sendiri dengan petunjuk dari aplikasi. Masalah pengisian baterai ini terkadang merepotkan karena kabel colokannya berat dan tidak terlalu panjang, karena port charging MG4 EV letaknya di belakang kiri, terkadang agak repot harus parkir mundur ke arah chargernya.

Kabelnya besar dan berat, pastikan masuk dengan benar sebelum mengisi baterai

Super Charge di MG Station

MG station memiliki daya charge 50 kW, perhitungan biaya charge di MG Station ini 7,5 baht per kWh (1 baht sekitar 425 rupiah). Dari pengalaman, untuk menambah daya sebesar 23 kWh, biayanya sekitar 173 baht dan butuh waktu 1 jam lebih sedikit. Untungnya sih, di MG Station ini selalu ada ruang tunggu untuk pelanggan MG. Ruang tunggunya ada wifi, AC dan ada snack dan minumannya gratis. Bahkan ada yang menyediakan Ice cream cup segala! Di dekat MG Station juga ada coffee shop, jadi ada pilihan sambil ngopi pagi sambil charging.

Kelemahan charging di MG station ini adalah di 1 MG Station hanya ada 1 slot charging, mungkin karena yang bisa mengisi baterai hanya mobil merek MG saja, sehingga tidak merasa perlu menyediakan lebih dari 1 slot. Karena saya selalu melewati tempat ini sehabis mengantar anak-anak, saya jarang memesan slot charging. Biasanya saya akan mengisi baterai kalau melihat sisa batere antara 30 – 40 persen dan ketika lewat MG Station slotnya kosong. Kalau misalnya slotnya berisi, ya saya tunda mengisi baterainya atau nanti isi di EV Station lain.

Isi baterai mobil di MG Station

EV Station di Mall

Kami juga mencoba isi batere di mall. Tadinya berpikir lumayan kan mengurangi masalah mencari tempat parkir di mall. Lagian biasanya kalau main ke mall bisa beberapa jam tuh, jadi ga perlu merasa lama menunggu charging. Tapi ternyata, charger untuk mengisi baterai di mall ini bukan super charge dan dayanya cuma 7kW. Tempat mengisi baterai di mall ini juga menetapkan harga flat 60 baht per jam. Katanya kalau memasuki jam berikutnya, walaupun tidak diselesaikan jam berikutnya, tetap akan memotong 60 baht berikutnya. Haish, sudahlah dayanya kecil, kok perhitungannya begitu ya. Kalau dibandingkan dengan MG Station, jelas tempat di mall ini lebih mahal, tetapi sebenernya masih lebih murah kok dibanding isi bensin yang dulu biasanya menghabiskan 1000-an baht setiap isi bensin.

Kelebihan tempat ini ya jelas karena lokasinya di mall di tempat parkir indoor, lebih nyaman waktu memasang kabel ga akan kepanasan atau kehujanan. Selain itu, ada 10 slot charging dari 2 perusahaan yang berbeda. Tapi artinya juga harus mencoba menginstal 2 aplikasi kalau misal yang satunya penuh.

EV Station di SPBU PTT

PTT (Petroleum Authority of Thailand) adalah sejenis Pertamina di Indonesia. Di beberapa Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum(SPBU) PTT tersedia juga EV Station. Setiap SPBU yang memiliki EV Station tersedia 3 slot dengan jenis kepala charging yang berbeda. Untuk menggunakannya juga butuh aplikasi yang berbeda lagi. Tetapi harganya sih sama dengan di MG Station, sekitar 7,5 baht per kW.

Display di EV Station di SPBU dengan 3 slot charging

Kelebihan dari EV station ini adalah daya chargingnya lebih besar sekitar 120 kW. Saya membutuhkan waktu 26 menit untuk mengisi sekitar 23 kWh. Dengan biaya yang sama dengan di MG Station, rasanya tempat ini akan menjadi tempat favorit saya untuk isi baterai. Apalagi di SPBU ini sudah seperti rest area antar kota antara propinsi, selain minimarket dan toilet, di SPBU ini ada banyak toko yang berjualan makanan dan minuman. Tempat parkirnya juga luas.

Pengalaman menggunakan MG 4D EV

Mobil MG 4D EV menggunakan baterai Lithium Iron Phosphate dengan kapasitas 51 kWh dan klaimnya cukup untuk menempuh jarak 425 kilometer (dengan catatan AC tidak dinyalakan dan pakai mode eco).

Dengan jarak rumah dan sekolah sekitar 9 km, sehari saya menghabiskan 36 kilometer. Teorinya saya tidak perlu charge batere selama 10 hari lebih, tapi kan itu jarak buat ke sekolah saja dan pastinya saya perlu belanja dan berbagai keperluan lainnya. Kalau memang tidak banyak kegiatan kemana-mana, secara rutin mengisi baterai sekali seminggu itu cukup. Biasanya saya akan mencharge setelah baterai tersisa 30 persen, dan charge sampai dengan di atas 80 persen. Jadi saya butuh kira-kira menambah daya sebesar 25 kWh.

Kapasitas baterai 93 persen, jarak tempuh 338 km dengan model Normal dan AC menyala

Masalah utama saat ini karena belum bisa charge di rumah ya masalah pengisian baterai. Untungnya di Chiang Mai ada banyak sekali EV Station. Selain yang sudah saya coba, masih ada beberapa aplikasi lain yang mungkin akan saya coba kalau memang lokasinya bagus dan bisa mengisi baterai dengan cukup cepat.

Kesan pertama memakai mobil listrik

Seharusnya ini dituliskan di awal ya. Kesan pertama tentu saja berasa seperti meluncur dengan mulus dan gak biasa dengan mobil yang gak perlu masukin kunci ataupun pencet tombol start. Asalkan kunci berada bersama saya, saya bisa membuka pintu, lalu masuk dan duduk di kursi supir, mesinnya langsung menyala.

Ada juga sedikit rasa kagok karena ini mobil desain Eropa, stik untuk memberi tanda belok kanan dan kiri ada di sebelah kiri dan wiper di sebelah kanan. Kekagokan berikutnya adalah tidak ada pegangan untuk ganti gigi. Jadi yang ada hanya diputar untuk maju mundur dan netral. Mobil ini rem tangannya tidak ditarik seperti rem tangan biasa, tetapi bisa dipencet saja. Cuma butuh beberapa hari, saya sudah terbiasa dengan fitur ini.

Mobil ini dilengkapi dengan berbagai sensor yang lumayan membantu buat parkir. Selain itu ada peringatan kalau ada yang tidak mengenakan seatbelt. Mobil ini dilengkapi ADAS (Advanced driver-assistance system). Mobil bisa membaca rambu lalu lintas batas kecepatan, dan di dashboard ada indikator yang akan berkedip kalau kita melewati batasnya. Fitur ADAS yang agak mengagetkan adalah kalau kita melewati jalan yang garis putus-putusnya terbaca, ketika kita melewati garis tanpa menyalakan lampu sign, akan ada bunyi peringatan dan setirnya terasa dibelokkan supaya kita tidak semakin melewati garis. Walau awalnya agak kaget, dengan bunyi yang ada, saya jadi lebih memperhatikan jalan.

Kesan selanjutnya

Selama sebulan ini cukup senang menggunakan mobil ini. Kalau biasanya sehabis lampu merah mobil terasa berat untuk begegas cepat, sekarang bisa dengan santai injak gas dan mobil langsung meluncur. Saya juga tidak perlu menginjak rem terlalu lama ketika di lampu merah, karena saya bisa menginjak rem agak dalam, dan mobil akan berhenti seperti memasang rem tangan. Ketika lampu beganti hijau saya tinggal injak gas dan cusss meluncur lagi deh.

Satu kesan yang awalnya terasa kurang baik adalah kekhawatiran tentang mengisi baterai, sepertinya ini dialami oleh kebanyakan orang yang baru beralih ke mobil listrik. Sekarang sih sudah tidak terlalu khawatir melihat persentase kapasitas baterai mobil berkurang. Toh sudah tau beberapa tempat untuk mengisi baterai. Memang akhirnya masih perlu merencanakan untuk menyediakan waktu khusus untuk mengisi baterai, tetapi ya anggap saja sambil ngopi atau membeli sesuatu ke mini market, atau bahkan makan siang. Dengan aktifitas sekarang ini, saya rata-rata mengisi baterai sekali seminggu.

Kesimpulan: Happy dengan EV

Selama sebulan menggunakan EV, kami menghabiskan sekitar 1000 baht untuk mengisi baterai di EV Station. Sebelum menggunakan EV, saya menghabiskan antara 1000 – 1300 baht per minggu mengisi bensin. Kalau dikalikan untuk sekian tahun ke depan, rasanya membeli mobil EV ini salah satu keputusan terbaik saat ini.

Sebagai catatan, pemerintah Thailand sangat mendukung penggunaan mobil listrik di Thailand dan memberi subsidi sehingga banyak pilihan mobil listrik yang harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan mobil listrik di Indonesia. Banyak mobil listrik yang dijual di Thailand (termasuk Tesla) dan banyak yang harganya lebih murah dari Tesla.

Buat catatan, harga ini sampai dengan akhir Agustus 2023

Pemerintah Thailand juga mensubsidi biaya charge mobil listrik. Kalau kita mencharge di rumah, di malam hari, diberikan tarif khusus sekitar 4 baht per kWh. Kalau bisa charge di rumah, walaupun daya chargenya lebih kecil dan akan butuh waktu lebih lama, tapi jauh lebih hemat daripada mengisi di EV station. Akan tetapi ketersediaan EV Station di berbagai tempat juga menghilangkan kekhawatiran kehabisan baterai di tengah perjalanan.

Kapan-kapan kalau rajin, saya akan menuliskan tentang berbagai mobil listrik yang pernah kami pertimbangkan sebelum akhirnya memilih MG 4D EV ini. Oh ya, harga pasaran mobil MG baru saja turun untuk semua jenis 100.000 baht, tetapi bonusnya juga berubah. Apakah menyesal beli terlalu cepat? Nggak juga sih, kami memang sudah butuh ganti mobil sejak pertengahan Agustus dan kami mendapat berbagai bonus yang nilainya mendekati perbedaan harga. Turunnya harga ini tentunya karena pengaruh persaingan masuknya berbagai model mobil listrik lain ke Thailand, persaingan EV di Thailand memang sangat ketat dan kemungkinan masih akan turun terus. Pastinya harga mobil jenis yang sama di sini bisa lebih murah sampai setengah harga dari mobil listrik di Indonesia.

Harga promosi baru selama September 2023

Harapannya di masa depan, EV ini bisa semakin banyak digunakan untuk mengurangi polusi dari kendaraan. Selain itu tentunya diharapkan ditemukan kapasitas baterai yang lebih besar dan waktu pengisian baterai yang lebih singkat.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

4 thoughts on “Sebulan Menggunakan Mobil Listrik MG 4D EV”

  1. Cakeepnyaa.. ci MG.
    Pingin euuii~

    Di Thai MG uda masuk yang listrik yaa…
    Aku terakhir kali ke pameran automotif, MG Indo masi yang series BBM.

    1. Hehhee, ini justru make MG karena tertarik beralih ke EV. Sejauh ini sih hepi dengan MG walau awalnya kagok kanan kiri lampu sign.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.