Saya suka memainkan game lawas (retro) dengan berbagai device handheld dan ngoprek berbagai device lama. Tadinya hanya satu device yang sama miliki, kini sudah jadi banyak. Di sini saya ingin menjelaskan tentang hobi saya ini.
Contents
Retro Gaming
Retro Gaming adalah memainkan atau mengoleksi game-game lama baik dengan hardware aslinya, maupun dengan emulator. Definisi kapan tepatnya “game lama” bervariasi tergantung orangnya.
Kenapa Retrogaming?
Sebagian orang akan menjawab karena nostalgia. Sebagian lagi memang suka dengan game lama (bukan cuma orang tua yang mengikuti hobi ini): lebih sederhana, bisa cepat dimulai, bisa gampang ditinggalkan, tidak butuh waktu sangat lama untuk menamatkan gamenya.
Saya sendiri dulu hanya pernah punya NES dan Sega Genesis waktu masih kecil, dan tidak punya teman yang punya console jenis lain (selain Gameboy yang pernah dipinjami sekitar seminggu). Tidak banyak game yang saya mainkan karena dulu hanya punya sedikit cartridge, dan tidak punya teman banyak untuk bertukar game.
Hobi retrogaming saya awalnya ada faktor nostalgia: dulu saya ingin menamatkan game-game yang dulu tidak berhasil saya selesaikan. Sekarang game-game tersebut sudah tamat, tapi sekarang tetap suka memainkan game lain yang dulu tidak pernah saya kenal.
Secara pribadi, saya suka retrogaming karena suka mempelajari pemrograman console lama. Dulu saya penasaran bagaimana berbagai game bekerja, sekarang udah nggak penasaran lagi, karena sudah banyak yang membahas internalnya. Membuat game sederhana juga bisa dilakukan relatif mudah.
Game lama dan baru
Perlu dicatat: masih banyak orang yang membuat game baru untuk console lama, ada yang sekedar memberikan file ROM-nya untuk didownload, dan ada yang menjual cartridgenya untuk dimainkan di console originalnya.
Berbagai game modern yang sederhana (misalnya: 2048, Flappy Bird, Wordle) juga diporting ke console lama. Versi console lama ini kadang terasa lebih menyenangkan karena jika dimainkan di ponsel akan terganggu iklan, notifikasi, dsb.
Tidak cuma game sederhana, ada orang juga memporting game yang cukup kompleks ke console lama. Ini istilahnya adalah “demake”. Salah satu contoh yang sangat kompleks adalah demake Portal untuk Nintendo 64.
Sebaliknya: beberapa game lama juga kadang diporting ke console atau PC jadi bisa dimainkan tanpa emulasi dan tanpa console lama. Kadang grafik lama dipertahankan, kadang dibuat grafik baru, dan kadang keduanya bisa dipilih.
Level Hobi Retrogaming
Seperti semua jenis hobi, levelnya beraneka macam, ada yang levelnya mahal dan murah. Contoh yang mahal adalah mengoleksi semua device dan game cartridge original, dengan monitor CRT supaya terasa seperti jaman dulu.
Ada yang memakai FPGA (misalnya MisterFPGA) untuk mengemulasikan hardware yang lebih akurat dibandingkan emulasi software. Tapi kebanyakan orang di level menengah, atau bawah.
Sebagian orang melakukan retro gaming di PC atau di Single Board Computer seperti Raspberry Pi. Sebagian orang cukup memakai handphone (terutama Android, di iOS juga bisa tapi repot). Sebagian orang (seperti saya) suka memiliki device yang bisa dipegang tangan dengan tombol dan direction pad (DPAD).
Di tulisan ini, saya hanya akan membahas retro gaming handheld saja (retrograming yang portabel). Saya juga melakukan retro gaming di PC dan bahkan di Wii (saya pernah memporting 2 emulator retro ke Wii, sampai sekarang masih bisa dimainkan).
Retrogaming Handheld ini juga banyak levelnya: devicenya dari mulai beberapa USD (kurang dari 5 USD), sampai lebih dari 1500 USD.
Ponsel
Handheld retro gaming yang paling mudah dibawa adalah ponsel. Sebagian orang cukup suka memainkan game tanpa menggunakan game pad, cukup dengan layar sentuh.
Saya yang dulu besar di jaman Nintendo Entertainment System (NES) dan SEGA Genesis, merasa bahwa game jaman dulu lebih enak dimainkan dengan gamepad. Menurut saya sebuah game perlu dirancang memakai layar sentuh supaya enak dimainkan di ponsel (misalnya Cut The Rope, atau Angry Birds).
Saya pernah membeli gamepad khusus yang bisa menjepit ponsel. Tapi ternyata bagi saya ini masih kurang nyaman. Butuh langkah menjepitkan game padnya, dan ternyata yang saya beli ini kurang nyaman untuk saya.
Biasanya yang dimaksud handheld retrogaming tidak mencakup ponsel, walau ada juga beberapa ponsel lama yang dirancang dengan gamepad.
Kenapa beli banyak device?
Biasanya orang yang terjangkit hobi retrogaming ini membeli banyak device, tapi kenapa? kenapa nggak cukup satu? Alasannya ada banyak.
Karena rusak
Alasan pertama membeli device lain adalah karena rusak. Dinggo A320 adalah device handheld pertama yang saya beli khusus untuk retro gaming. Saya membeli ini Bulan Mei 2011, dengan harga 82.50 USD. Saya cukup senang bermain dengan Dingoo sampai akhirnya rusak layarnya.
Menurut saya alasan: karena rusak, merupakan alasan paling valid untuk membeli hardware baru.
Hardware terbatas
Saya dulu memiliki Nintendo DS, dengan flashcart yang bisa menjalankan homebrew, tapi emulasi di Nintendo DS masih sangat terbatas. Ini karena CPU Nintendo DS tidak mampu mengemulasikan sistem yang baru. Resolusi layarnya juga terlalu kecil.
Jika sudah mentok terkena keterbatasan hardware, ya terpaksa beli device lain. Tapi ini seharusnya jadi bahan pertimbangan sebelum membeli: apakah hardware ini akan cukup untuk kebutuhan saya.
Layar hardware original ternyata kurang nyaman
Berbeda dengan console terhubung ke TV CRT yang kualitasnya tetap bagus. Device handheld jaman dulu (Nintendo Game Boy, Nintendo Game Boy Color, dan Game Boy Advance) layarnya sangat redup, sangat tidak nyaman dimainkan.
Sebagian orang akan membeli kit untuk mengganti layarnya dengan LCD versi IPS. Tapi ini akan membuat batere cepat habis, jadi biasanya baterenya juga perlu diganti.
Untuk yang suka ngoprek kode seperti saya: hardware asli ini tetap diperlukan, untuk membuktikan kalau kode yang saya buat beneran bisa berjalan di hardware yang sesungguhnya. Beda rasanya menjalankan kode yang sama di emulator versus device aslinya.
Sebagai alternatif: versi Gameboy advance SP punya layar yang cerah. Tapi semua device asli ini memiliki kelemahan: tidak punya kemampuan save kapanpun. Menggunakan emulator lebih nyaman.
Jadi meski sudah punya device aslinya, alasan memiliki handheld emulasi lain adalah demi kenyamanan layarnya.
Gamepadnya kurang bagus
Alasan membeli hardware yang agak mahal adalah: karena gamepad murahan kualitasnya kurang bagus.
Saya memiliki beberapa game handheld yang murahan, misalnya SF2000 (harga 13 USD, multi emulator), GB300 (harga 6 USD, multi emulator). Semuanya kelemahannya adalah: gamepadnya kurang nyaman untuk game yang butuh aksi cepat dan akurat.
Meski gamepad kurang nyaman, dua benda ini menarik untuk dioprek (direverse engineer), prosessornya menggunakan arsitektur MIPS.
Kadang gamepadnya sulit sekali dipakai untuk menekan 2 tombol arah sekaligus, misalnya miring kanan bawah/kanan atas/kiri atas/kiri bawah untuk main game seperti Contra. Kadang perlu ditekan berkali-kali baru bisa teregister. Jika suka memainkan game yang santai, tidak perlu menekan tombol secara cepat, mungkin gamepad seperti ini masih bisa diterima.
Gamepadnya kurang pas
Sekarang ini sudah banyak gamepad yang bagus, tapi tetap terasa kurang pas bagi sebagian orang. Misalnya:
- Untuk game tertentu joystick dibutuhkan, tapi jika dimasukkan ke kantong, ini akan nyangkut, jadi solusi termudah adalah membeli dua device yang punya joystick dan tidak punya joystick
- Sebagian console memakai gamepad unik, misalnya Sega Genesis yangmemiliki A B C dan X Y Z. Jika layoutnya diganti, akan terasa aneh, jadi solusinya adalah membeli handheld yang memiliki layout A B C seperti Sega Genesis.
Keterbatasan Software
Beberapa device bisa memiliki CFW (Custom Firmware), alias firmware tidak resmi buatan orang lain. Tapi tidak semua device punya ini.
Alasannya kenapa kadang tidak ada CFW banyak: ada produsen yang memakai Linux tapi tidak mau merilis kernelnya, sedangkan hardwarenya tidak standard. Ada juga yang software aslinya sangat custom. Ada juga yang hardwarenya tidak ramah untuk dihack (sulit recovery, tidak ada koneksi UART untuk debugging, dsb).
Jika emulasi software bawaan (stock software) sempurna sih tidak apa-apa, tapi kadang emulatornya gagal menjalankan game tertentu, atau bisa jalan, tapi banyak glitchnya. Sebagian orang bisa menerima jika layarnya kadang ada screen tearing (frame dari sebelumnya dan saat ini bercampur), tapi sebagian merasa sangat sensitif dengan masalah ini.
Meskipun ada CFW untuk hardware tertentu, kadang sebagian orang fanatik CFW tertentu. Sedangkan tidak semua CFW tersedia untuk semua handheld. Contohnya: Arkos hanya untuk device yang memakai SOC Rockchip. Jika beralih ke hardware lain, ternyata tidak ada CFW yang cocok.
Masalah Aspect ratio dan Resolusi Layar
Berbagai console lama memiliki aspect ratio yang beraneka ragam. Jika aspect rationya tidak sama, maka akan ada black bar yang bagi sebagian orang sangat menganggu. Solusinya apa? sebagian orang membeli banyak device dengan berbagai aspect ratio untuk memainkan berbagai sistem. Ini salah satu alasan memiliki device dengan berbagai aspect ratio.
Layar resolusi tinggi jika tidak persis kelipatan dari resolusi aslinya akan membutuhkan scaling yang kelipatannya bukan bilangan bulat (tidak memakai integer scaling). Kadang scaling ini membuat artwork terlihat kurang pas, jadi sebagian orang mengejar resolusi yang sangat spesifik untuk game yang ingin dimainkan.
Orientasi hardware
Masalah landscape atau portrait ini bagi sebagian orang merupakan masalah serius. Jadi ada alasan untuk membeli hardware yang portrait dan landscape.
Kadang hardware tidak dirancang dengan baik . Ada device yang dihubungkan secara portrait, lalu dirotasikan di software agar terlihat landscape. Device semacam ini akan terasa lagnya, atau akan ada screen tearing.
Fitur hardware tambahan
Beberapa handheld memiliki fitur tambahan seperti bluetooth (nyaman dipakai dengan TWS earbud), WIFI (gampang mendownload ROM baru, tidak perlu koneksi ke PC). Fitur-fitur ini bagi saya sifatnya nice to have, tapi bagi sebagian orang sangat dibutuhkan.
Saya dulu membeli Retroid Go karena memiliki GPIO (General Purpose I/O) sehingga bisa dihubungkan ke berbagai komponen elektronik. ODroid Go Advance juga saya beli dengan alasan yang sama.
Masalah mental
Kebanyakan orang tetap membeli hardware tambahan tanpa alasan tertentu. Seperti salah satu komentar dari reddit ini:
Atau komentar ini:
Ngoprek
Setelah melihat-lihat album foto saya, jumlah waktu yang saya gunakan untuk memainkan game dibandingkan ngoprek, sepertinya lebih banyak ngoprek. Hal paling sederhana yang saya lakukan adalah membongkar semua hardware.
Saya biasanya ingin tahu:
- Apakah benar hardwarenya sesuai spesifikasi (contoh: pernah membeli Android TV Box yang ternyata jumlah memorinya dipalsukan dengan mengedit info di kernel Linux, tapi terlihat dari jumlah chip yang ada)
- Apakah PCB-nya revisi yang berbeda dari yang ada di Internet (kadang ada hal menarik yang ditambahkan/dihapus)
- Apakah ada konektor UART (bagus untuk debugging)
- Apakah SOC yang digunakan (jika belum ada infonya di Internet)
Saya suka melakukan reverse engineering pada berbagai handheld ini. Ada yang saya tulis (misalnya ini), dan banyak yang sekedar jadi catatan pribadi (contohnya cataan ini untuk RG35XX yang sempat dikirim ke teman).
Saya juga punya beberapa hasil coding yang belum dirilis, misalnya Bible reader (versi King James version/KJV) untuk GBA.
Yang penting senang
Apapun alasannya membeli banyak hardware, yang penting kita tetap senang. Retrogaming ini hanya salah satu hobi saya. Saya senang memainkan gamenya, dan juga senang dengan berbagai aspek teknisnya.