Hacking dan Reverse engineering hardware

Saat ini di jaman IOT, makin banyak orang yang tertarik untuk hacking dan reverse engineering (RE) hardware. Karena sudah cukup banyak orang menanyakan topik ini, maka di artikel ini akan saya bahas dasar-dasarnya, plus tools apa saja yang dibutuhkan jika ingin memulai.

Dalam artikel ini RE hanya bertujuan memahami software dan hardware dalam sebuah sistem. Hacking hardware bermakna lebih luas misalnya menambah atau mengubah sesuatu di hardware, misalnya menjalankan Doom di printer, membuat hardware baru, atau oprekan apapun yang berhubungan dengan hardware.

Supaya bisa mengubah sebuah hardware yang tidak terdokumentasi, kita perlu melakukan dulu reverse engineering untuk memahami cara kerjanya, baru setelah itu kita bisa melakukan perubahan. Untuk hardware open source atau yang dokumentasinya sangat baik, proses RE ini tidak perlu.

Tujuan melakukan Hacking Hardware

Ada banyak tujuan RE dan hacking hardware, misalnya:

  • Mencari key enkripsi untuk mengakses konten gratis atau untuk membuat konten baru (misalnya game homebrew), atau bahkan membajak, contohnya dalam kasus Game Console
  • Memperbaiki, menambah atau menghilangkan fungsionalitas , misalnya menambah SD Card di router
  • Mengekstraksi firmware dengan berbagai tujuan: mencari bug di firmwarenya, mengclone firmwarenya (membuat produk tiruan), mencari key dalam firmwarenya

Perlu dicatat bahwa dalam 99% kasus, ujung dari reversing hardware adalah melakukan reversing software yang berjalan di hardware tersebut. Lanjutkan membaca “Hacking dan Reverse engineering hardware”

Kesibukan dan Oprekan Agustus 2017

Seperti biasa, jika sudah lama tidak posting, ceritanya digabung. Posting ini campuran cerita mengenai SIM Card Hologram, RHME3, perjalanan ke Singapore dan cerita mengenai tablet Android.

SIM Card Hologram

Tanggal 26 Juli 2017 saya melihat posting mengenai program developer untuk Hologram dan saya segera mendaftar untuk mendapatkan SIM Card gratis.

Secara singkat, dengan SIM card Hologram dan kerjasama mereka dengan jaringan GSM di (hampir) seluruh dunia, kita bisa membuat produk IOT (Internet of Things) yang bekerja secara internasional dan relatif murah.  Tidak perlu memikirkan roaming data dan tarif yang berbeda di tiap negara.

SIM card hologram ini bukan untuk dipakai di handphone dan browsing, tapi ditujukan untuk dipakai di embedded system yang butuh konektivitas data yang ukurannya relatif kecil dan di luar jangkauan WIFI, walau bisa juga sebagai komplemen atau cadangan WIFI.

Khusus untuk developer plan, diberikan jatah 1 MB/bulan gratis untuk development. Jika dipakai untuk browsing, satu megabyte itu bahkan tidak cukup untuk membuka halaman depan blog ini, tapi untuk keperluan pengiriman data dari sensor ini sudah cukup.

Lanjutkan membaca “Kesibukan dan Oprekan Agustus 2017”

Update Singkat Pinebook

Setelah awal yang agak mengecewakan,  para hacker/volunteer telah membuat beberapa perbaikan yang membuat Pinebook cukup usable. Saya sempat mencoba mencari dan memperbaiki sendiri beberapa masalah yang ada, tapi sekarang sudah ada yang mempersiapkan image yang siap didownload untuk mengupgrade OS standarnya. Posting ini merupakan update dari posting saya sebelumnya.

Salah satu perbedaan Pinebook dibandingkan dengan laptop lain adalah keterbukaannya. Port serial disediakan melalui headphone jack, bisa digunakan untuk debugging. Dengan serial port ini kita bisa melihat output teks ketika booting. Saya sudah mencoba ini dan cukup praktis.

Speaker sekarang berfungsi dengan normal karena profil Alsa yang benar sudah diinstall default. WIFI sudah stabil, ternyata sebelumnya ada masalah di power management yang membuat chipnya “tidur” dan koneksinya putus. Chromium (versi opensource Chrome) bisa diinstall walau butuh edit konfigurasi tertentu. Jika laptop ditutup sekarang otomatis sleep, ternyata masalahnya hanya modul kernel yang tidak diload secara default.

Lanjutkan membaca “Update Singkat Pinebook”

Remote IR via WIFI dengan ESP8266

Posting ini sekedar membahas proyek sederhana mengendalikan peralatan yang dikontrol dengan remote infrared (IR) melalui WIFI. Sekarang kami bisa menyalakan dan mematikan AC, mensetup temperatur, kipas, dan juga swing dari HP atau laptop.

Saya dan Risna tadinya sama-sama memakai Samsung Note 4 yang memiliki fitur IR blaster sehingga bisa jadi remote AC maupun TV. Ternyata fitur ini sangat terpakai, sering kali remote TV terselip, dan remote AC kadang tidak terlihat di malam hari di kamar tidur, sedangkan biasanya HP tidak jauh dari tangan.

Sebenarnya dari dulu sudah ingin membuat ini, tapi Sekarang Risna ganti HP memakai Asus Zoom yang tidak punya fitur IR.  Jadi diniatkan untuk membuat gateway WIFI ke IR. Plus saya kadang lupa mematikan AC dan sudah terlanjur meninggalkan rumah.

Lanjutkan membaca “Remote IR via WIFI dengan ESP8266”

Outernet: packet radio from space

Update November 2017: Saat ini satelit untuk daerah Asia Pasifik sudah offline karena kurangnya peminat. Belum ada kabar apakah akan online lagi atau tidak.

Outernet adalah layanan broadcast data via satelit yang sifatnya terbuka dan gratis. Kita bisa menerima data yang dikirimkan dengan receiver yang bisa dibeli jadi atau dirakit sendiri. Data yang disiarkan outernet beraneka ragam, mulai dari cuaca, berita, sampai artikel yang bisa kita usulkan.

Sebenarnya proyek Outernet ini sudah dimulai cukup lama, sejak 2014 mereka sudah memulai broadcast di Ku Band, tapi sekarang mereka memakai L Band. Jangkauan Outernet sampai saat ini sudah hampir seluruh bumi.

Akhir tahun lalu mereka memberi diskon untuk  kit receiver Outernet. Tadinya 99 USD belum termasuk ongkos kirim, tapi waktu itu dijual 89 USD, sudah termasuk ongkos kirim. Semestinya saya akan menerima paketnya bulan Maret, tapi baru dikirim April. Baru sabtu sore lalu saya menerima paketnya.

Sebagai catatan: mereka juga memulai kampanye Indiegogo untuk menjual hardware receiver, tapi sampai saat ini backer project tersebut belum mendapatkan barangnya. Kalau tertarik dengan Outernet, sebaiknya pesan langsung dari webnya, jangan dari Indiegogo. Tadinya mereka menjual sebagian kit saja (misalnya Antenna saja, atau LNA saja, atau SDR saja), tapi sekarang kita harus membeli kit langsung.

Paket yang saya terima adalah: CHIP (komputer 9 USD), Patch Antenna, dan SDRx yang merupakan gabungan software  defined radio (SDR), plus low-noise amplifier/LNA dan sebuah kertas manual singkat.

Merakit kit ini cukup mudah: colokkan SDRx ke CHIP, colokkan Antenna ke SDRx, beri power melalui colokan micro USB di CHIP dan arahkan antenna ke satelit. Bagian terakhir itu mungkin kedengaran sulit, tapi sekarang ada software Sattelite AR untuk Android. Cukup masukkan nama satelit (Inmarsat I4 untuk daerah Asia Pasifik), dan arahkan ke angkasa, nanti kita bisa tau di mana kira-kira satelitnya berada.

Jika Anda ingin mulai membeli receiver, atau membuat sendiri receivernya, coba install dulu software Sattelite AR-nya untuk mengetahui apakah Anda akan bisa mendapatkan signal satelit dengan mudah dari tempat Anda berada. Jika Anda ingin membuat sendiri receivernya, Anda bisa memakai Raspberry Pi dengan SDR Receiver yang bagus (misalnya dari sini), Anda juga perlu membeli atau membuat LNA (misalnya dengan design dari sini) dan tentunya Anda perlu membuat antennanya.

Untuk mengakses outernet, kita cukup melakukan koneksi via WIFI, lalu mengakses interfacenya dengan web browser. Defaultnya outernet akan berfungsi seperti access point. Sayangnya saya memiliki sedikit kesulitan di sini: akses pointer Outernet tidak terlihat meskipun LED pada CHIP dan SDRx terlihat menyala. Setelah dicoba-coba, ternyata access point-nya hidden, jadi perlu kita masukkan namanya manual. 

Lanjutkan membaca “Outernet: packet radio from space”

Pinebook

Posting ini tentang PineBook, laptop Arm murah dari pembuat Pine A64. Harga laptop ini 99 USD (versi 14 inch), dengan ongkos kirim via DHL 29 USD, dan pajak 15 USD (pajak di Thailand, di negara lain tentunya beda). Spesifikasi laptop ini: Prosessor ARM AllWinner A64 1,1 Ghz, RAM 2GB (tidak bisa diupgrade), eMMC 16 GB (bisa diupgrade). Ada dua pilihan ukuran layar, 14 inch dan 11.6 inch, keduanya memiliki resolusi sama 1366×768 pixel, versi yang 11.6 inch lebih murah 10 USD (89 USD). Versi 14 inch beratnya 1.26 kg dan versi 11.6 inch beratnya 1.04 kg.

Laptop ini sudah diumumkan sejak tahun lalu, dan siapapun bisa mendaftar preorder tanpa uang muka. Baru 5 April saya mendapatkan email kesempatan untuk memesan. Jika saya segera memesan maka akan diproses duluan. Setelah dipertimbangkan beberapa hari, akhirnya saya memesan tanggal 10 April. Tanggal 21 April laptopnya sampai. Saya termasuk batch awal yang menerima laptop ini.

Lanjutkan membaca “Pinebook”