Sakura Thailand

Sejak sebelum tahun baru 2009 di kantor Joe udah heboh soal bunga di Doi Pui. Semua orang bilang: wajib lihat! bla bla bla. Heboh banget ya mo lihat bunga doang. Emang bunga apaan sih. Setelah sibuk pindahan, sempet malas dan hilang keinginan untuk pergi, apalagi setelah dapat informasi tambahan bahwa untuk melihat bunga itu jalannya kecil dan ga bisa dilalui dengan mobil sedan dan dengan kemampuan kami nyetir sih udah hampir ga ada harapan deh ke sana.

Kalau bukan karena Shari menelpon soal komputernya yang rusak kami tidak akan ketemu dengan khun Manu yang merupakan supir andalan Shari. Keinginan jalan-jalan yang sudah setengah terbang akhirnya datang lagi. Tiba-tiba terpikir buat bertanya ke Khun Manu apakah bersedia mengantarkan dan dia bersedia.

Lanjutkan membaca “Sakura Thailand”

Salam Natal dari Chiang Mai

Tahun ini untuk pertama kalinya Natal di negeri orang. Ternyata emang lain tempat lain kebiasaan. Kemarin kebaktian malam natal di mulai jam 11 malam, hampiiiir saja ga jadi pergi gara-gara Joe salah ngeset alarm. Di luar dugaan, yang datang sangat ramai. Gedung gereja yang biasanya ga pernah penuh kali ini terisi sampai keluar. Kami yang datang sangat dekat dengan waktu mulai kebagian duduk diluar. Untungnya cuaca Chiang Mai ga terlalu dingin seperti malam-malam sebelumnya.

Kebaktian malam Natal yang diikuti dengan acara perjamuan kudus, di mana semua orang diminta maju ke depan untuk mengambil roti dan anggur serta menyalakan lilin. Acara diakhiri dengan bernyanyi sambil keluar gedung gereja dengan lilin masih menyala. Sekitar jam setengah 1 semua sudah selesai. Sampai di rumah ga bisa langsung tidur, akibatnya bangun pagi masih agak mengantuk. Pesan malam Natal itu adalah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, dan damai sejahtera bagi manusia di bumi.”

Lanjutkan membaca “Salam Natal dari Chiang Mai”

Kembang Api di depan Jendela

Barusan dikagetkan oleh cahaya di depan jendela. Ternyata masih ada orang yang main kembang api. Langsung deh Joe beraksi jepret-jepret.

Masih kurang puas sih dengan hasilnya, ya namanya juga masih belajar.

Gimana ya biar asapnya ga ketangkap kamera?

Ah jadi ingat, kemaren susah payah nungguin kembang api di Nawarat Bridge waktu Loy Kratong, dapatnya ga ada yang bagus. Yang ini masih jauh lebih mendingan kali ya daripada yang di Nawarat Bridge. Kadang-kadang kita memang cenderung susah payah pergi jauh-jauh berharap sesuatu yang lebih baik, padahal yang lebih baik itu seringnya ada di depan mata, tapi kita ga menyadarinya atau ga sabar aja menunggunya. Loh kok jadi teringat buku Sang Alkemis nya Paulo Coelho ya.

Loy Krathong 2008

Ini bukan Loy Kratong pertama kami sejak di Thailand. Tapi taun sebelumnya kami memang terlalu malas untuk keluar rumah setelah seharian diluar rumah. Alasan lain sih pengen memfoto kembang api dan foto di malam hari dengan object bergerak dan banyak lampu. Mengambil foto malam hari dan memotret kembang api itu sulit ya :(. Tidak semudah teori-teori yang ditemukan di internet.

Sebenarnya tempat perayaan itu dekat sekali dari tempat tinggal kami. Kalau mau jalan mungkin 30 menit sampai, tapi karena kami bukan orang yang gemar berolahraga, kami memilih membayar orang mengantarkan kami ke sana. Wuih jalanan macet, biasanya perjalanan sekitar 7 menit jadi 30 menit. Sudah berpikir jangan-jangan membuat keputusan yang salah nih. Tapi namanya udah terjebak macet, ya sudah, teruskan saja.

Sampai di sana, suasana tambah rame lagi. Walau tidak tahu suasana medan perang, tapi bunyi petasan yang bersahutan, banyaknya orang dan juga bau mesiu dari petasan dan asap yg ada membuat kami merasa seperti di tengah medan perang. Kadang-kadang ada petasan yang membuat bumi yang dipijak terasa bergetar. Ya namanya selera orang beda-beda, saya tidak bisa menikmati suasana disana. Sibuk menunggu kembang api untuk di jepret akhirnya bisa membuat kami bertahan di sana beberapa saat. Yang agak menyebalkan adalah ada orang yang suka iseng melemparkan petasan ke dekat orang lain yang mungkin saja bisa membahayakan orang lain. Beberapa kali petasan meledak di belakang kami. Kuping rasanya sakit (penging) dan pernapasan juga terganggu karena bau asap petasan dan kembang api.

Berada di sana selama kurang dari 2 jam adalah saat yang penuh ketakutan selama di Chiang Mai buat saya. Takut tiba-tiba komloy jatuh ke saya, atau takut ada petasan meledak dikaki saya. Takut ada orang mabuk karena banyak yang menjual minuman alkohol juga. Takut ada copet karena begitu banyak orang di sana. Takut ada komloy yang nyangkut di tiang listrik sehingga menyebabkan kebakaran. Kesimpulannya, kami bukan orang yang suka dengan keramaian sejenis ini. Menonton film di kamar kami yang mungil sungguh lebih menyenangkan dan nikmat.

Anyway, kalau ada yang pengen tahu apa sih Loy Krathong itu? bisa di baca di Wikipedia saja yah. Yang jelas, malam loy krathong adalah malam bulan purnama. Dan kalau ada yang mau melihat foto-foto yang berhasil kami ambil di hari itu, silahkan mengintip di Google Photos (tadinya di flickr) saja.

Piggy Radio USB

Ternyata ga cuma celengan yang bentuk piggy. Radio bentuk babi juga lucu 🙂

Ceritanya beberapa hari lalu front office menelpon memberi tahu ada paket buat Joe. Agak bingung sejenak, karena resepsionis bicara dengan bahasa Inggris sepotong. Dia bilang box, mailbox. Terus waktu buka pintu keluar, loh kok ada surat depan kamar. Hmm…ga jadi turun deh. Asumsi maksudnya resepsionis itu ada mail alias surat ini. Itu surat juga surat yang dinanti-nanti soalnya 😀

Singkat cerita, hari ini pas ke bawah, tau-tau di kasih tau ada paket. Sebuah kotak kecil. Bingung karena ga berasa order sesuatu. Kalau saja kotak itu dialamatkan ke Risna, pasti sudah bisa diduga isinya benang, tapi ini dialamatkan ke Joe. Oh ya, alamat pengirim dengan bahasa Thai, dan walaupun sudah belajar baca tulisan Thai tapi karena alamat pengirim sudah agak tersobek, tambah malas membacanya. Ya sudah, langsung di buka, ternyata isina benda yang lucu ini.

Kenapa lucu? karena selain bentuknya babi, design benda ini cukup unik. Kuping kanan dan kiri berguna untuk scan atau reset. Hidungnya udah jelas jadi speaker. Ekornya jadi puteran volume dan buat mematikan/menyalakan. Lalu radio babi ini (atau babi radio ya?) bisa menggunakan USB sebagai sumber tenaganya. Pilihan lain sudah jelas pake batere AA 3 buah (bukan AAA seperti yg ditulis disitus yang jual). Oh ya, ada satu detail yang ga difoto, di bawah ekor itu ada colokan untuk menggunakan earphone ataupun kalau mau menggunakan digunakan sebagai speaker eksternal.

Kemaren ini sudah terpikir butuh mendengarkan radio Thailand lebih sering, untuk melatih kuping tetap terbiasa dengan tone dan tetap menambah vocab. Eh…tau-tau dapat radio ini. Lumayanlah buat hiburan di siang hari bolong yang belakangan ini sangat panas. Oh ya radio ini hadiah dari Kasikorn Bank, tapi ga tau kenapa cuma Joe yang dapat. Entahlah… yang penting happy, dapat babi nan lucu hehe.

Update: Oh ya, tadi Joe browsing dan menemukan situs yang menjual benda lucu seperti ini di Handhelditems. Harganya lumayan juga ;)) untung dapat gratis hehe.

Langit di Tepi Sungai Ping

Sekarang ini seharusnya sudah memasuki akhir dari musim hujan. Tadi siang matahari bersinar dengan garang. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kaca, membuat mata saya beberapa kali memandang langit di luar jendela. Melihat gumpalan awan putih di langit yang biru cerah, saya langsung tergerak mengabadikan langit biru tersebut.

Walaupun kamera yang kami punya hanya kamera saku biasa, tapi senang rasanya bisa mengabadikan komposisi warna biru gradasi dan gumpalan putih di langit. Ah saya ga terlalu ngerti seni. Tapi saya tetep merasa, gradasi biru langit dan gumpalan awan putih itu indah. Kalau dari foto ini sih, adanya pepohonan hijau di sepanjang tepi sungai ping yang airnya berwarna coklat membuat harmoni warna bertambah lagi. Ah saya semakin sok tau seni saja.

Dan waktu sore hari, menjelang matahari terbenam, saya lihat semburat jingga di langit. Saya suka langit biru dan saya juga suka langit jingga. Dilihat lebih teliti, eh udah ada bulan sabit juga di langit. Ya sudah, sekalian deh di hari yang sama saya foto langitnya.

Oh ya, semua ini diambil dari jendela tempat tinggal kami di Chiang Mai. Dari lantai 9. Di tepi sungai ping saya berdiri dan memotret langit. Sebenarnya aslinya yang saya lihat lebih bagus dari yang dapat ditangkap oleh kamera saku saya. Tapi segini juga udah senang rasanya. Melihat ciptaan Tuhan yang indah dan bersyukur hari ini masih bisa melihat matahari tenggelam dan digantikan oleh bulan.

Ah kalau kamera saya lebih bagusan, mungkin bisa mengambil foto bintang di langit malam ya.

Chiang Mai Aman

Sekarang ini di Thailand sedang ada pergolakan politik. Kemarin seorang teman mengsms dan menanyakan bagaimana keadaan kami di Chiang Mai dan apakah kami perlu mengungsi dsb dst. Jawabnya tentu saja tidak perlu. Semua masih aman terkendali. Apalagi kami jauh dari ibukota. Ada untungnya tinggal jauh di utara.

Kerusuhan yang terjadi saat ini mengingatkan saya pada masa reformasi di Indonesia. Waktu itu demonstrasi terasa sampai ke Bandung. Bahkan saya ikut-ikutan melongok ke lapangan Gasibu, sekedar ingin tahu mereka ngapain aja sih disitu.

Tapi kalau menurut beberapa teman yang domilisinya di Bangkok, sejauh ini Bangkok masih terkendali. Memang saat ini Bangkok dinyatakan siaga 1, tapi kerusuhan hanya terjadi di tempat tertentu, bahkan di Bangkok sendiri, hanya beberapa ruas jalan yang tidak aman, sisanya semua berjalan seperti biasa. Berbeda sekali dengan kerusuhan yang tejadi masa reformasi di Indonesia, yang imbasnya terasa sampai ke Bandung. Setidaknya, Thailand sudah pernah mengalami masa kudeta yang dianggap jauh lebih parah dibandingkan saat ini, dan kabarnya militer sudah menyatakan tidak akan ada lagi kudeta.

Ada 2 kubu yang saat ini bentrok, anti pemerintah dan pro pemerintah dan kebiasaan di Thailand adalah memilih kubu dengan warna. Tiap warna punya makna sendiri, jadi untuk amannya ya sudah pasti pilih baju warna putih. Entah kapan ini akan berakhir, tapi semoga saja semua segera berakhir. Walaupun dinyataka Chiang Mai aman, tapi rasanya memang tetap sedikit khawatir. Semoga semua bisa berakhir dengan baik, dan semua kembali seperti sediakala.