Virus Covid-19 VS Robot, Self Driving Cars, dan Tes Kit 15 menit

Setiap hari, saya berusaha untuk tidak memikirkan masalah penyebaran Covid-19. Melihat angka-angka bertambahnya pasien atau adanya pasien meninggal terkadang membuat perasaan campur aduk. Saya dan Joe berusaha melihat sisi lain dari mewabahnya Corona yang sudah dinyatakan sebagai global pandemic oleh WHO ini.

Obrolan kemarin misalnya, karena ada banyaknya pasien di Italia, semua rumah sakit penuh dan dokter sampai pusing menentukan siapa yang harus ditolong dan tidak. Atau ketika membaca berita meningkatnya jumlah pasien positif di Belanda karena ada satu daerah di mana 4% dari petugas rumahsakit di area Noord-Brabant (Eindhoven, Tilburg, Breda and Den Bosch) positif Corona.

Kami pikir, alangkah baiknya kalau ada mekanisme pengecekan positif atau tidaknya corona ini dengan cepat dan harga yang terjangkau. Lalu kami juga berandai-andai ada robot yang bisa mengecek positif tidaknya pasien, mengantarkan kebutuhan pasien seperti makanan, obat dan misalnya untuk memeriksa temperatur. Dengan adanya robot yang bisa desinfeksi, kemungkinan bisa membuat para pekerja di rumah sakit juga tidak perlu khawatir tertular.

Joe juga bilang, harusnya sekarang ini para ilmuwan berlomba untuk membuat test kit Covid-19 yang bisa diproduksi massal, harga terjangkau dan juga bisa mengetahui hasilnya dengan cepat, jadi setiap orang bisa melakukan pengecekan sendiri semudah pengecekan kehamilan di rumah. Lalu ya kalaupun positif tapi gejalanya tidak parah, bisa mengisolasi dirinya sendiri di rumah sampai merasa lebih baik dan mengecek lagi ketika merasa sehat sampai dipastikan memang bebas virus.

Ternyata, dari hasil googling hari ini, semua yang kami pikirkan itu sudah mulai dikembangkan. Kelebihan manusia dalam menghadapi krisis memang selalu menghasilkan inovasi baru atau membuat teknologi yang dibutuhkan untuk menghadapi krisis dengan cepat.

Rumah sakit dengan memanfaatkan teknologi 5G

Rumah sakit pintar dengan online platform berbasis 5G yang bekerja 24 jam di China memberikan kemudahan untuk dokter yang tersebar di berbagai rumah sakit untuk berkomunikasi. Sistem pintar berbasis ‘cloud’ yang sudah digunakan di 1 rumah sakit bisa digunakan juga di rumah sakit darurat yang mereka bangun dalam waktu singkat. Dengan adanya kumpulan data dari berbagai rumah sakit, mereka bisa menemukan cara pengobatan untuk masing-masing pasien berdasarkan gejalanya.

Online platform, memberikan kesempatan untuk dokter ahli dari kota lain mendiagnosis penyakit pasien yang misalnya tidak ada dokter seniornya. Selain itu, untuk mengurangi kemungkinan pasien menulari para tenaga kesehatan, mereka juga memanfaatkan robot yang mengantarkan obat ataupun barang-barang yang bisa berjalan sendiri di dalam ruangan rumah sakit.

Selalu kagum deh dengan kemajuan teknologi robot ini. Mudah-mudahan sistem pintar rumah sakitnya dan juga teknologi 5G bisa sampai ke seluruh dunia juga, bukan cuma virusnya saja yang global ya.

Robot yang memeriksa suhu, dan memberikan hand sanitizer untuk pemeriksaan harian

Di Chiang Mai, beberapa mall dan tempat berbelanja sudah menerapkan untuk memeriksa temperatur orang di pintu masuknya. Hand sanitizer gel juga tersedia di banyak tempat, dan sebelum masuk setiap orang dianjurkan untuk memakainya. Pemeriksaan temperatur ada yang manual, ada juga yang menggunakan thermal scan.

Di sekolah-sekolah juga sudah dihimbau untuk tidak membawa anak ke sekolah misalnya sedang tidak sehat. Sebelum masuk ke area sekolah mereka akan diperiksa temperatur dan disuruh cuci tangan dengan hand sanitizer. Nah tapi cara ini masih manual, masih ada risiko untuk orang yang memeriksa temperatur orang yang datang.

Robot ini dikembangkan di Changsa, Cina untuk setiap orang melakukan pemeriksaan temperatur dan cuci tangan sebelum masuk ke area perkantoran. Datanya dicatat dan sepertinya hanya setelah melakukan pemeriksaan barulah pegawainya bisa masuk kerja. Cara seperti ini bagusnya tidak membutuhkan orang yang standby untuk mengecek temperatur dan kemungkinan terpapar penyakit kalau yang datang itu ternyata sakit.

Pemeriksaan darah 15 menit vs pemeriksaan swab 48 jam

Di beberapa negara seperti Cina, Korea Selatan, Italia dan Jepang, sudah menggunakan test kit dengan memeriksa darah yang hasilnya bisa didapatkan dalam waktu 15 menit. Sedangkan di UK dan USA, mereka menggunakan swab test yang hasilnya baru diperoleh selama 48 jam.

Pemeriksaan yang hasilnya 15 menit ini akurasinya hanya sekitar 80 persen, tapi cukup untuk mempercepat diagnosa siapa yang harus segera isolasi. Kalau hasilnya positif ya bisa langsung di isolasi, dan kalau hasilnya negatif dan merasa gejalanya sama dengan Covid, bisa dilakukan test ulang dengan metode yang lebih akurat.

periksa darah dan tunggu 15 menit untuk mengetahui positif atau tidak. ( Sumber: https://www.dailymail.co.uk/news/article-8083585/15-minute-coronavirus-blood-test-used-China-Italy-Japan-NOT-UK.html )

Saya tidak menemukan harga dari test kit yang hanya membutuhkan waktu 15 menit ini, tapi kalau misalnya harganya bisa dijual dengan cukup murah dan bisa dipesan, setiap orang bisa melakukan pemeriksaan awal di rumah masing-masing dan mengurangi kemungkinan penyebaran virus ini.

Mobil jasa pengantaran tanpa supir

Atau juga khayalan saya dalam tulisan ini: Bisakah semuanya dari rumah? Beberapa hari setelah saya menuliskan itu, saya membaca kalau penjualan mobil tanpa supir yang digunakan untuk jasa antar barang meningkat pesat di Cina. Dan hari ini saya membaca, kalau selain di Cina, ternyata dari tahun 2018, teknologi ini sudah mulai digunakan di Scottsdale Arizona, Amerika.

Nuro, mobil delivery tanpa supir di Scottsdale, Arizona (sumber: https://medium.com/nuro/launching-the-first-unmanned-delivery-service-3fa574ca6e25 )

Di Cina, mobil Neolix ini sudah digunakan untuk mengirimkan kebutuhan obat-obatan terutama di Wuhan. Selain itu, mobil ini juga digunakan untuk mendesinfeksi jalanan di sana. Mereka sudah memproduksi 125 unit mobil ini sejak bulan Mei 2019, dan dengan adanya krisis Corona ini, mereka memperoleh order lebih dari 200 unit dalam 2 bulan terakhir. Pemerintah Cina bahkan memberikan subsidi 60 persen untuk pembeli mobil yang berjalan sendiri ini. Perusahaan pembuat mobil ini menargetkan membuat 1000 unit sampai akhir tahun 2020.

Neolix yang sudah berjasa untuk antar obat, kebutuhan harian dan mendisinfeksi jalanan di Cina (sumber: https://www.popularmechanics.com/technology/infrastructure/a31401964/self-driving-cars-coronavirus/ )

Kesimpulan

Manusia itu lebih pintar dari penyakit apapun. Semoga ketika wabah ini usai, kita tetap memperhatikan menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas. Semoga juga teknologi yang dikembangkan bisa cepat menyebar ke seluruh dunia dengan harga terjangkau. Jadi jangan penyakitnya saja yang disebarkan, teknologinya juga dong.

Saya berharap bisa merasakan hidup di era naik mobil tanpa harus nyetir dan gak bayar supir. Saya juga berharap teknologi bidang kedokteran juga tambah maju. Rumah sakit pintar semakin banyak di seluruh dunia. Tenaga ahli di sebuah rumah sakit bisa membantu dokter di rumah sakit di belahan bumi lain untuk mendiagnosa dan menyembuhkan berbagai penyakit.

Yang juga gak kalah penting: semoga teknologi 5G segera tersedia di seluruh dunia. Walaupun teman saya bilang: “Ah elu dapat 5G paling buat nonton film doang”, tapi yaaa setidaknya dengan adanya 5G, rumah sakit pintar berbasis ‘cloud’ lebih mungkin cepat jadi kenyataan juga.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.