Apa jadinya Hidup Tanpa Air?

Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air. Kita butuh cairan untuk tubuh kita, dan juga butuh air untuk kebutuhan sehari-hari terutama cuci tangan dengan sabun di masa pandemi ini.

Bumi 70 persennya terdiri dari air (sumber: pixabay.com)

Bumi ini sebagian besar terdiri dari air. Air merupakan sumber daya yang bisa diperbaharui. Air mempunyai siklus dan dalam siklusnya berubah wujud sebelum kembali lagi menjadi air. Air seharusnya tidak pernah habis, tapi ada kalanya air bersih tidak mengalir ke rumah kita karena faktor kekeringan/ kemarau panjang dan juga karena airnya masih di jalan dalam bentuk lain dan belum turun menjadi hujan.

Beberapa hari lalu, saya membaca berita kalau di Thailand secara umum mulai kekeringan. Persediaan air di Chiang Mai juga sudah mulai sedikit stok airnya dan dianjurkan untuk mulai menghemat pemakaian air di rumah-rumah. Walaupun di bulan April tidak ada kegiatan main air karena Songkran dibatalkan, ternyata tidak membuat persediaan air di kota ini cukup banyak sampai musim hujan nanti.

Kabarnya, Cina yang membendung sungai Mekong juga menjadi salah satu penyebab kurangnya air di Thailand. Jadi memang, air itu bisa diperbaharui, tidak akan habis, tapi bisa saja dikuasai atau ditimbun sendiri di satu lokasi.

Memang musim panas dan di rumah saja begini, kemungkinan hiburan anak-anak di rumah itu ya main air. Kebanyakan mainan anak di musim panas begini itu kolam kecil berisi air buat anak main air. Kalau saja tidak ada pandemi, saya yakin kolam renang juga penuh. Dengan semua orang di rumah saja, otomatis konsumsi air di rumah-rumah juga lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Sebelum baca berita ini, anak saya setiap mandi sambil main air hampir setiap hari. Tanaman juga perlu disiram supaya tidak kering dan mati.

Kemarin siang, baru saja saya berencana untuk menyimpan cadangan air di rumah, ternyata saya dapat laporan kalau air dari PAM tidak mengalir, dan tank penyimpanan air di rumah juga sudah habis untuk mencuci baju. Untungnya kami semua sudah mandi dari pagi walau di rumah saja.

Setiap kali air tidak mengalir, rasanya gelisah luar biasa. Perasaan tadinya tidak ada apa-apa jadi malah terdorong panggilan alam. Aduh bagaimana ini kalau air tidak mengalir? Gimana caranya saya cuci tangan dengan sabun kalau tidak ada air? Anak saya juga ikutan gelisah dan tiba-tiba jadi berkali-kali ke kamar mandi.

Untungnya, saya punya persediaan galon air minuman. Akhirnya saya peringatkan anak saya untuk menghemat pemakaian air sampai air mengalir lagi. Biasanya di Chiang Mai, kalau ada pemutusan aliran air akan ada pengumuman terlebih dahulu, tapi berhentinya aliran air tanpa pengumuman setelah membaca persediaan air di kota Chiang Mai dibawah 25 persen membuat saya berpikir apa jangan-jangan air akan mati sampai turun hujan?

kutunggu kau hujan, jangan ingkar lagi ya

Kejadian kehabisan air ini membuat saya memeriksa prakiraan cuaca kapan akan turun hujan berikutnya. Chiang Mai sangat membutuhkan hujan. Bukan saja karena persediaan air menipis, tapi juga untuk mengusir polusi yang tak kunjung pergi. Hasilnya memang akan ada hujan, tapi nanti di akhir pekan. Haduh, bagaimana caranya bertahan hidup tanpa air selama beberapa hari? menunggu beberapa jam saja rasanya sudah resah dan gelisah.

Untungnya, tidak sampai jam 4 sore, air sudah mengalir lagi. Bahagia sekali hati ini walau air yang mengalir itu berwarna kekuningan dan tidak jernih. Memang hampir selalu begini, setelah air berhenti mengalir beberapa waktu, maka air yang datang pastilah tidak bersih. Tapi sekali ini masih agak mendingan, hanya kekuningan dan tidak disertai endapan lumpur.

Dilema berikutnya ketika mau mandi sore. Udara panas bikin keringetan dan rasanya tidak nyaman kalau tidak mandi. Harus memilih mandi dengan air yang tidak bening atau tidak mandi tapi badan lengket dan sedikit beraroma.

Akhirnya, walaupun air masih tidak bening, saya memilih mandi. Untuk sikat gigi tentunya saya pakai air minum, tapi mandi ya mandi seadanya saja. Mudah-mudahan airnya tidak malah bikin badan gatal-gatal. Saya pikir, masih sukur ada air, daripada tidak mengalir sama sekali lebih repot lagi.

Kita butuh air, tapi walaupun air itu sumber daya alam yang tidak akan habis, air bersih itu terbatas. Tindakan manusia juga sebenarnya yang membuat persediaan air bisa kehabisan. Alam akan memberi ketika waktunya tiba. Kita tidak bisa memaksa hujan datang kalau belum waktunya. Semua butuh proses. Selama menunggu musim hujan datang, harus bisa menghemat pemakaian air bersih.

Beberapa cara saya menghemat air bersih:

  • jangan biarkan air keran mengalir ketika sedang menyabuni tangan, nyalakan keran air saat membilas tangan. Frekuensi cuci tangan yang tinggi sekarang ini berpotensi membuang air bersih kalau dibiarkan mengalir walaupun cuma 20 detik,
  • sediakan ember dan gayung di kamar mandi. Mandi dengan shower cenderung menggunakan air lebih banyak daripada menggunakan air dari ember dengan gayung,
  • menghemat pemakaian baju supaya hemat air ketika mencuci baju,
  • tidak perlu menyiram tanaman setiap hari, siram seminggu cukup 3 atau 4 kali saja, dan jangan dibiarkan airnya jalan sendiri,
  • anak-anak tidak boleh main air ketika mandi, ya mungkin sekali seminggu bolehlah buat hiburan selama di rumah saja.

Saya jadi ingat, awal tahun 2020 di beberapa tempat ada kebanjiran, sekarang di sini kekeringan. Jadi kelebihan air dan kekurangan air sama repotnya. Kalau kelebihan air, mungkin bisa diakali asal sudah ada persiapan sebelumnya, tapi kalau kekurangan air rasanya mati gaya, tidak bisa menciptakan air tiba-tiba kan.

Setiap kali langit terlihat mendung, hati jadi berharap segera turun hujan walau tidak ada dalam prakiraan cuaca. Tapi kadang, walau sudah dijadwalkan, hujannya tidak sampai ke rumah saya. Hujannya turun di sisi lain kota Chiang Mai dan itupun sedikit sekali tak mampu usir polusi.

Semoga akhir pekan nanti, hujannya tidak ingkar janji dan cukup untuk memenuhi kembali penampungan air untuk disalurkan ke rumah-rumah di kota ini. Sementara ini harus tetap ingat untuk menghemat pemakaian air bersih supaya kejadian kemarin tidak terulang lagi.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.