Hari ini kami mengunjungi Ginger Farm Chiang Mai. Tempatnya sebenarnya tidak jauh dari rumah kami, sekitar 15 menit perjalanan. Saya sudah sering mendengar nama tempat ini sebelumnya, tapi baru sekarang menyempatkan ke sana.
Beberapa waktu lalu, Joshua mengunjungi tempat ini bersama dengan teman-temannya dari playgroupnya. Dia terlihat sangat senang sepulangnya dari sana, sejak itu kami sudah meniatkan untuk ke sana supaya Jonathan tidak mendengar ceritanya saja.
Ginger Farm Chiang Mai ini sesuai namanya berupa tempat pertanian yang juga mempunyai restoran yang menyajikan berbagai makanan dari hasil pertaniannya dan menyediakan berbagai kegiatan untuk anak-anak.
Hari ini kantor Joe libur. Sebenarnya, akhir pekan ini merupakan akhir pekan panjang karena libur sampai besok hari Selasa. Hari ini libur pengganti Songkran (tapi tidak semua meliburkan diri), besok itu libur peringatan meninggalnya Raja Thailand yang ke-9.
Sebelumnya, kami berniat untuk staycation lagi, tapi karena liburan panjang kami pikir pasti harganya naik. Lalu kami ganti rencana pingin jalan-jalan ke utara Thailand, tapi ada insiden yang mengurungkan niat. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan dalam kota saja.
Hari Sabtu pagi, anak-anak malah mulai bersin-bersin dan flu. Perubahan cuaca ternyata membuat daya tahan tubuh menurun. Akhirnya kami membatalkan semua rencana dan di rumah saja sepanjang Sabtu dan Minggu.
Hari ini, anak-anak sudah lebih baik dan cuaca juga cukup cerah. Kami memutuskan untuk keluar rumah supaya anak-anak bisa main di luar dan terkena sinar matahari.
Tujuan utama ke Ginger Farm ini makan siang dan bermain. Kami berangkat sebelum jam 12, dan berharap tempat ini tidak terlalu ramai. Harapan kami terkabul, sepertinya karena hari ini bukan hari libur resmi, tempat ini tidak seramai di akhir pekan atau libur resmi.
Tempatnya sebenarnya luas dan ada banyak meja untuk makan tersedia, tapi kalau pengunjungnya ramai, biasanya pesanan makanan bisa-bisa lama datangnya. Tadi pesanan kami relatif cepat datangnya, sembari menunggu makanan datang, anak-anak bisa main dulu di playgroundnya.
Selain tempat bermain seperti ini, ada lagi tempat main pasir dan mudslide alias perosotan lumpur. Tapi sepertinya perosotan lumpur itu hanya untuk hari tertentu (dan saya tidak berencana mengijinkan anak-anak main lumpur).
Foto makanannya sengaja tidak saya masukkan di sini, karena sudah ada banyak di Facebook Ginger Farm Chiang Mai dan di Google Maps-nya. Harga makanannya termasuk agak mahal seperti di mall, tapi ya anggap saja sekalian menyumbang pertanian setempat. Lagipula, makanannya menggunakan hasil pertanian organik dan tentunya ke tempat seperti ini tidak sering-sering.
Di dekat area makan, ada berbagai kegiatan mewarnai tas berbahan kain atau pot tanaman. Selain itu ada juga kegiatan masak pizza (memilih topping pizza), tapi anak-anak tidak terlihat tertarik mengikuti kegiatan ini.
Selesai makan, kami membeli makanan untuk diberikan ke beberapa hewan yang ada di sana. Ada kuda, kambing dan kelinci. Awalnya kami hanya menemukan kuda saja, lalu setelah jalan keliling kami menemukan kalau kami terlewat tempat kambing dan kelincinya.
Ada 2 ekor kuda putih di sana, tapi kudanya tidak terlalu besar. Kudanya sebenarnya sudah punya makanan di kandangnya, tapi melihat kami datang, kudanya sudah tahu kalau dia akan diberi makanan tambahan oleh pengunjung.
Joshua lebih senang ngasih makan kambing daripada kuda. Mungkin karena ketika memberi makan kuda, kudanya terlihat lebih tinggi, jadi malah agak takut kudanya gigit. Sedangkan kambingnya kan lebih pendek dari Joshua, jadi dia bisa memberi makan tanpa takut. Jonathan dan Joshua senang dapat kesempatan jalan-jalan memberi makan kuda, kambing dan kelinci, setelah sekian lama kami tidak jalan-jalan begini.
Selain memberi makan hewan, kami juga jalan berkeliling sawah dan melihat ada tanaman apa saja di sana. Cuaca yang cerah dan matahari yang lumayan panas, untung kami sudah mempersiapkan membawa topi. Tapi sebenarnya, saya perhatikan, kalaupun tidak membawa topi, pihak Ginger Farm menyediakan topi dan payung yang bisa dipakai oleh pengunjung ketika melihat sawah.
Setelah selesai mengelilingi sawah dan melihat-lihat sekitar pertanian, kami beristirahat sambil minum es kopi lagi. Mungkin lain kali, kalau mau sering-sering main ke tempat itu, bisa juga beli kopi doang biar hemat, hehehe.
Sekitar pukul 3.30 sore, kami sudah sampai lagi ke rumah. Total waktu yang kami habiskan di sana antara 3 – 4 jam untuk makan dan berjalan-jalan dan bermain. Kalau betah, bisa juga datang lebih awal dari pagi sampai sore. Mungkin nanti di saat Chiang Mai sudah lebih dingin hawanya, bisa juga lebih lama main di sana. Dengan catatan, mudah-mudahan tetap aman dari Covid-19.
Bonus buat yang baca sampai akhir, langit biru dan awan putih di sore hari yang cerah. Doi Suthep di kejauhan terlihat agak berkabut. Mudah-mudahan tetap cerah dan tidak ada polusi lagi di Chiang Mai.
Asiik~
Main di alam.
Eolmana johasseo yoo..
Ada biaya tiket masuk nya ga kak Risna?
Playground, kasih makan ke hewan, bener-bener menghabiskan energi kinestetik anak.
Have a nice sleep~
gak pake biaya tiket masuk, pokoknya beli makanan/minuman aja. kalau kasih makanan ke hewan, ada mereka sediakan 1 keranjang makanan 20 baht (10 ribu rupiah), sisanya akses playground dan jalan-jalan ya gratisss. Kalau mau beli hasil bumi dari sana juga bisa, tapi kami ga beli, hehehe