Hari Senin, 1 Agustus 2022, kami sampai juga di Yogyakarta. Kebetulan sekali kami mendapat tempat tinggal di daerah yang namanya Depok di Yogyakarta. Jadi lucu rasanya karena kami dari Depok Jawa Barat ke Depok Yogyakarta dan menempuh perjalanan hampir 10 jam.
Terakhir kali kami ke Yogya tahun 2016, waktu itu anak-anak masih kecil-kecil, anak nomor 2 malahan masih dipangku duduknya dan masih menyusui. Lumayan tuh rasanya duduk berjam-jam sambil memangku Joshua yang dari dulu ukurannya lumayan besar.
Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 7.42 WIB setelah sarapan dari rumah dan tiba sekitar pukul 17.21 WIB. Perjalanan cukup lancar dan anak-anak juga cukup cooperative. Sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan perjalanan mobil sekitar 10 jam. Memang jadi mirip dengan perjalanan Chiang Mai Bangkok yang juga membutuhkan waktu yang kurang lebih sama. Kami berhenti beberapa kali di tempat istirahat untuk ke toilet, beli cemilan, beli makan siang dan isi bensin.
Jalan Tol dan Tempat Istirahatnya
Berhenti pertama sekitar pukul 10, tentunya ini supaya anak-anak nggak bosan kami ajak berhenti di tempat yang ada mini marketnya. Kami ke toilet dulu sebelum mampir membeli cemilan di mini market. Karena iseng, saya mencoba kopi beans dari Alfamart, ternyata rasa kopi cappuccino panasnya lumayan juga loh. Selama di Indonesia, saya jarang beli kopi, karena ketika di rumah Depok, kami sudah membeli kopi Aroma dari Bandung dan bikin sendiri di rumah saja.
Kesan tentang tempat istirahat yang kami kunjungi pertama ini: Toiletnya cukup bersih dan ada tulisan kalau tidak perlu bayar alias gratis. Saya pikir sudah menjadi standar sekarang ini kalau tempat istirahat di area jalan tol selalu bersih, ternyata saya mengambil kesimpulan terlalu cepat.
Tidak semua tempat istirahat di jalan tol sama. Tentunya tergantung siapa yang mengelolanya. Kesamaannya sih sekarang ini hampir di semua tempat istirahat selain bisa mengisi bensin ada beberapa restoran atau tempat makan, mini market, toilet gratis dan tentunya tempat parkir yang cukup banyak dan gratis.
Sedikit komentar tentang toilet gratis di tempat istirahat di jalan tol di Indonesia. Saya sih cukup menghargai adanya tulisan toilet gratis. Tapi sepertinya, karena kita terbiasa dengan toilet itu bayar, ada saja diletakkan kencleng untuk siapa yang ingin menyumbang dana bersih-bersih toilet. Apa mungkin petugas kebersihannya tidak mendapat cukup dana untuk bersih-bersih, sehingga mereka masih mengharapkan tambahan? Atau ini sekedar… ah entahlah, hehehe.. Satu lagi komentar tentang toilet umum di Indonesia. Biasanya akan disediakan toilet jongkok dan duduk. Tapi yang saya heran, entah kenapa selalu ada bercak sepatu di toilet duduk. Padahal kalau memang mau jongkok, ada loh tersedia toilet jongkok.
Secara tidak sadar, saya jadi membandingkan dengan tempat kami berhenti selama perjalanan Bangkok – Chiang Mai yang tidak melalui jalan tol sama sekali. Di Thailand, tempat isi bensin biasanya juga memiliki mini market, beberapa tukang jualan makanan dan toilet yang bersih dan tentu gratis. Untuk jalan yang biasanya merupakan jalan lintas antar kota di Thailand, selalu ada tempat isi bensin yang agak besar walaupun tidak selalu sebesar tempat berhenti seperti di jalan tol di Indonesia.
Kami berhenti di beberapa tempat istirahat, dan seperti saya sebutkan sebelumnya kalau tidak semua tempat sama, tapi secara umum sudah jauh lebih baik. Perjalanan antar kota dari Jakarta ke Yogyakarta sudah jauh lebih nyaman dibandingkan tahun 2016. Perjalanannya juga lebih cepat karena jalan tol nya sudah lebih panjang lagi karena rasanya hampir sepanjang perjalanan kami melalui jalan tol.
Kesan pertama tentang Yogya
Memasuki kota Yogya, yang pertama terasa adalah macet. Tadinya kami pikir karena kami tiba sekitar jam orang-orang pulang kerja, tapi sepertinya juga karena alamat penginapan yang kami tuju memang dekat sekali dengan jalan antar kota Yogya Solo.
Selain kesan macet, kesan berikutnya adalah: ada banyak sekali yang jualan bakpia. Ada berbagai pilihan bakpia dengan berbagai nomor, ada nomor 25, 75, 129 dan bahkan ada bakpia kukus. Saya jadi penasaran bagaimana mungkin hanya jarak beberapa meter ada saja yang jual bakpia, apakah setiap harinya bakpia mereka akan laku terjual? Sepertinya cerita Bakpianya kapan-kapan saja dituliskan lagi.
Yogyakarta terkenal dengan gudeg nya, dekat tempat kami menginap ada beberapa tempat menjual gudeg. Tentunya makan malam pertama kami ketika tiba di Yogya ya gudeg asli. Walaupun ada beberapa nama, tapi ya kalau buat saya yang nggak bisa masak gudeg, semuanya sih enak, hehehe.
Sudah dulu cerita perjalanan ke Yogya 2022, semoga besok-besok saya lebih rajin untuk menuliskan cerita lainnya dan menambahkan foto-fotonya.