Cerita Gadget (3): Headset Bluetooth

Teknologi bluetooth adalah teknologi untuk komunikasi, ada banyak implementasinya, dari mulai komunikasi antar ponsel, komunikasi ponsel/komputer dengan headset (headset bluetooth), komunikasi ponsel dengan komputer (misalnya sebagai modem), komunikasi mouse/keyboard dengan komputer/PDA, dan sebagainya. Sekarang saya hanya ingin membahas headset bluetooth saja.

Kami pernah membeli dua jenis headset bluetooth, yang pertama adalah headset stereo, dan yang kedua mono. Ketika apartemen yang kami tinggali masih sangat kecil, saya merasa terganggu memprogram jika istri saya memutar film di TV (yang diputar via PC). Salah satu solusi adalah membuat konektor yang panjang sekali ke tempat istri saya duduk, tapi solusi yang kami pilih adalah memakai headset bluetooth stereo untuk mendengarkan suara dari film.

Headset bluetooth juga sangat berguna ketika mengemudi. Dengan ponsel yang bisa mendial dengan suara, kita cukup menekan sebuah tombol untuk menelepon atau menerima telepon, sangat praktis dan aman. Headset bluetooth stereo enak digunakan untuk mendengarkan musik, tapi terlalu besar untuk dibawa-bawa. Headset mono lebih praktis dan mudah dibawa ke mana-mana. Masalah dengan headset bluetooth dibandingkan dengan versi kabel adalah bahwa Anda harus ingat untuk mencharge baterenya.

Catatan/Tips: Jika ingin membeli headset untuk mendengarkan musik, pilihlah yang memiliki profile A2DP, tanpa itu suara tidak akan stereo, dan kualitasnya rendah.

Cerita Gadget (2): Kamera Digital

Waktu pertama ingin pergi ke Singapore untuk Asia Open Source Symposium, saya meminjam kamera salah satu rekan kerja. Sejak itu saya ingin sekali punya kamera, karena akan sangat berguna untuk mengabadikan saat-saat berharga seperti itu (kali pertama keluar negeri, kali pertama berbicara di simposium, dsb). Sejauh ini kamera yang saya miliki/pernah miliki adalah kamera yang ada di aneka Handphone dan PDA, serta kamera digital Casio Exilim S2, Canon Powershot A400, Casio EX-Z75, dan Canon EOS D1000.

Pengalaman saya menunjukkan bahwa kamera HP berguna untuk menangkap momen ketika tidak ada kamera digital. Dibandingkan dengan kamera digital yang murah sekalipun, kamera HP masih memiliki banyak kekurangan. Kebanyakan kamera tidak memiliki optical zoom, gambar yang didapat kurang bagus di pencahayaan rendah (dan hasilnya kurang bagus dengan flash). Pada HP yang memiliki sistem operasi (Symbian, Windows Mobile) Kelemahan lainnya adalah biasanya lama sekali untuk memulai program kamera. Ada beberapa kamera di HP yang hasilnya bagus, dan bisa cepat digunakan, jadi Anda harus mengecek dulu supaya yakin (tapi pada umumnya kamera di HP memiliki kelemahan yang saya sebutkan). Sebagian HP juga memiliki bunyi yang tidak bisa dimatikan ketika kita mengambil gambar.

Meski gambarnya kurang bagus, kamera ponsel berguna untuk mencatat. Banyak yang bisa dicatat, dari mulai harga di supermarket, sampai barang apa saja yang masuk koper. Dengan software semacam evernote, kita bisa mengubah catatan menjadi bentuk yang bisa disearch. Dengan maraknya facebook, kamera di HP sangat berguna untuk menangkap momen dan mengirimkannya ke facebook, twitter atau yang lain.

Berdasarkan pengalaman:

  1. Punya kamera digital itu perlu. Dulu waktu jalan-jalan kali pertama dengan Risna ke Singapore, dokumentasinya cuma sedikit (dengan kamera Nokia 3650 yang terbatas).
  2. Kalau nggak punya hobi fotografi, ternyata beli DSLR itu nggak terlalu perlu. Tapi untungnya DSLR yang saya miliki sangat berguna untuk memfoto aneka motherboard PCB dengan resolusi tinggi.
  3. Jika punya kamera saku, sebaiknya yang benar-benar masuk saku. Jika terlalu besar, biasanya jadi malas membawanya.
  4. Sebagian kamera digital bisa diakses sebagai USB disk, praktis jika lupa membawa USB Disk. Sangat berguna juga sebagai card reader untuk mengakses media card (SD/MMC atau yg lain).Sebaiknya cari yang memakai kabel data mini USB, sehingga jika lupa, mudah mencari pinjaman.
  5. Jika jarang memakai kamera digital, sebaiknya membeli yang memakai batere AA/AAA, jadi jika tiba-tiba butuh, tidak perlu repot-repot charge, cukup beli batere baru
  6. Saya suka kamera digital yang memiliki fitur panorama, jadi bisa membantu menangkap pemandangan yang luas dengan menyambung beberapa jepretan

Cerita Gadget (1): GPS

Dulu waktu masih jadi mahasiswa, saya cukup puas dengan sebuah handphone (Siemens SL45) dan sebuah PDA (Palm Handspring Visor bekas). Pengen sih punya gadget-gadget yang lain, tapi waktu itu masih belum punya duit. Waktu saya S1 (sekitar tahun) 1998-2002, perkembangan gadget baru juga belum secepat sekarang. Sekarang semakin banyak gadget baru, dan harganya semakin murah, dan biasanya gadget versi sebelumnya (second hand) juga jauh lebih murah.

Sejak lulus S1 sampai sekarang, sudah banyak gadget yang dibeli dan dijual lagi. Meski sekarang masih ada juga keinginan membeli/menukar gadget baru, tapi sekarang sudah sedikit lebih bijaksana. Setidaknya sekarang saya sudah lebih tahu apa yang sebenarnya saya inginkan dan butuhkan. Bertambahnya pengetahuan saya mengenai sistem operasi, kernel, dan elektronika, saya juga semakin paham apa saja yang perlu dilihat dari sebuah device. Tapi ternyata yang paling penting ketika membeli sebuah device adalah pengetahuan mengenai diri Anda sendiri, mengenai sifat dan kebiasaan Anda.

Saya berencana untuk membuat tulisan berseri mengenai cerita/renungan gadget. Karena sekarang satu gadget bisa multi fungsi, saya bagi tulisannya berdasarkan fitur. Misalnya jika kita ingin bisa mengetahui posisi dengan teknologi GPS, kita bisa membeli unit GPS receiver mandiri (lengkap dengan layar), bisa membeli ponsel yang memiliki GPS receiver, atau membeli unit GPS receiver tanpa layar yang harus dihubungkan ke ponsel/komputer. Jika kita ingin kamera, kita bisa membeli ponsel berkamera, kamera saku, kamera DSLR, atau bahkan video recorder yang mendukung pengambilan gambar diam. Urutan pembahasannya tidak spesifik, tergantung sedang ingin menulis apa.

Lanjutkan membaca “Cerita Gadget (1): GPS”

Hobi Elektronik

Sejak kemarin saya baca-baca lagi isi blog ini yang sudah dimulai sejak 2004, dan ternyata sepertinya banyak hal dalam hidup ini yang tidak dituliskan. Nah supaya nggak lupa, sekarang mau nulis soal hobi baru: elektronik, atau tepatnya lagi elektronik digital. Dari dulu sebenarnya saya ingin belajar elektronika tapi nggak pernah dapet pelajarannya waktu SD, SMP ataupun SMU, jadi dasar elektronika yang saya punya cuma dari kuliah Fisika. Di ITB, dulu di Teknik Informatika tidak diajarkan sama sekali dasar elektronika (nggak tau ya sekarang setelah bergabung dengan elektro menjadi STEI).

Awal dari keinginan belajar elektronika lagi adalah karena kemalasan. Kami tinggal di sebuah apartemen yang kuno (fasilitas perusahaan, bukan milik sendiri). Sebenarnya isi apartemennya sangat bagus, kecuali AC yang harus dikendalikan langsung dari thermostat, tidak bisa via remote. Membeli thermostat yang lebih modern harganya cukup mahal (di Internet sekitar 1 juta rupiah), dan mungkin tidak kompatibel dengan AC yang sudah ada. Jadi saya ingin bisa mengendalikan remote tersebut dengan memodifikasi thermostat yang sudah ada. Saya hanya ingin bisa menyalakan/mematikan AC dari tempat tidur (tidak perlu bisa mengatur suhu).

Dengan berbekal kit dari buku berbahasa Thai, awal bulan lalu saya mulai belajar elektronika. Karena saya belum bisa baca bahasa Thai (paling cuma mengerti beberapa kata saja), saya belajar dengan melihat diagram, foto, dan source code. Kit dari buku itu menggunakan microcontroller PIC16F627A, dengan beberapa komponen (transistor, resistor, kapasitor, motor, LED, LDR, thermistor, potensiometer) dan disertai dengan programmer (disebut juga downloader/flasher) dengan serial port. Sebuah breadboard kecil juga disertakan, jadi saya tidak perlu menyolder ketika mulai belajar (breadboard adalah papan kecil dimana kita bisa menancapkan/melepaskan komponen dengan mudah).
Lanjutkan membaca “Hobi Elektronik”

Tentang Kebahagiaan

Rasanya lama sekali ga update blog ini, dan rasanya kehabisan energi buat mengupdate cerita. Banyak hal yang terjadi tiba-tiba dalam hidup ini, dan memang begitulah hidup. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa.

Sekarang ini sedang mendengarkan sebuah audiobook yang judulnya Stumbling on Happiness, buku yang menarik. Bukan fiksi atau novel, bukan buku selfhelp tapi merupakan buku sains dan psikologi. Bahasanya agak berat dan di beberapa bagian membahas struktur otak dan hubungannya dengan apa yang kita bayangkan. Tapi secara keseluruhan bukunya bisa dimengerti. Lanjutkan membaca “Tentang Kebahagiaan”

Mereka akan selalu ada

Orang-orang yang mengesalkan dalam hidup ini akan selalu ada. Biasanya saya cuma mengabaikan saja orang-orang seperti ini, tapi kadang-kadang saya suka mencecar balik tergantung mood dan waktu yang tersedia. Saya akan tuliskan beberapa jenis orang yang mengesalkan. Orang-orang seperti ini akan selalu ada:

Orang yang selalu selalu mengkritik orang lain. Jika mereka melihat tulisan di blog, mereka akan mengkritik dalam hal tata bahasa, pemilihan kata, dsb, tapi mereka sendiri tidak membuat tulisan yang berarti. Sepertinya bukan karena tidak sempat (karena sempat membaca + menuliskan kritik), tapi mungkin tidak mampu. Bukan cuma tulisan di blog, mereka akan mengkritik foto, video, software, dan sebagainya.

Orang-orang yang sombong. Mereka akan menganggap semua hal remeh. Mereka menganggap dirinya lebih baik, lebih kaya, lebih cantik/ganteng, lebih murah hati. Mereka akan bercerita tempat-tempat yang sudah mereka datangi, dan akan selalu membandingkan dengan diri Anda. Mereka akan merasa puas kalau dianggap lebih hebat, mereka akan senang kalau kucing miliknya lebih pintar dari kucing milik Anda.

Orang-orang yang selalu merasa menjadi korban. Mereka selalu mengeluh ini dan itu. Mengeluh mengenai kehidupan, mengenai gaji, mengenai kesehatan, mengenai anak, dan sebagainya. Mereka merasa hidup ini tidak adil. Kadang mereka juga akan meminta bantuan setelah menceritakan cerita hidupnya yang seperti sinetron. Tapi biasanya orang-orang ini tidak mau bekerja keras, tidak mau berusaha, dan hanya mengeluh saja.

Orang yang suka mengurusi urusan orang lain. Selalu mempertanyakan dan menasihati orang lain, tapi tidak diaplikasikan ke diri sendiri. Dari sekedar nasihat belajar yang rajin agar cepat lulus (padahal dirinya juga belum lulus), menasihati agar memiliki hobi berguna (dirinya tidak punya hobi berguna), menasihati cepat punya anak (sementara hidup anaknya sendiri tidak benar), sampai nasihat menjalankan perusahaan (sementara dirinya pengangguran). Misalnya banyak orang yang melihat perusahaan kecil bapak saya (karyawannya cuma sekitar 20 orang), yang menasihati ini dan itu, kadang-kadang kalau terlalu kesal, bapak saya akan bilang “coba bikin perusahaan sendiri aja deh, cara saya dah berhasil 10 tahun, saya ingin lihat kalau Anda yang membuat akan jadi seperti apa”.

Orang yang merasa dirinya penting. Mereka suka menyela pembicaraan orang, menganggu acara, menggangu antrian (baik secara langsung ataupun nitip ke calo di depan). Mereka tidak memikirkan orang lain. Mereka membuat pesawat ditunda puluhan menit karena mereka masih asik berbelanja setelah check in dan melupakan jam boarding. Mereka suka menahan lift lama sekali sambil mengobrol dengan temannya sebelum mengucapkan “bye”, sementara di lantai bawah sudah ada puluhan orang menunggu lift turun. Mereka yang merokok di sembarang tempat tanpa mempedulikan orang lain, bahkan di rumah sakitpun mereka akan merokok.

Orang yang tidak mau mendengar. Meskipun Anda sudah memberikan bukti yang tak terbantahkan, mereka tidak akan berubah pikirannya. Meski sudah dibilang bahwa program X cuma penipuan, meski sudah ditunjukkan aneka kejanggalan, mereka akan tetap membela X.

Orang yang tidak tahu prioritas. Mereka akan mati-matian membela hal kecil, mereka akan mengomeli penjaga toko selama 30 menit untuk kembalian yang kurang. Mereka akan mempermasalahkan soal makanan, soal posisi meja, soal pakaian. Tapi mereka tidak akan mempermasalahkan kalau mereka berbohong, menyakiti hati orang lain, atau bahkan korupsi ratusan juta rupiah.

Orang yang menghabiskan waktu berdebat di mailing list. Sesekali orang berdebat di mailing list cukup wajar. Tapi ada saja yang kerjaannya hanya berdebat. Mereka berpindah dari satu milis ke milis lain untuk berdebat. Ada juga yang menuliskan aneka topik di mailing list, topik ngalor ngidul seperti ngeblog (yang ini sih cuma sedikit mengesalkan). Yang mengherankan mereka akan menulis puluhan ribu kata setiap bulannya, mengkritik semua hal di sekitarnya. Sementara jika waktu itu digunakan untuk datang membantu masyarakat secara langsung, masalahnya sudah akan selesai. Mungkin mereka bisa membuat buku gratis yang bisa berguna bagi semua orang, tapi mereka lebih suka kalau ada orang yang menantang pendapatnya dan ingin meng-crush (mempites kalo orang jawa bilang) orang yang melawannya itu di mailing list.

Orang yang pikirannya hanya tentang uang. Pikirannya hanya soal uang, mengenai bagaimana hal ini seharusnya bisa menghasilkan uang. Mengkritik orang karena hobinya tidak menghasilkan uang. Mengkritik uang yang terlalu banyak dibelanjakan untuk suatu tujuan tertentu. Misalnya: program Alkitab ini mestinya bisa dijual, bisa menghasilkan uang, atau ngapain punya HP banyak-banyak, mending beli ini dan itu (padahal HP-HP tersebut saya gunakan untuk development SymbianBible).

Orang yang terlalu khawatir dengan makanan. Sebenarnya memperhatikan makanan adalah hal yang bagus, tapi tidak perlu setiap kali makan memberitahukan segala macam fakta mengenai bahaya makanan X, atau gunanya makanan Y, jangan memakai microwave, jangan begini dan jangan begitu. Tidak perlu juga memberitahu itu ketika ada acara makan bersama, bukankah tujuannya sesekali menikmati hidup ini dengan makanan yang Tuhan berikan?

Orang yang sok tahu. Orang-orang ini akan membaca sedikit hal X dan akan percaya. Masalahnya mereka adalah orang yang tidak mau mencari tahu lebih banyak lagi. Mereka akan menasihati orang mati-matian dengan nasihat yang salah. Beberapa kali saya mendapatkan “kuliah” mengenai kenapa sebaiknya memakai software ini atau membeli hardware itu, dari orang-orang yang bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Selamat Jalan Tulang Walter Saragih

Posting terakhir Risna mengabarkan bahwa kondisi Tulang (begitu saya memanggil almarhum mertua saya) sudah semakin membaik. Namun rupanya itu adalah ketenangan sebelum badai (calm before the storm), karena kemudian kondisinya memburuk. Meskipun operasi berjalan dengan baik, Tulang tidak berhasil melewati masa kristis di ICU. Saya sempat datang ke acara adat sayur matua, bagian dari pemakaman Tulang. Tapi sebelumnya saya ingin menuliskan mengapa kepergiannya tidak perlu ditangisi.

Tulang Walter adalah seorang Kristen yang benar-benar melayani Tuhan dalam hidupnya. Sebagai orang Kristen, kami percaya bahwa Tuhan Yesus pasti akan menerima kami di surga, jadi sebagai orang Kristen tidak ada yang perlu ditangisi. Tulang Walter juga adalah orang Batak Simalungun yang menjunjung adat. Secara adat Simalungun (atau Batak pada umumnya), Tulang Walter sudah mencapai sayur matua. Saya kutipkan dari blog ini:

Betapa istimewanya posisi Sayur Matua dan betapa ia menjadi kerinduan setiap orang Batak, makin jelas bila kita menyimak bagaimana orang-orang ‘merayakan’ meninggalnya seseorang yang sudah Sayur Matua. ‘Kepergiannya’ tidak lagi dianggap sesuatu yang pantas ditangisi. Melainkan lebih sebagai perayaan, kemuliaan, dan rasa syukur.

Jadi sebagai orang Batak, kepergiannya tidak perlu ditangisi. Secara pribadi, Tulang sering berkata bahwa dia tidak takut mati. Tulang lebih takut hidup “setengah mati”, hidup dalam dukungan mesin-mesin, tapi sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Tulang juga pergi dalam tidurnya. Jadi secara singkat: hidupnya sudah lengkap dan kepergiannya dengan damai.
Lanjutkan membaca “Selamat Jalan Tulang Walter Saragih”