Hari ini, kami sekeluarga terbang dari Chiang Mai ke Don Mueang Bangkok untuk mengurus paspor saya dan anak-anak ke kedutaan di Bangkok. Sayangnya, paspor Joe masih belum bisa, tapi ini cerita untuk esok hari.
Sejak minggu lalu, kami sudah pesan tiket dan hotel untuk ke Bangkok dan mencari tau situasi penerbangan saat ini. Kami perlu menginap 1 malam di Bangkok, herannya waktu cari hotel kok family room pada penuh ya.
Dengan tidak adanya kasus transmisi lokal lebih dari sebulan di Thailand, perasaan agak tenang untuk perjalanan membawa anak-anak. Tidak ada kewajiban untuk test Covid-19 dulu dan tidak ada karantina di tempat tujuan. Protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan social distancing tetap ditekankan.
Pesawat paling pagi dari Chiang Mai itu berangkat jam 8.30, karena rumah cukup dekat kami berangkat jam 7 dari rumah. Suasana di luar airport sangat sepi, pintu masuk ke bagian internasional malahan kosong sama sekali.
Masuk ke bagian domestik masih seperti biasa, tidak ada antrian terlihat. Walau sudah check-in online, kami belum print boarding pass, jadi saya ke counter Air Asia untuk cetak boarding pass.
Karena menginap 1 malam, kami cuma membawa koper kecil yang biasanya bisa masuk ke kabin. Ternyata ada aturan baru, koper tersebut dianggap masih terlalu besar dan wajib masuk bagasi. Katanya sih sampai dengan 7kg masih gratis. Dan ternyata koper kami 8kg! Untungnya tidak dipermasalahkan dan tetap gratis.
Selesai mendapatkan boarding pass, kami menuju ruang tunggu. Ada banyak pengumuman tentang 4 langkah yang harus dilakukan sebelum terbang.
Langkah pertama: download dan instal aplikasi AOT Airport. Ini sih tidak masalah karena kami toh punya paket data di ponsel.
Langkah kedua mulai ribet, karena harus sign up dan buat akun. Untuk membuat akun harus mengunggah paspor atau kartu identitas untuk orang lokal.
Langkah ke-3 bikin saya sakit kepala, karena walau aplikasinya sudah saya set bahasa Inggris, kota tujuan pilihannya pakai bahasa Thai semua. Untung saya bisa nebak yang mana tulisannya Krungthep (Bangkok).
Masalah lain dari pengisian form adalah aplikasinya agak lambat. Pada akhirnya karena mentok, saya antri untuk minta bantuan dari petugas menyelesaikan pengisian pernyataan bebas Covid-19. Nah sebenarnya lebih cepat minta tolong kali ya daripada pusing, hehehe. Untuk sekeluarga, cukup 1 orang yang isi aplikasi ini, jadi Joe dan anak-anak (yang jelas ga punya ponsel) tidak perlu mengisi lagi.
Langkah terakhir, saya mendapat stamp, bukti kalau kami sudah melakukan 3 langkah sebelumnya. Dengan modal stamp, kami bisa masuk ke ruang tunggu untuk boarding.
Ruang tunggu domestik masih menerapkan social distancing dan wajib masker. Ternyata banyak yang mulai terbang dalam negeri, akibatnya agak sulit mencari tempat duduk.
Sekitar pukul 8.30, penumpang pesawat mulai dipanggil sebagian-sebagian. Antrinya jaga jarak juga, ada banyak garis petunjuk yang diberikan jarak 1 meter. Sambil antri, petugasnya ambil suhu dengan termometer yang didekati ke jidat. Tantangan di sini, anak yang kecil mulai rewel ga betah pakai masker, kupingnya sakit kena karet.
Akhirnya jam 9 kurang, duduk deh di pesawat. Surprise, gak ada social distancing dalam pesawat, semua baris penuh dong. Tapi, semua wajib make masker selama di pesawat, dan tidak ada penjualan makanan dan minuman. Makan dan minum juga dilarang di penerbangan, biar gak ada alasan buka masker ini kayaknya.
Untungnya penerbangan Chiang Mai Bangkok itu cuma 1 jam kurang sedikit. Tapi ya tetap saja, kami sudah memakai masker sejak masuk gedung bandara jam 7 lebih sedikit. Saya saja merasa tidak nyaman dan juga mulai sakit kuping, jadi bisa paham kalau anak-anak juga mulai gelisah dan beberapa kali mulai melepas masker sampai ditegur sama pramugari.
Sekitar jam 10 pesawat mendarat di Don Mueang. Jalan kakinya lumayan juga sampai ke tempat pengambilan bagasi. Sebelum keluar dari bandara ada kamera thermal mengecek suhu badan penumpang.
Setelah mampir ke toilet sekalian cuci tangan pakai sabun, kami langsung naik taksi menuju KBRI Bangkok. Jalanan di Bangkok mulai ramai, tapi ya tidak semacet biasanya. Selama di taksi juga masih harus pakai masker.
Kami tiba di KBRI Bangkok sekitar jam 11 lewat sedikit. Cerita urusan paspor nya dilanjutkan besok ya, paspor nya belum selesai dan masih menunggu kabar besok.
Hari ini belum jam 1 siang, langkah kaki sudah lebih dari 5000, padahal biasa selama 3 bulan di rumah saja, tidak pernah sampai 5000 langkah.
Sekitar jam 2 siang akhirnya bisa pulang ke hotel. Sengaja memilih hotel yang lokasinya deket banget dengan KBRI, biar ga pusing lagi mikirin naik turun taksi dan bisa jalan kaki saja.
Hari ini rasanya hari dengan durasi terlama saya menggunakan masker. Rasanya sungguh tidak nyaman, tapi ya demi keamanan bersama, aturan pemakaian masker dituruti saja. Kalau tidak mau pakai masker, ya di rumah saja.
Semoga besok lebih lancar ya kak. .
Semangat dan sehat selalu…
amiin, makasih, semua misi dilancarkan berkat doa teman2 semuah