Beberapa buku Roald Dahl

Siapa sih Roald Dahl? Singkatnya Roald Dahl itu penulis terkenal, lengkapnya lihat di wikipedia Roald Dahl ya. Dia menulis berbagai cerita dan cukup banyak menulis buku cerita pendek untuk anak-anak.

Tapi waktu saya jadi anak-anak, manalah saya tahu buku Roald Dahl, taunya cuma Enid Blyton karena ada film Lima Sekawan diputar di TV, lalu jadi nyari buku Lima Sekawan. Kemungkinan waktu saya kecil, buku-buku Roald Dahl belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Mengenalkan buku Roald Dahl ke anak

Sejak mengenalkan chapter book ke Jonathan, saya jadi ikutan membaca buku-buku karya Roald Dahl. Waktu saya menonton film Charlie and the Chocolate Factory, saya tahu kalau film itu dari buku penulis terkenal, tapi saya tidak mencaritahu siapa penulis bukunya dan apa karya lainnya. Tapi setelah tahu, akhirnya buku Roald Dahl untuk Jonathan yang pertama dibeli adalah  buku Charlie and the Chocolate Factory. Sebagai reward selesai membaca buku, kami nonton filmnya di Netflix.

Buku Roald Dahl berikutnya yang Jonathan minta belikan adalah Charlie and the Glass Elevator, dan George’s Marvelous Medicine. Karena Jonathan  menyelesaikan dalam waktu singkat, berikutnya kami belikan buku Matilda.

Ketika saya berencana untuk membeli lebih banyak buku Roald Dahl, kebetulan ada yang mau pindah dari Chiang Mai dan menjual satu set buku-buku Roald Dahl dengan harga murah, langsung deh saya beli tanpa pikir panjang. Buku Roald Dahl beli di toko sekitar 300 an baht, buku bekas 1 set yang saya beli ada 15 buku cuma 500 baht saja dan semua buku dalam kondisi bagus walaupun akhirnya ada beberapa buku yang sudah kami punya.

Karena merasa perlu untuk mengetahui apa yang di baca Jonathan, saya juga ikutan membaca buku Roald Dahl. Saya tidak membaca buku Charlie and the Chocolate Factory, soalnya saya sudah 2 kali menontonnya, saya pikir saya akan baca belakangan.

Saya pilih baca buku Matilda, berikutnya buku  George’s Marvelous Medicine, Fantastic Mr. Fox, The Twits, The Girrafe and the Pelly and Me. Semua buku-buku itu sudah dibaca duluan oleh Jonathan. Bahkan ada beberapa buku Roald Dahl lainnya yang Jonathan sudah baca tapi saya belum sempat menyelesaikan juga.

Sebelum saya membeli bundle buku bekas harga murah, Joe awalnya berniat membelikan e-book saja. Tapi waktu mencari daftar bukunya Roald Dahl, kami baru menyadari kalau tidak semua buku Roald Dahl ini untuk anak-anak. Kalau masuk ke website officialnya Roald Dahl juga akan ada pertanyan apakah kita guru, anak-anak atau dewasa. Dan sayapun baru tahu kalau di official websitenya ada lesson plan untuk eksplorasi buku-bukunya di ruang kelas (bagian ini saya belum bisa cerita banyak karena saya juga baru tahu haha).

Kesan membaca buku Roald Dahl

Kesan saya ketika membaca buku-buku Roald Dahl (peringatan: bakal ada spoiler mengenai beberapa buku, karena saya ga bisa menuliskan kesannya tanpa menuliskan bagian yang bikin kesan tersebut).

Matilda

Awalnya saya merasa heran, apa iya buku ini untuk anak-anak? apalagi buku pertama yang saya baca Matilda. Kisahnya menurut saya sangat sedih dan banyak percakapan yang kurang pantas diucapkan oleh orangtua ataupun guru. Saya sempat heran, kenapa Jonathan ga nangis baca buku ini, mengingat dia nonton film pokemon aja bisa nangis hehehe.

Cerita Matilda berakhir sepertinya bahagia tapi menurut saya menyedihkan karena orangtua Matilda meninggalkan Matilda begitu saja dengan gurunya. Memang sih Matilda lebih bahagia tanpa orangtuanya, dia bisa baca buku dan si ibu guru lebih mengerti dia daripada orangtuanya, tapi kan tetep aja sedih kalau ada cerita anak ditinggal orangtuanya.

George’s Marvelous Medicine

Dari cerita George’s Marvelous Medicine, saya juga masih heran, apa iya ini buku anak-anak? kok ya George bikin ramuan dari isi obat-obatan di kamar mandi dan gudang lalu dikasih minum ke neneknya.

Heran karena neneknya kok bisa ga langsung mati. Ketika neneknya akhirnya mati, sepertinya mereka ga diceritakan merasa sedih. Aduh ini ngajarin apa sih ke anak-anak?. Tapi saya menyadari, memberikan buku ke anak itu harus didampingi, jadi saya ajak Jonathan ngobrol untuk mengingatkan dia jangan pernah bikin campuran obat seperti di buku George’s Marvelous Medicine.

Saya juga bertanya apakah dia merasa takut atau sedih ketika membaca bukunya. Intinya saya jadi punya bahan untuk mengajarkan hal-hal yang berbahaya dan sebaiknya tidak dilakukan.

Fantastic Mr. Fox, The Girrafe and the Pelly and Me, dan The Twits

Buku Fantastic Mr. Fox dan buku The Girrafe and the Pelly and Me jauh lebih baik jalan ceritanya dan tidak sedramatis buku-buku sebelumnya. Diantara membaca 2 buku itu, saya membaca buku The Twits yang lagi-lagi agak dramatis.

Dramatis karena nasib tragis Mr. dan Mrs. Twits di akhir cerita walaupun kalau dibaca dari deskripsi tokohnya mereka bukan orang yang baik dan rasanya tidak ada yang akan merasa kehilangan mereka.

Penutup

Akhirnya sebuah cerita hanyalah cerita, yang lebih perlu gimana kita memaknai cerita tersebut. Mengambil hal yang baiknya dan mengerti kalau di dunia ini ga semua orang baik. Bagaimana supaya bertahan hidup seperti keluarga Fox ketika mereka disudutkan dalam lubangnya dan bagaimana bisa seperti Matilda yang sangat rajin membaca sejak kecil.

Berikutnya masih banyak buku Roald Dahl yang belum saya baca, sejauh ini walaupun ceritanya gak semuanya berakhir bahagia, tapi cerita-ceritanya cukup menghibur.  Motivasi saya membacanya supaya bisa memilih juga mana buku berikutnya sebaiknya yang dibaca Jonathan, dan supaya saya jangan ketinggalan dari Jonathan hehehe.

Mengajak Jonathan Membaca

Sejak bisa membaca, Jonathan senang membaca berbagai buku. Buku yang dia paling senang model buku Usborne yang ada lift the flapnya. Berikutnya dia mulai suka membaca komik. Kami berusaha mengenalkan dia untuk membaca buku tanpa gambar (chapter book), awalnya dia bilang kurang suka dan ceritanya ga menarik.

Bulan Januari 2018, saya berusaha melatih Jonathan untuk membaca buku setiap hari 1 selama 10 menit, saya ikuti kegiatan challenge Read Aloud yang ada di internet tentunya dengan memberi reward buku yang dia pilih sendiri. 

Walaupun  dia sudah bisa baca, waktu membacakan bersuara, kadang-kadang dia belum bisa berhenti ketika ada titik ataupun tanda baca lainnya. Dia cenderung membaca seperti kereta api yang tidak ada jeda walau ada titik koma. Semua diterobos aja gak berhenti sampai ganti halaman. Tentunya jadi tidak enak mendengarkannya dan saya harus mendampingi membacanya.

Buku yang saya berikan untuk dia baca selama sebulan Januari beraneka ragam. Kadang saya suruh dia membaca dongeng sebelum tidur yang cuma beberapa halaman, buku lift the flap, komik dan saya mulai kasih chapter book yang isinya berupa kumpulan cerita lepas dan membacanya tidak lebih dari 10 menit.

Lanjutkan membaca “Mengajak Jonathan Membaca”

Review buku: Randomness Inside My Head

Udah lama banget ga ngeblog. Beberapa post terakhir ditulis sama Joe, tapi ini tulisan khusus karena udah janji buat nulis review buku pertama sepupu saya Rijo Tobing hehe. Dari sejak tahun lalu udah dapat bukunya yang edisi self-published tapi belum sempat baca ketinggalan di Jakarta gara-gara packing pulang yang terburu-buru. Akhirnya pas pulang kemaren beli lagi edisi terbarunya yang diterbitkan oleh Tempo dan kebetulan baru launching juga. Saya titip langsung sama namboru (mamanya Rijo) yang kebetulan juga lagi ke Medan (ah ini hidup ini penuh dengan kebetulan ya). Begitu diterima dipastikan masuk koper biar ga ketinggalan lagi karena di Medan riweuh ga sempat baca buku dengan santai.

Nah karena buku ini ditulis dalam bahasa Inggris dan saya udah lama ga baca buku fisik, butuh waktu beberapa minggu sejak kembali dari liburan buat akhirnya inget baca buku hehe. Bukunya ga tebal kok cuma 124 halaman dan ada 12 cerita. Awalnya karena buku ini berupa kumpulan cerita pendek dan ga saling terkait saya pikir ya bisa mulai baca dari cerita mana saja. Lalu saya random pilih cerita ditengah-tengah. Pilihan cerita saya bikin saya pengen langsung tanya ke Rijo kenapa begini kenapa begitu. Kenapa ada orang tega benar seperti itu. Tapi biar bisa kupas tuntas akhirnya saya putuskan menunda dulu dan baca cerita lainnya.

Lalu saya kembali ke depan dan baca dari awal sampai akhir (dalam waktu 2 hari baru selesai baca karena dipotong digangguin Joshua). Ternyata ga cuma cerita tengah yg bikin saya emosi dan bertanya tanya, tapi keseluruhan isi buku bikin emosi terasa diaduk aduk. Ada cerita yang bikin baper kalau pinjem istilah jaman sekarang. Ada cerita yang bikin terkenang masa sekolah dan ada juga yang bikin reflek kalau naik mobil memastikan pintu langsung dikunci (walau mobil saya udah ada fitur otomatis terkunci dalam beberapa detik mobil berjalan). Ada juga cerita yang bikin merinding dikit hehehe. Saya sengaja ga menuliskan lebih detail apa ceritanya, nanti ga seru soalnya, mendingan kalau penasaran dan pengen tau beli aja bukunya di toko buku terdekat (bantuin promosi dapat komisi ga nih hehehehe).

Tadinya saya pikir bakal sulit menikmati buku berbahasa Inggris karena kemampuan baca bahasa Inggris saya sebatas baca artikel parenting dan textbook jaman mahasiswa, bukan cerita yang penuh deksripsi detail. Tapi ternyata saya ga perlu buka kamus buat bisa menamatkan bukunya. Kisah-kisah dalam buku ini digambarkan cukup detail dan yang saya suka dialog antar tokoh cerita kadang diluar dugaan. Jalan ceritanya juga gak klise.

Kalau mau dibilang ini bacaan ringan ya ga ringan secara emosi karena semua cerita digambarkan penuh penjiwaan. Kalau saya ga kenal sama penulisnya saya pikir semuanya berdasarkan pengalaman pribadi.

Ada beberapa cerita yang bikin gregetan karena buat saya ga ada closure itu ibarat blom ending, katanya sih bakal ada tokoh yang dilanjutkan dalam buku selanjutnya. Semoga buku selanjutnya cepet terbit biar ga penasaran hehehe.

Buat yang cari bacaan ringan tapi bermakna, buku ini saya rekomendasikan, karena tulisan di buku ini bukan random yang sangat random. Walaupun kategori fiksi, semua hal yang terjadi diriset dengan baik oleh penulis. Kalau merasa ragu karena ga biasa baca bahasa Inggris, ya bisa jadi tantangan untuk mencoba belajar bahasa Inggris, sukur-sukur jadi nambah kosa kata bahasa Inggrisnya. Terus buat RijoTobing, aku tunggu sekuel cerita yang belum ada closurenya di buku berikutnya ya, dan maapkan kalau baru sekarang akhirnya tulisan ini dipublish.

Kindle

Dari dulu saya suka membaca buku elektronik di PDA, jadi sejak jaman Palm OS sekitar 10 tahun yang lalu, Pocket PC, Symbian, Sony Reader, dan terakhir Kindle. Nah di posting ini saya cuma mau cerita mengenai Amazon Kindle.

Kindle adalah ebook reader (pembaca buku) dari Amazon. Pembaca buku ini sudah dirilis sejak tahun 2007 untuk Amerika, sedangkan secara internasional baru mulai awal 2010. Ada banyak seri kindle, hampir semua (kecuali Kindle Fire) memakai layar e-ink (elektronic ink) yang nyaman di mata dan baterenya tahan berminggu-minggu.

Buku-buku untuk kindle bisa dibeli di amazon, dan akan dikirimkan secara elektronik. Untuk versi Kindle 3G, pengiriman bisa dilakukan via jalur seluler, sedangkan untuk seri WIFI, pengiriman akan dilakukan jika ada WIFI. Bisa juga bukunya kita download ke PC, lalu dicopykan ke kindle via USB.

Amazon juga menyediakan Kindle for PC, for Android, iOS (iPhone/iPod Touch/iPad). Fiturnya hampir sama dengan device kindle yang dijual oleh Amazon. Jadi jika tidak punya uang untuk membeli Kindle, kita masih bisa menggunakan Kindle for PC untuk mendownload dan membeli buku dari Amazon. Amazon juga menyedikan Cloud Reader, supaya kita bisa membaca buku dari browser.

Kami sendiri agak jarang memakai kindle for PC karena capek membaca di depan layar komputer.

Sebagai catatan: meski tersedia internasional, saat ini Indonesia dan Singapore belum termasuk negara yang didukung. Kemarin teman saya tidak bisa mendownload Kindle For PC dari Indonesia. Sekarang ini saya tinggal di Thailand, dan Kindle Internasional baru didukung di Thailand sejak tahun lalu. Tentunya walaupun tidak didukung resmi, ada saja orang yang menjual Kindle di Indonesia, dan Anda bisa memasukkan buku (baik secara legal maupun tidak).

Lanjutkan membaca “Kindle”

The Hunger Games trilogy

Sejak Jonathan bertambah besar, waktu kami untuk membaca buku novel semakin sedikit. Sebagian besar waktu kami dipakai untuk membaca buku parenting, berbagai macam artikel di web mengenai makanan bayi, vaksinasi, kesehatan bayi, dsb. Sampai sekarang kami juga belum nonton lagi di bioskop. Kasihan Jonathan kalau harus ditinggal bersama orang lain beberapa jam. Dab sejujurnya kami belum menemukan orang yang cukup kami percaya untuk menjaga Jonathan (dan dipercaya oleh Jonathan).

Akhir-akhir ini lagi seru film The Hunger Games. Kebetulan waktu lagi baca reddit, nemu ada promo: 3 buku trilogi Hunger Games, harganya masing-masing 1.51 USD, 1.68 USD, dan 1.68 USD (totalnya: 4.87 USD harga aslinya totalnya: 32.47 USD). Sebenarnya sangat mudah menemukan buku bajakan di Internet, tapi sebisa mungkin kami tidak membajak, jadi tawaran ini sangat menggiurkan.

image

Awalnya bukunya saya baca di aplikasi Kobo for PlayBook, tapi lama-lama capek juga membaca di LCD. Akhirnya saya strip DRM-nya dan dikonversi agar bisa dibaca di Kindle. Ternyata bukunya menarik, dan saya bisa membacanya sangat cepat. Bukunya tipis jika dibandingkan dengan seri Harry Potter. Saking penasarannya, ketika saya nyetir, saya aktifkan text to speech di kindle walaupun suaranya seperti robot.

Setelah menyelesaikan buku pertama, Risna saya sarankan ikut membaca juga. Dan ternyata Risna juga tertarik membaca, dan Risna bisa menyelesaikan dengan cepat semua serinya. Kesimpulannya: ceritanya seru, cara berceritanya cukup menarik, dan ceritanya cukup banyak surprisenya. Kami juga cukup setuju dengan endingnya.

Setelah selesai membaca, baru saya cari-cari di Internet mengenai reviewnya (saya baca belakangan, karena takut ada spoiler). Banyak yang membandingkan ini dengan Battle Royale. Menurut saya sih ada sedikit kemiripan (terutama buku pertama), tapi banyak juga perbedaannya (terutama buku kedua dan ketiga). Silakan dibaca sendiri aja deh kalau mau membandingkan.

Sebenarnya kami sangat menikmati membaca buku cerita, tapi buku seperti itu cenderung menyita banyak waktu, kalausedang asik membaca kami jadi malas mengerjakan hal-hal lain. Kebetulan sekarang ini di kantor sedang ada banyak pekerjaan, jadi karena sudah capek memprogram di kantor, di rumah saya gunakan untuk menyelesaikan membaca buku. Sesekali enak juga membaca buku Novel, bisa agak rileks, tapi mungkin lain kali membaca buku yang satu aja, jangan yang trilogi, terlalu lama bacanya, dan begitu selesai satu buku, langsung penasaran dengan buku berikutnya.

Tentang Kebahagiaan

Rasanya lama sekali ga update blog ini, dan rasanya kehabisan energi buat mengupdate cerita. Banyak hal yang terjadi tiba-tiba dalam hidup ini, dan memang begitulah hidup. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa.

Sekarang ini sedang mendengarkan sebuah audiobook yang judulnya Stumbling on Happiness, buku yang menarik. Bukan fiksi atau novel, bukan buku selfhelp tapi merupakan buku sains dan psikologi. Bahasanya agak berat dan di beberapa bagian membahas struktur otak dan hubungannya dengan apa yang kita bayangkan. Tapi secara keseluruhan bukunya bisa dimengerti. Lanjutkan membaca “Tentang Kebahagiaan”

Tuesdays with Morrie

Udah lama ga baca buku, terakhir “baca” audio book”Of Mice and Men” tapi lagi malas review yang itu. Hari ini akhirnya kelar juga baca Tuesdays with Morrie. Dimulai udah beberapa lama yang lalu dan baru hari ini kelarnya. Di bacanya minjem sony readernya Joe. Akhirnya kelar setelah…di ancem sony readernya mau di ambil lagi ama dia hehe.

Berikut reviewnya yang juga saya tuliskan di goodreads.

Tuesdays with Morrie: An Old Man, a Young Man, and Life's Greatest Lesson Tuesdays with Morrie: An Old Man, a Young Man, and Life’s Greatest Lesson by Mitch Albom

My review

rating: 4 of 5 stars
There are many lessons of life in this book. I learned many things about love, marriage, relationships, forgiveness, culture and new paradigm what to think about death.
“Dying is one thing to be sad about, living unhappily is another thing.”

About why everyone always one to be number one.
“What’s wrong with being number two?”

About how to listen to others and live in present. I recommend this book to everyone.

Sebenernya bisa panjaaang kalau dikupas tuntas tentang buku ini. Singkatnya cerita ini tentang seseorang yang sudah tau umurnya tak lama lagi hidup di bumi dan bagaimana dia mengisi hari-hari terakhir hidupnya. Untuk dapat gambaran tentang siapa sih Morrie dan apa yang menyebabkan vonis hidupnya berakhir bisa diliat di wikipedia saja ya.