Lagi-lagi pindah hosting

Belum ada 2 bulan sejak saya hosting di csoft.net sekarang sudah kembali lagi ke prgmr. Di bulan pertama, layanan csoft.net bagus sekali, tapi kemudian mulai banyak masalah, pertama salah satu situs diblok karena terlalu banyak request, lalu saya dipindah ke server lain, dan sudah dua kali disk spacenya habis. Niatnya pindah ke csoft.net adalah supaya saya tidak memikirkan masalah backup dan menjaga server tetap hidup dan selalu menggunakan software terbaru (jika ada masalah bug keamanan).

Ternyata hosting 25 USD/bulan (26.3 USD dengan pajak) ini sangat tidak memuaskan. Hal yang mengecewakan adalah: saya berjualan software TinyController memakai hosting itu, jadi ketika situsnya down, artinya ada pembeli potensial yang batal mencoba atau membeli software saya. Saya juga sering tidak sabar menunggu admin membereskan masalah.

Setelah mempertimbangkan banyak hal: ternyata saya lebih suka VPS, meski harus repot, saya bisa mengambil tindakan apapun dengan cepat, dan tidak perlu kesal menunggu beberapa jam sampai sebuah masalah diselesaikan. Saya mengambil 2 paket VPS, yang satu memakai RAM 1 GB (192 USD/tahun), yang satu 512 Mb (115.2 USD/tahun), atau sekitar 25.7 USD/bulan. Bagusnya saya mendapatkan 2 IP (tapi saya meminta 1 extra IP dengan biaya 5 USD, jadi saya punya 3 IP).

Lanjutkan membaca “Lagi-lagi pindah hosting”

iPod Nano Pengganti

Sekitar 6.5 tahun yang lalu, adik-adik saya (Aris dan Yosi) memberi hadiah sebuah iPod Nano generasi pertama. Ceritanya sudah pernah saya posting di blog ini. Tidak berapa lama kemudian layarnya pecah tiba-tiba, tapi itu dianggap cacat produksi, sehingga mendapat ganti yang baru.

iPod nano hadiah dari adik tersebut sudah menemani saya cukup lama. iPod nano tersebut bisa jadi USB disk, lalu saya install RockBox sehingga fungsionalitasnya bertambah (bisa untuk main game, dsb), pernah juga untuk mendengarkan CD belajar Bahasa Thai. Terakhir masih dipakai untuk memperdengarkan musik pada Jonathan (dihubungkan ke speaker).

Bulan November 2011, Apple mengumumkan bahwa sebagian iPod Nano generasi pertama ternyata cacat produksi, dan berisiko meledak baterenya. Produk ini sudah sangat lama, tapi ternyata apple mau mengganti produk ini. Setelah dicek, ternyata serial number saya termasuk yang cacat produksi. Sempat beredar berita bahwa penggantinya adalah iPod generasi pertama juga, tapi refurbished. Saya pikir: wah bagus juga kalau dapat pengganti, walaupun hanya refurbished. Ternyata rumor itu tidak 100% benar, sebagian mendapatkan pengganti berupa iPod Nano generasi pertama, tapi sisanya mendapat pengganti berupa iPod Nano generasi keenam, alias iPod Nano terbaru.

Di Thailand sini, proses penggantiannya masih kurang jelas, jadi iPod nano saya kirim kembali ke Indonesia (titip ke mamanya Risna) untuk ditukarkan oleh adik saya. Hari ini iPodnya sudah diambil, dan memang benar penggantinya adalah iPod Nano generasi ke-6 yang kapasitasnya 8 GB (tadinya iPod generasi pertama saya hanya 2GB). Ternyata hadiah dari adik-adik saya ini sangat awet sampai sekarang 🙂

Ibu bekerja vs Ibu rumah tangga

Sebagian orang mempertanyakan, kenapa Risna tidak bekerja? padahal kan pendidikannya tinggi (S1 dan S2 keduanya Informatika ITB). Banyak yang menyayangkan kenapa tidak dipakai ilmunya dan menjadi Ibu rumah tangga saja. Kalau menurut kami sih, keputusan kami sudah tepat.

Menurut saya, kalau seorang Ibu memiliki pekerjaan yang amat sangat bagus, berhubungan dengan menyelamatkan hidup banyak orang (misalnya jadi ahli bedah), atau sangat penting bagi sebuah perusahaan (misalnya jadi CEO). Sehingga bisa menghasilkan uang yang sangat banyak sehingga bisa menyewa orang-orang terbaik untuk membantu mengasuh anak, maka tidak apa-apa Ibu itu bekerja. Tapi jika selisih gaji seorang Ibu setelah dipotong dengan ongkos, dipotong gaji pembantu, dsb hanya bersisa sedikit, Menurut saya sebaiknya seorang Ibu mendidik anaknya saja di rumah. Akan saya jelaskan lebih lanjut kenapa saya berpandangan seperti ini.

Kalo menurut kami: di dunia ini, apa sih harta kekayaan yang lebih dari anak? Jika kita sudah susah belajar sampai berpendidikan tinggi, apakah akan rela jika anak kita diasuh dan dibesarkan oleh orang yang pendidikkannya sangat rendah? (misalnya banyak pembantu di Jakarta yang dibayar 500 rb/bulan yang hanya lulusan SD). Rasanya percuma membaca semua jenis buku mengenai membesarkan anak jika tidak bisa kita praktikkan langsung dan pembantu yang lebih banyak praktik. Misalnya saya mendapat forward tentang jangan menggunakan kata-kata “bayi” seperti “nenen” tapi gunakan kata dewasa (“minum”). Jika 80% waktu anak bangun adalah bersama pembantu, apakah pembantu bisa mengerti hal-hal seperti itu?

Jika pembantunya cukup pintar untuk bisa mengerti, apakah pembantunya tidak akan pindah jika orang sebelah menawarkan gaji 50 ribu lebih banyak? Intinya apakah pekerjaan yang dilakukan pembantu itu bisa segenap hati seperti Ibu pada anaknya?
Lanjutkan membaca “Ibu bekerja vs Ibu rumah tangga”

Tantangan masa depan

Saya merasa beruntung, waktu saya lahir, dunia Personal Computer baru dimulai, dan saya bisa mengejar ilmu teknologi komputer hingga saat ini. Menurut saya, generasi masa depan tantangannya lebih besar, karena perkembangan teknologi yang begitu pesat. Dari sejak kecil dulu, saya melihat film yang menggambarkan masa depan. Kebanyakan yang ada di berbagai film belum menjadi kenyataan, tapi banyak hal-hal lain yang tidak terbayangkan yang kini mulai datang.

Masa depan sudah datang

Semua orang pasti sudah mendengar mengenai “information age” atau “digital age”. Masa itu sudah datang, tapi masih banyak yang belum menyadari. Mungkin karena istilah ini sudah dimunculkan sejak bertahun-tahun yang lalu, dan belum langsung terlihat. Misalnya sejak bertahun-tahun yang lalu orang-orang menyatakan bahwa masa depan adalah online, buku cetak akan mati, tapi orang-orang masih melihat bahwa ada banyak buku cetak di sekitar kita. Mungkin belum banyak yang tahu: sekarang ini Amazon sudah menjual lebih banyak buku digital daripada buku cetak.

Memang tidak semua teknologi masa depan datang secara langsung ke semua tempat, tapi teknologi masa depan datang bertahap, biasanya dimulai dari negara maju. Sebagian teknologi sudah sampai ke seluruh dunia, sebagian lagi masih menunggu harga menjadi murah. Sekarang perubahan teknologi sangat cepat, dan hal-hal yang harus dipelajari semakin banyak. Sebagian besar pekerjaan sekarang BISA digantikan mesin, meski banyak yang masih dilakukan manusia, karena masih lebih murah, atau lebih baik.

Bersaing dengan mesin

Tantangan yang dihadapi oleh orang-orang di masa depan ada banyak. Pertama adalah persaingan dengan mesin. Para pekerja kasar akan bersaing dengan robot. Memang saat ini robot masih sangat terbatas di rumah tangga (misalnya roomba untuk membersihkan lantai), tapi di industri mulai banyak digunakan. Selama pekerja kasar masih lebih murah dari robot, para pekerja kasar masih akan dipakai, tapi masa depannya kurang bagus. Bahkan menjadi sopir pun berisiko diambil alih mesin, Google sudah menguji coba mobil yang bisa menyetir sendiri.

Bos saya yang datang dari Eropa selalu kagum melihat betapa banyaknya orang yang dibutuhkan untuk membangun rumah atau gedung di sini, atau untuk membersihkan jalan. Di negara asalnya (Belanda), semua pekerjaan tersebut hanya butuh beberapa orang saja, dalam banyak kasus, hanya satu atau dua saja. Semua proses dibantu oleh mesin, sehingga tidak butuh banyak orang. Pekerjaan kuli masih akan ada, hanya jika mereka tidak menuntut gaji terlalu banyak (lebih ekonomis dibandingkan menggunakan mesin). Seperti yang telah saya sebutkan bahwa sekarang semuanya sudah global: jika membayar kuli pabrik di suatu tempat sudah terlalu mahal, mungkin lebih murah membangun atau memindahkan pabrik ke negara lain yang biaya tenaga kerjanya lebih murah.

Lanjutkan membaca “Tantangan masa depan”

Fifth wedding anniversary

Lima tahun yang lalu, atau 1826 hari yang lalu kami menikah, di Medan, Sumatra utara. Sekarang kami tinggal di sebuah aparteman di Chiang Mai, unit 1826. Sudah banyak sekali hal yang saya lalui bersama Risna sejak menikah. Rasanya saya tidak perlu ceritakan lagi semuanya, ceritanya masih ada di situs pernikahan kami, dan tentunya di blog ini.

Saya bersyukur bisa bertemu dengan Risna, saya bersyukur Risna menginspirasi saya untuk membuat software Alkitab sebagai bagian dari pelayanan saya. Saya bersyukur punya istri yang cantik, yang baik, yang mengerti pekerjaan saya. Saya sangat bersyukur pada Tuhan buat semua waktu yang boleh kami lalui bersama. Dan saya berharap kami bisa terus bersama sampai tua nanti.

Dulu kalau melihat film kisah cinta, yang menceritakan orang yang sangat berbeda bisa hidup bersama, rasanya sepertinya sangat romantis. Setelah bersama dengan Risna, saya merasa bahwa film-film itu konyol. Kalau seseorang hendak bersama selamanya, maka pandangan hidup haruslah sama, tingkat intelektualitas juga jangan terpaut jauh. Kalau saya membaca berbagai milis yang diikuti Risna, kadang tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan keluarga di mana suami istri berargumen dalam banyak hal (misalnya ada yang mengeluh di milis: “suami saya ngasih makanan bergaram untuk bayi, saya maunya bayinya pake keju aja”). Bagaimana rasanya bercanda bersama istri kalau istri tidak mengerti joke yang kita ceritakan?

Saya merasa sangat beruntung karena pandangan hidup saya dengan Risna sebagian besar sama (hal-hal kecil yang tidak terlalu penting pasti ada), dan pendidikan kami sama. Kami tidak perlu berargumen apakah anak harus diberi vaksin (menurut kami: wajib), ataukah bayi harus dibedong, makanan apa yang harus diberikan pada Jonathan, video apa yang boleh ditonton Jonathan, dsb. Kami bisa tertawa bersama pada hal-hal yang sama, bisa menikmati jenis film yang sama (aneh nggak sih kalau suami suka horror tapi istri bakal nggak bisa tidur seminggu kalau lihat film horor?), dan menikmati jenis makanan yang sama.

Masa depan masih terbentang dengan begitu banyak rencana. Masih banyak tantangan di masa depan. Di tahun kelima pernikahan ini, juga akan ada tantangan dalam hal pekerjaan. Mulai Senin, saya jadi satu-satunya orang Indonesia dan programmer senior di kantor kami. Dan tentunya kami baru di tahap awal dalam tantangan membesarkan Jonathan. Jadi inget doa waktu baby dedication Jonathan:

And we pray for your mom and dad, Yohanes and Risna That you will fill them, dear God, with all wisdom and love as they parent Jonathan May the Lord bless them with insight and understanding as they brace him to live a life in the way that pleases God so that you will be equipped in every way, Jonathan, to live a godly live and to face the challenges of your generation.

Apapun yang terjadi, kami berharap bisa tetap bersama, saling mengasihi dan menyayangi, dengan anak-anak (kami berharap lebih dari satu) yang dikaruniakan Tuhan pada kami.

Terima kasih Risna sayang, yang sudah menjadi istri yang baik, menjadi teman hidup yang selalu membuatku merasa bahagia. Aku akan selalu menyayangimu.

Tidak semua sarjana itu sama

Saya kadang gemes kalo melihat pembelaan seseorang yang bunyinya kira-kira begini “dokter saya bilang begitu kok”, “temen saya yang udah Phd aja percaya kok”, dsb. Intinya adalah terlalu percaya pada seseorang yang berpendidikan, tapi tidak mau mengecek sendiri. Istilahnya dalam logika adalah argument from authority. Sebenarnya ini tidak selalu salah, tapi yang perlu diingat adalah para “ahli”, “sarjana”, “dokter”, “teknisi”, juga bisa salah.

Di sini saya cuma ingin mencontohkan saja, beberapa orang yang *semestinya* sih ahli, tapi mungkin tidak akan saya percaya 100% tanpa meminta pendapat orang lain, atau mengecek sendiri fakta-fakta yang ada.

Saya punya banyak teman yang sudah jadi dokter, saya kenal mereka waktu masih sekolah dulu, sebagian memang sangat hebat, tapi ada juga yang sebenarnya nilainya pas-pasan, masuk ke universitas swasta. Saya tidak tahu apakah di sana dia belajar dengan benar, ataukah banyak mencontek seperti waktu masih sekolah menengah dulu. Nah apakah saya akan percaya kalo teman saya ini menyarankan “nggak usah vaksinasi”? Tentunya nggak. Ini karena saya tahu seperti apa dulu teman saya itu, nah bagaimana kita bisa tahu kalau dokter-dokter yang Anda percaya itu benar-benar hebat dan bukan sekedar mata duitan (dan dulu lulus dengan nilai pas-pasan)?
Lanjutkan membaca “Tidak semua sarjana itu sama”

Beberapa barang kecil dari dealextreme

Meskipun di posting sebelumnya saya menyatakan bahwa beli barang elektronik murah itu bisa berbahaya, tapi saya biasanya nekat aja 🙂

Akhir bulan Desember saya kembali memesan beberapa barang dari situs Dealextreme (saya sudah pernah membahas situs ini di posting ini), barangnya baru sampai tanggal 10 Januari. Paketnya seperti ini:



Kalau dari dekat:

Lanjutkan membaca “Beberapa barang kecil dari dealextreme”