Belakangan ini, ada banyak sekali permintaan pertemanan di media sosial saya. Biasanya, kalau saya tidak mengenal orang tersebut, sudah pasti tidak akan saya terima. Saya akan melihat foto profilnya dan melihat teman yang sama untuk mencoba mengingat darimanakah kira-kira orang tersebut menjadi lingkar sosial saya. Kalau saya tidak kenal namanya, tidak ingat wajahnya, dan ketika melihat profilnya pun tidak mengingatkan pada apapun, biasanya tidak akan saya terima.
Kalau dulu, orang-orang bilang dunia maya itu bisa dipisahkan dengan dunia nyata. Walaupun memang di dunia maya, bisa menjadi tempat pecitraan dan tidak bisa mendeskripsikan seseorang secara penuh di dunia yang sebenarnya, tapi buat saya dunia maya itu sudah tempat bertemu secara virtual dengan teman-teman yang memang saya kenal.
Saya termasuk jarang mengupdate media sosial saya, tidak semua tulisan di blog ini saya bagikan lagi ke halaman media sosial saya. Tapi tetap saja rasanya tidak aman kalau ada orang yang tidak benar-benar saya kenal atau mengenal saya menjadi teman di sosial media.
The Orville Season 2 Eps 11: Lasting Impressions
Media sosial dan blog itu buat saya seperti kapsul waktu digital. Ingat kapsul waktu, saya jadi ingat dengan episode 11 season 2 dari serial The Orville yang berjudul “Lasting Impressions.”
Serial The Orville ini awalnya merupakan parodi dari StarTrek, tapi belakangan ceritanya jadi lebih menarik dan berdiri sendiri. Saya sudah pernah menuliskan sekilas mengenai serial ini di sini.
Dalam episode tersebut, diceritakan kru kapal the Orville menemukan kapsul waktu dari tahun 2015 dari seorang gadis bernama Laura Huggins. Dari beberapa benda yang ditemukan, salah satunya adalah ponsel. Dari data yang ada di ponsel, dengan mesin simulator canggih yang mereka miliki, mereka bisa melihat orang-orang yang berinteraksi dengan Laura Huggins semasa hidupnya. Menggunakan simulator tersebut, mereka juga bisa beinteraksi dengan dunia Laura Huggins dan lingkungan sosialnya di tahun 2015.
Kebayang, kalau tulisan saya di blog dan semua data saya di media sosial disimulasikan, lalu ketika ada yang bertanya kepada saya tentang orang-orang yang ada di daftar teman saya,”Eh itu siapa ya?” Lalu saya menjawab,”Oh, nggak tau, dia minta berteman saya terima aja walau ga pernah ada interaksi juga setelah kami berteman.”
Laura Huggins, The Orville S2E11, Lasting Impresions
We all live and die on this planet and most of us are forgotten. To me there is nothing sadder than that.
Pertemanan di sosial media
Untuk menghindari percakapan seperti itu terjadi, saya memutuskan untuk tidak menerima pertemanan kalau memang tidak benar-benar kenal dan bahkan tidak bergabung dengan komunitas yang sama walau punya 100 teman bersama sekalipun.
Mungkin ada baiknya, kalau kita meminta menambahkan pertemanan di media sosial, kita menambahkan sedikit tegur sapa, sekedar “halo masih ingat saya?”, atau “halo, saya ingin berkenalan dengan Anda karena ingin bertanya tentang …”. Biasanya, saya akan melakukan itu kalau saya merasa orang yang akan saya tambahkan itu belum tentu mengingat saya. Tetapi, kebanyakan yang meminta pertemanan ke saya tidak pernah mengirim pesan begini. Ada beberapa yang setelah akhirnya bertemu dan berteman sering mengingatkan saya betapa saya dulu sulit sekali menerima ajakan pertemanan di media sosial, hehehe. Maaf ya, saya memang begitu orangnya.
Sudah terbukti beberapa kali saya menerima pertemanan dengan orang yang tidak benar-benar saya kenal, hasilnya ya memang tidak pernah juga berinteraksi ataupun bertegur sapa. Lalu apa gunanya berteman di media sosial? Hubungan pertemanan itu dua arah, bukan searah. Kalau searah, itu namanya fans, dan saya bukan seleb yang butuh fans, dan ga mau ngefans sama siapa-siapa.
Kenal di media sosial belum tentu benar-benar kenal
Ada lagi jenis orang yang sudah pasti tidak akan saya jawab ketika mengirimkan pesan di media sosial. Ketika dia memanggil saya bapak, padahal jelas-jelas nama dan profil saya bukan bapak-bapak. Ketika dia cuma mengirimkan kata: halo, tanpa ada kelanjutan, itu juga tidak akan saya respon.
Pernah juga, ada yang kirim pesan lewat chat FB, lalu berikutnya meminta nomor kontak WhatsApp. Kami tidak akan memberikan kontak WhatsApp untuk orang-orang yang memang tidak kami kenal, walaupun alasannya lebih mudah mengirimkan pesan lewat WA daripada lewat chat di FB. Lah, gak kenal kok mau kirim-kirim pesan? Udah kayak siaran radio jaman dulu kirim-kirim pesan buat teman-teman yang sedang menulis malam ini, hahaha.
Udah makin kemana-mana deh ini tulisan. Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, kalau ada yang menambahkan pertemanan ke saya dan belum di respon gak jadi baperan ya, hehehe. Minimal jadi tahu untuk kirim pesan, supaya saya tahu kenapa minta ditambahkan jadi teman di media sosial.
Satu tanggapan pada “Menambahkan Teman di Sosial Media”