Tulisan ini bukan spesifik ngomongin Drama Korea atau drama asia, tapi bisa drama apa aja. Kemarin akhirnya selesai juga nonton Cdrama Find Yourself. Percakapan dalam drama ini sering menyebutkan seolah-olah mereka ada dalam kehidupan nyata dan membahas: “ah kau pikir hidup ini seperti di film drama?” Tulisan ini sekalian mengambil contoh dari kisah di drama Find Yourself.
Tidak semua orang suka nonton drama. Tidak semua orang menyukai drama yang sama. Saya sendiri termasuk suka nonton drama asalkan jalan cerita menarik, ada faktor romantis dan komedi. Sedikit fantasi masih bolehlah, asal jangan terlalu mengada-ada.
Saya tidak suka nonton drama yang terlalu sedih ataupun yang terlalu berisikan protes sosial. Tidak suka bukan berarti tidak menonton, kadang-kadang secara acak saya menonton juga beberapa drama di luar genre yang biasa saya tonton.
Suami saya tidak suka nonton drama, katanya: “Di dunia nyata ini sudah ada terlalu banyak drama kehidupan, banyak kesedihan dan ketidak adilan, agak sulit merasa terhibur dengan menonton drama”. Dia lebih suka cerita detektif, atau spionase. Atau sekalian cerita yang dibangun di dunia imajinasi.
Saya pikir-pikir lagi, ada beberapa alasan kenapa saya masih senang menonton drama.
Contents
Pemirsa Bebas Berkomentar
Berbeda dengan masalah dalam dunia nyata apalagi masalah kehidupan kita sendiri, apapun masalah yang terjadi di film drama, pemirsa bebas berkomentar. Kesimpulan akhir dalam drama sudah tertulis dalam naskah, tapi ya seperti biasa di tengah perjalanan sebelum akhir, kita bisa protes karena tidak puas atau mengangguk-angguk setuju dengan jalan cerita yang disuguhkan.
Dalam cerita drama Find Yourself, si tokoh wanita 32 tahun ini sangat perduli dengan opini orang lain terhadap pilihan hidupnya. Dia berusaha menyenangkan semua orang dan mengikuti norma yang ada. Dia berusaha menyangkal perasaan cinta nya ke pria 22 tahun dan berusaha membangun hubungan dengan pria 36 tahun yang lebih cocok dengannya.
Dalam film drama, dilema si wanita tidak sesederhana masalah umur dan perasaan. Pria 36 tahun yang mengejar-ngejar dia digambarkan juga pria yang berkualitas. Penonton kadang-kadang sampai heran kenapa sih si wanita masih kebanyakan mikir antara anak kemarin sore dan pria yang sudah mapan.
Selain permasalahan tokoh utama, biasanya dalam drama ada beberapa permasalah tokoh lainnya. Tokoh utama wanita punya 2 orang sahabat yang hidupnya juga tidak semulus kehidupan tokoh utama yang masih single di umur 32 tahun.
Sahabat yang 1 sudah menikah, punya 1 anak, dan sedang mengandung anak ke-2. Suami dari sahabatnya ini kedapatan selingkuh. Sang istri sudah tau tapi diam saja. Teman-temannya mendorong dia buat bercerai saja. Tapi ya, menurut dia, bercerai tidak semudah itu untuk kondisinya yang sedang hamil anak ke-2 dan tidak bekerja.
Sahabat satunya lagi tidak menikah tapi punya partner tetap yang sudah tinggal bersama selama 10 tahun. Sahabat ke-2 dan pasangannya memutuskan untuk tidak menikah dan tidak punya anak, karena pasangannya menganggap ada banyak kerepotan yang harus dipersiapkan kalau punya anak.
Sebagai pemirsa, saya bisa memahami dilema yang dihadapi tokoh dalam drama ini. Saya tahu, penulis sudah punya solusi untuk permasalahan masing-masing. Bisa saja solusi dari penulis tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, tapi ya kita mau komentar apapun bebas saja.
Kita Bisa Berhenti Kapan Saja
Permasalahan dalam kehidupan nyata, harus dicari jalan keluarnya. Permasalahan dalam drama, kita gak usah pikirkan nanti juga diberi solusinya. Kalau tidak suka atau tidak ingin melihat penyelesaiannya, kita bisa tinggalkan dramanya atau langsung saja lihat episode terakhirnya.
Menonton drama itu, kendali ada di kita. Gak perlu jadi stress juga mikirin haruskah tokoh utama dengan pria 36 tahun tanpa cinta, atau haruskah sahabatnya bercerai padahal sedang hamil tua. Lalu bagaimana dengan sahabatnya yang memutuskan tidak mau punya anak tapi ternyata hamil karena kontrasepsinya tidak 100 persen aman?
Lebih Jernih Melihat Masalah yang Bukan Masalah Kita
Karena masalah dalam drama bukan masalah kita, biasanya kita bisa melihat masalah lebih jelas. Kalau kita yang mengalami dilema tokoh utama, mana bisa sih kita dengan gampang memutuskan harus dengan pria yang 36 tahun mapan atau 22 tahun tapi anak orang kaya, tampan dan cukup jagoan di bidang pekerjaanya.
Atau kita bisa saja dengan mudah bilang: pria 22 tahunnya cukup bermasa depan kok. Terlepas dari orangtuanya kaya, dia juga punya keahlian. Umur masih muda tapi sudah bekerja, kalau nanti dia berumur 32 tahun pasti sudah lebih sukses lagi tuh. Yang penting kan lebih cinta mana.
Dilema cinta atau mapan ini umum terjadi, gak cuma di drama. Gak semua orang berani memilih cinta. Tapi juga cinta itu bisa luntur kalau gak punya makanan kan, jadi kemapanan juga perlu dipertimbangkan. Dalam setiap drama ada banyak dilema yang disajikan ke penonton, dan yaaaa kebanyakan solusi sih cukup bikin penonton senang.
Permasalahan Dalam Drama Hampir Selalu Happy Ending
Nah ini perbedaan paling nyata antara drama dan dunia nyata. Sesulit apapun masalahnya, penulis cerita akan berusaha memberi jalan keluar yang masuk akal dan bahagia untuk tokoh utamanya. Kadang-kadang bonus bahagia untuk tokoh pendukung, tapi banyak juga akhir yang tragis untuk tokoh pendukung.
Dalam dunia nyata, mana ada jaminan setiap permasalahan selesai dengan bahagia. Biasanya akan banyak episode kehidupan yang terasa terseret-seret dan membuat kita ingin memencet tombol percepatan langsung ke akhir. Banyak juga yang menyerah dan akhirnya permasalahan berlarut-larut dan akhir yang tidak bahagia.
Bisa Memilih Drama yang Happy Ending Saja
Emang ada drama yang tidak berakhir bahagia? ada kok, tapi biasanya kurang populer. Saya termasuk memilih drama yang happy ending. Karena kehidupan nyata tidak selalu happy ending, maka untuk hiburan saya memilih yang happy ending saja, walaupun kadang-kadang versi happy endingnya bisa sangat bervariasi.
Nikmati Saja Jalan Ceritanya
Pada akhirnya, menonton drama itu buat hiburan. Nikmati saja jalan ceritanya. Kalau drama tak berkesudahan, pasti bosan menontonnya. Setidaknya kalau memutuskan menonton drama, tidak usah ikutan baper ataupun galau.
Menebak kelanjutan boleh-boleh saja, tapi nikmati saja cerita yang sudah dituliskan oleh penulisnya. Protes boleh saja, tapi kalau tidak suka dengan cerita yang ada, tinggalkan saja. Atau, lebih baik lagi tuliskan cerita sendiri hehhee. Karena menonton drama bisa jadi sumber inspirasi tulisan juga.
Kalau mau tau ending drama Find Yourself, tonton sendiri saja ya hehehe.
Kalau kamu, kenapa masih nonton drama?