Banyak Maunya

Seminggu ini tanpa sengaja gue kembali melakukan blogwalking. Kalau biasanya cuma buka situs-situs yang terdaftar dalam rssfeed saja, kali ini gue bener-bener melompat dari 1 blog ke blog yang lain, dan tanpa sengaja menemukan sekumpulan blog teman-teman lama. Dan hari ini juga salah satu hari membaca update-an blog teman yang blognya terakhir gue kunjungi kira-kira setahun yang lalu. Jadi teringat masa di mana gue bisa mengupdate blog sehari beberapa kali, masa di mana gue mengencourage temen-temen gue buat nulis di blog untuk bisa tau kabarnya tanpa harus bertanya : apa kabar lu? . Kemana perginya masa-masa itu?

Well, awalnya emang karena gue beneran sibuk, terus lama-lama rada malas memberitakan pada dunia apa yang terjadi. Belum lagi kadang-kadang yg pengen ditulis itu isinya protes terhadap orang-orang tertentu yang kalau dia sampai baca bisa menimbulkan konflik. Oke, emang masih banyak hal lain yang bisa ditulis selain hal-hal yang mungkin menyinggung orang lain, tapi waktu di depan komputer pikiran masih terfokus pada hal tersebut, mana mungkin bisa menuliskan tentang hal lain?? Akhirnya yang biasanya terjadi adalah, saya hanya ngobrol dengan Joe.

Anyway, bukan hal-hal itu yang mau ditulis, belakangan ini Joe lagi demen mengutak utik gadget nya. Terus kepikiran, kayaknya kami bukan tipe orang yang bisa hidup di Era permian (tau kata ini gara2 Primeval) tapi lebih punya khayalan hidup di rumah yang pintar. Lanjutkan membaca “Banyak Maunya”

Belajar bersama YouTube

YouTubeAwal sampai di Chiang Mai, Joe pernah mengeluh karena walaupun sudah punya koneksi internet yang lebih baik dari pada Indonesia, tapi tidak bisa mengakses YouTube (tepatnya akses ke situs YouTube diblok oleh pemerintah Thailand karena ada video yang dianggap tidak pantas). Saya tidak pernah tahu sebelumnya apa sih YouTube itu, dan karena memang waktu di Bandung koneksi Internet kurang bisa diandalkan (walau udah langganan Quasar ataupun paket data Xplor) jadi heran dan bertanya : “emang ada apaan sih di YouTube? kayak kurang banyak yang bisa dilihat di Internet, masih pake ngeluh ga bisa buka YouTube.” Dan sekarang, saya tahu ada apa di YouTube, ada banyak hal yang bisa dilihat mulai dari yang ga ada gunanya, boong-boongan ataupun yang bisa dipakai untuk belajar sesuatu.

Lupa tepatnya kapan, tapi sejak YouTube sudah bisa diakses lagi di Thailand saya jadi ikut-ikutan Joe. Awalnya sih kurang kerjaan aja, melihat begitu banyak orang yang merasa jadi “artis” di YouTube. Banyak yang bikin film seri, video blog, bernyanyi dan berusaha terkenal, ataupun bikin eksperimen yang beneran sampai boongan. Ada yang berhasil jadi terkenal, sampai di wawancara di TV segala. Tapi dari semua “usaha” yang mereka lakukan, pasti banyak komentar yang negatif di banding yang positif.

Belakangan ini, sejak kembali merajut dan tidak punya guru secara langsung lagi, saya mencoba mencari ilmu merajut di YouTube. Sungguh heran, begitu banyak orang yang “rajin” untuk memposting setiap jenis tusukan yang ada. Video tutorial yang paling saya suka adalah yang to the point, tidak pake acara memperkenalkan diri dulu, lalu ketika giliran memperlihatkan cara merajutnya malahan tidak jelas. Lalu hari ini tanpa sengaja saya malah sampai ke video cara berdandan, dan cara melipat Origami. Ternyata YouTube bisa berguna juga. Jadi tambah semangat untuk merajut dan teringat dengan masa taman kanak-kanak dengan pekerjaan melipat Origami.

Mungkin saya “norak” karena baru “ngerti” YouTube . Tapi setidaknya saya tahu manfaat dari YouTube untuk mengembangkan hobi saya. Bukan sekedar menghabiskan waktu menonton video blog atau menonton video klip lagu-lagu (yang mungkin saja bajakan). Ah senangnya menemukan begitu banyak orang yang mau membagikan ilmunya di YouTube.

Oh ya, buat pemakai browser firefox, jika ingin bisa melihat video dari YouTube secara offline, bisa mengunakan add-on firefox yang bernama Fast Video Download . Video yang di download bisa di play dengan ataupun FLV Player seperti Wimpy.

Toilet dan Telepon Genggam

Sebenarnya sudah lama pengen komentar tentang hal ini, tapi baru sekarang sempat menulisnya. Saat ini, hampir semua orang memiliki telepon genggam. Di Chiang Mai sini juga hampir setiap pegawai kantor punya telepon genggam. Setiap kali ke toilet, saya perhatikan hampir selalu ada orang yang “nongkrong” di toilet sambil ngobrol di telepon genggamnya. Kadang-kadang malah ada yang baru saja datang, langsung masuk ke bilik toilet dan langsung ngomong : “halo” (rasanya waktu di Bandung hal ini belum pernah saya jumpai).

Situasi orang bertelepon di toilet ini beda-beda. Ada yang sambil ngobrol masuk bilik toilet. Ada yang menerima telepon ketika sudah di dalam “bilik” toilet dan ada juga yang sengaja masuk toilet untuk teleponan. Well apapun situasinya jadi terpikir begini : kalau dulu di hotel biasanya kita bisa menerima telepon di kamar mandi, kira-kira kalau di bilik toilet dibuat semacam telepon umum dengan koin ataupun kartu, yang bisa digunakan sambil duduk nongkrong, kira-kira bakal laku gak ya?

Saya bukan orang yang suka membawa-bawa telepon genggam ke toilet. Sudah banyak orang yang tidak sengaja mencemplungkan HP nya ke toilet dan saya tidak mau menambah daftar tersebut. Selain itu saya juga bukan orang yang sangat sibuk sampai-sampai sambil nongkrong di toilet saja harus menyempatkan menjawab telepon. Tapi kadang-kadang terpikir juga, duh apa serunya ya nongkrong di toilet untuk ngobrol dengan bumbu aroma yang kurang sedap dan berbagai bunyi yang ga usah saya deskripsikan di sini :P. Terus, kalau orang yang di ujung telepon satunya mendengar bunyi dan bertanya : “kamu lagi di mana sih kok bunyinya aneh-aneh?” , kira – kira bakal di jawab jujur gak yah?

Anyway, untung saja teknologi telepon genggam hanya mengantarkan suara. Apa jadinya kalau mengantarkan bau juga :P. Apakah Anda termasuk golongan orang yang suka bertelepon di toilet?

Time Flies

Wow, tak terasa waktu berlalu. Hari ini adalah hari terakhir belajar AUA – Book 1. Walau awalnya rasanya sudah tau semua, ternyata memang belajar di AUA beda dengan YMCA. Ada banyak hal baru yang didapat selama belajar di AUA, selain mendapat kemajuan dalam berbahasa Thai, sekarang juga semakin percaya diri nyetir . Bonus tambahan dengan belajar di AUA yang tidak disangka-sangka adalah mendapat kenalan yang sangat ahli merajut. Well besok mereka akan berangkat ke kota lain dari Thailand, tapi jaman sekarang ini dengan skype pasti masih bisa ketemu lagi lain kali (via skype tentunya), pelajaran merajut masih bisa dilanjutkan :).

Anyway, rencana untuk menuliskan day by day belajar di AUA masih terbengkalai. Masalahnya menuliskannya tidak mudah (memakai transliteration dengan segala cara menunjukkan tone naik turunnya). Tapi pasti akan diteruskan, tunggu aja tanggal mainnya :). Rencana berikutnya adalah melanjutkan ke buku 2 tentunya, pasti tingkat kesulitannya semakin lumayan, fiuh. Sejujurnya cape sih belajar tiap hari gini, tapi ya.. kalau mau cepet bisa harus tetap semangat *talking to myself*.

Waktu benar-benar terasa terbang. Kalau dihitung-hitung, kami di Chiang mai sudah memasuki bulan ke 7, wow setengah tahun berlalu. Sekarang Chiang Mai cuacanya semakin dingin. Tiap pagi rasanya mengigil. Kebanyakan orang keluar rumah mengenakan baju hangat, dan Joe merasa butuh jaket yang lebih tebal (soalnya dia panas-panas aja tahan pakai jaket, kalau dingin ya butuh jaket lebih tebal lah). Katanya sih, ini masih awal musim dingin. Semakin dekat akhir tahun akan semakin dingin. Tapi sih di sini masih ga sedingin negeri yang ada saljunya.

Belajar Knitting

Satu hal yang sudah lama sekali ingin saya lakukan, belajar merajut dengan 2 jarum alias knitting. Dari jaman sekolah menengah sudah belajar merajut dengan 1 jarum (crochet), dan sejak bisa merajut dengan crochet, selalu ingin tahu gimana sih caranya merajut dengan 2 jarum. Setelah bertahun-tahun cuma “kepingin” tanpa hasil (karena tidak menemukan orang yang mau mengajarkan knitting tanpa bayaran :P), akhirnya di Chiang Mai ada yang mengajari knitting (horee). Salah seorang teman di tempat kursus bahasa Thai ada yang bisa knitting, dan dia ternyata bukan cuma bisa, tapi sangat ahli dan memang biasa mengajar knitting.

Sepertinya di Chiang Mai ini jadi tempat di mana kami (saya dan Joe) belajar banyak hal. Setidaknya buat saya sendiri, saya belajar menyetir (walaupun itu mobil otomatis) dan belajar bahasa Thai di sini, lalu sekarang belajar knitting. Sebenernya sih semua itu bisa dipelajari di mana saja, tapi yah sepertinya emang kami harus ke Chiang Mai buat belajar hal-hal itu.

Sekarang ini belum ada hasil knitting yang bisa dipamerkan. Tapi…setidaknya saya sudah tahu bagaimana cara melakukannya. Well, proyek pertama mengenal berbagai jenis rajutan dan masih jauh dari bikin sesuatu yang sangat besar. Mulai dari yang sederhana saja : bikin scarf. Semoga kalau sudah selesai, saya tidak lupa untuk mengupload fotonya :).

Update 11 November 2007

hasil awal yang akan di buka lagihasil yang akan diteruskanSebelumnya sudah merajut kira-kira setengah meter, tapi ga puas, mau di buka lagi. Hasil yang baru dikerjakan (mulainya baru kemaren sore) sudah ada sekitar 20 cm.

Belajar Bahasa Thai

Sejak awal bulan Juni, gue sudah memulai belajar bahasa Thai di YMCA Chiang Mai. Sekarang sudah bulan Oktober, artinya sudah 4 bulan belajar bahasa Thai dan sudah 5 bulan tinggal di Thailand. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah : “gimana udah bisa ngomong bahasa Thai?” dan jawabnya adalah kalau yang diharapkan bisa seperti berbicara bahasa Indonesia, itu masih jauh, tapi kalau dalam taraf bisa memesan makanan dan mengerti kalau ditanya orang Thai sudah bisa. Target berikutnya adalah bisa menonton acara TV Thailand, dan mungkin juga film Thailand 🙂 (kemarin sih menonton sinetron Thai sudah bisa, abis intinya hampir tidak beda dengan sinetron Indonesia :P).

Rencana awal mau belajar di satu tempat sampai mahir lalu kemudian belajar baca tulis. Tapi kok ya perasaan belakangan ini ga maju-maju dan jalan di tempat. Semua disebabkan guru di tempat kursus ga bisa menjelaskan pertanyaan dengan bahasa Inggris yang baik (bahkan terkadang dia ga ngerti apa pertanyaan muridnya). Akhirnya banting setir pindah ke AUA Chiang Mai yang frekuensi belajarnya tiap hari dan bahasa Inggris gurunya lebih oke (dan gue semakin senang karena di AUA ada perpustakaan yang meminjamkan majalah dan buku-buku berbahasa Inggris, hal yang langka di Chiang Mai. Buku sih banyak, tapi kalau bisa meminjam kan jadi lebih hemat daripada beli).

Di tempat sebelumnya sebenarnya gue udah belajar selama 3×30 jam = 90 jam. Tetapi dengan pertimbangan untuk mendapatkan ilmu yang lebih lengkap, di tempat baru gue belajar lagi dari awal, dari jam ke-0. Hasilnya? tentu saja gue bisa mengikuti dengan mudah. Padahal dulu sempat takut untuk ikutan disitu karena konon kabarnya belajar di tempat ini memang belajar di kelas cuma 2 jam tapi prakteknya karena banyak PR dsb bisa-bisa jadi berjam-jam. Mungkin terlalu dini juga kalau gue bilang terlalu mudah, karena pada dasarnya gue baru mengikuti kelas sekitar 12 jam di kelas yang baru. (tapi memang dengan begini gue seperti mereview semua yang sudah gue ketahui sebelumnya sih, semoga bisa tetap mudah mengikutinya)

Karena gue merasa ini awal yang baru, dan karena gue sudah cukup mengerti apa yang diajarkan di kelas, timbullah ide untuk mendokumentasikan pelajaran di kelas dalam bentuk tulisan di blog. Ya..sekalian sebagai catatan buat gue dan juga berbagi buat siapa saja yang tertarik belajar bahasa Thai. Nah kalau tertarik untuk tau bagaimana sih bahasa Thai itu, atau sekedar mencari bacaan karena kurang kerjaan, silakan kunjungi www.risna.info . Sekarang sih isinya masih ga banyak, semoga saja saya tetap konsisten menulis setiap harinya yah :).

Kerja di Chiang Mai

Dah ada beberapa orang yang nanya: enak nggak sih kerja di Chiang Mai? Ada juga yang menyangka kalo aku studi S3 di sini, sedangkan yang lain pengen tau kerjaan di Chiang Mai ngapain sih? Setelah 4 bulan di Chiang Mai, saatnya cerita sedikit pengalaman di sini.

Di sini aku kerja sebagai programmer (tepatnya senior programmer) di perusahaan startup yang baru berdiri bulan April 2007. Karena belum tahu apakah bos mengijinkan membeberkan apa yang dikerjakan oleh perusahaan ini, saat ini aku nggak akan cerita mengenai produk perusahaan ini. Mungkin ada yang mikir: ngapain jauh-jauh ke Thailand cuma kerja di startup company, tapi yang jelas si Bos alias Prof sudah berpengalaman punya perusahaan di sebuah negara di Eropa, dan sudah cukup sukses, sampai perusahaanya dia jual. Dalam bidangnya si Bos juga adalah termasuk pionir (sudah masuk buku).

Lanjutkan membaca “Kerja di Chiang Mai”