Retrogaming

Salah satu minat saya kalau lagi iseng adalah retrogaming. sederhananya main game console lama (baik itu di device asli maupun emulator). Ini cuma sekedar cerita, bukan posting teknis yang serius.

Saat ini saya punya beberapa Game Boy: Game Boy biasa, Game Boy Color, Game Boy Advance, dan juga clone Game Boy Color yang layarnya memiliki backlight (namanya GB Color). Saya juga punya Link Cable, kamera dan juga printer Gameboy. Koleksi saya ini tidak seberapa dibandingkan dengan koleksi banyak orang lain. Adik saya di Indonesia juga punya hobi yang sama, dan bahkan punya lapak online di Instagram yang menjual retro console. Hobinya membeli berbagai console bekas, lalu menukar isinya, mengganti komponennya atau mengakali supaya jalan lagi (adik saya ini dosen elektro). Lanjutkan membaca “Retrogaming”

11 Tahun Menikah

Hari ini 11 tahun yang lalu, kami menikah setelah mengenal satu sama lain sekitar 3 tahun. Dan selama 14 tahun kami masih selalu menjadi pengguna aplikasi messenger. Mulai dari Yahoo Messenger, Agile messenger di handphone dengan OS Symbian, Google Talk /Google Hangout, BBM, dan sekarang pake Telegram. Dari jaman internet masih mahal dengan paket GPRS, sampai sekarang jaman 4G dengan harga relatif lebih murah.

Joshua belajar mengetik, berikutnya belajar pake app messenger

Kami gak pernah long distance relationship, waktu pacaran kami tinggal 1 kota (bahkan 1 kantor dan kuliah bareng), tapi kami sering chat sampe sekarang. Beberapa temen saya sampe terheran – heran ngapain sih masih chat, kenapa ga telpon saja langsung atau ya kan nanti bisa ngobrol di rumah. Alasannya sih karena ga semua yang kami bicarakan itu penting banget sampe perlu di telpon. Ya saya bersyukur punya pasangan yang mau mendengar semua cerita saya bahkan yang ga penting sekalipun. Kadang-kadang, jadi perempuan itu cuma pengen didengar, jadi misalnya saya baca berita yang aneh, reflek pertama bukan share di FB tapi share ke Joe. Lanjutkan membaca “11 Tahun Menikah”

Natal 2017 dan Tahun baru 2018 di Chiangmai

Ini tulisan sudah lewat 15 hari dari tahun baru, eh tahun baru itu bukan cuma tanggal 1 January kan ya, hehehe. Supaya tetap bisa mengingat kembali Natal tahun 2017 dan Tahun Baru 2018, kami tetap akan post ini walau terlambat.

Natal 2017 jatuh hari Senin, karena sore hari tanggal 24 Desember sudah ada kebaktian di gereja, malamnya kami tidak mengikuti candlelight service seperti biasa, alasan lain mengurangi kemungkinan Joshua yang masih akan bangun dan bernyanyi ABC dengan suara keras. Tanggal 25 Desember 2017 kami mengikuti gereja pagi di CMCChurch seperti biasa. Papa Jona ijin kerja setengah hari dan lanjut ngantor. Ya di Thailand 25 Desember bukan hari libur, kalau kerjaan kantor ga terlalu sibuk bisa ijin sehari tapi karena kantornya lagi banyak kerjaan ya ijin setengah hari aja.

Tanggal 31 Desember 2017, kami makan malam bareng teman2 Indonesia di Chiangmai, acara barbequean dan rame2 biasa aja. Sayangnya ga ada yang beli kembang api, jadi ya ga pake acara countdown bersama.

Tanggal 1 Januari, kami jalan-jalan ke Rabbit Union lalu ke Ratchapruek  (dulu tempat diadakannya Royal Flora Ratchapruek). Oh ya, kami juga baru tahu ternyata bisa bikin kartu anggota juga untuk tempat ini, kami sudah bikin tanggal 30 Desember 2017 dan kartu anggota berlaku 1 tahun seharga 400 baht (Joshua masih gratis masuk).

Rencananya, tahun ini mau lebih banyak jalan ke Ratchapruek, sekalian olahraga, nemenin anak main dan ya nantinya mau ajarin Jona naik sepeda biar bisa sepedaan juga. Ratchapruek ini mengingatkan kami Horizon Village yang dulu sempat jadi tempat favorit Jona, bedanya di Ratchpruek ga ada makanan buffet dan lokasinya lebih deket ke rumah. Semoga tahun 2018 bisa lebih sehat dan bisa mengeksplorasi lebih banyak kota Chiangmai.

Ke Belanda

Dari RHME2 tahun lalu saya mendapatkan hadiah mengikuti kursus security gratis di Riscure Delft, Belanda. Karena ini bukan perjalanan dinas dari kantor, jadi saya perlu mengurus segala sesuatu sendiri, dan saya bisa bebas menceritakan perjalanannya.

Visa

Di Chiang Mai tidak ada kedutaan Belanda, jadi untuk mengurus Visa saya perlu ke Bangkok. Sebenarnya mengurus Visa bisa dilakukan di kedutaan Belanda atau di VFSGlobal. Saya memilih menggunakan VFSGlobal karena mereka punya jasa kirim balik visa via EMS (menghemat uang dan waktu, tidak perlu kembali ke Bangkok lagi).

Website VFSGlobal sudah sangat bagus, ada checklist mengenai berbagai dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan jenis Visa-nya. Karena saya ke sini untuk training, saya menggunakan Visa bisnis. Sebagai catatan, bidang security ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan tempat saya bekerja sekarang, tapi tetap butuh surat pengantar dari tempat bekerja.

Tidak ada proses wawancara ketika menyerahkan dokumen. Saya hanya menyerahkan semuanya, diminta scan sidik jari, mengisi alamat pengiriman kembali paspor setelah selesai. Visa saya dapatkan sekitar seminggu, saya masukkan alamat kantor supaya yakin ada selalu orang yang menerima. Karena proses VISA sangat singkat, saya sempat makan siang dengan Pak Kief, alumni Informatika ITB yang saat ini bertugas di KBRI.

Perjalanan

Ada pesawat KLM dari Bangkok langsung ke Belanda. Perjalanannya 11 jam. Karena tidak ada connecting KLM dari Chiang Mai, jadi saya naik airline lain, dengan menyisakan waktu 4 jam. Ternyata 4 jam ini cukup pas, karena butuh menunggu bagasi, antri memasukkan bagasi, antri imigrasi, antri scan.

Di dalam pesawat ada Entertainment System. Kalo saya membawa peralatan yang lengkap, sistemnya sepertinya bisa dijebol. Sistemnya menerima input USB, dan biasanya sistem seperti ini rentan terhadap berbagai macam file yang corrupt. Sistemnya sendiri memakai HTML untuk user interfacenya, ini bisa terlihat dari sifatnya, misalnya file yang memiliki nama &lt; akan muncul sebagai tanda kurang dari (<).

Lanjutkan membaca “Ke Belanda”

Memperbaiki Mainan

Jonathan dan Joshua saat ini memiliki banyak mainan. Seperti biasa, semua mainan yang dimainkan akan rusak. Sebisa mungkin jika mainannya masih bisa diperbaiki, maka saya akan mencoba memperbaikinya.

Selain mainan yang rusak karena dimainkan, kadang kami membeli mainan second hand dari toko second hand maupun yard sale yang sering diadakan oleh expat yang akan meninggalkan Chiang Mai. Selain lebih hemat, beberapa mainan yang kami beli second susah didapatkan di Chiang Mai (atau sangat mahal jika memesan via Amazon).

Masalah Batere

Kebanyakan mainan dan buku elektronik biasanya tidak rusak, tapi ada masalah dengan baterenya. Masalah pertama dan yang paling sering adalah: batere habis. Saya memiliki stock berbagai jenis batere standar selain AA dan AAA juga batere koin CR2032 dan LR44.

Masalah berikutnya: konektornya kotor atau berkarat. Masalah lain adalah kabel yang lepas. Untuk masalah kompartemen batere yang berkarat, saya menggunakan aluminium foil. Untuk kabel yang lepas tentunya disolder, dan kemudian dilapisi hot glue agar lebih sulit lepas lagi.

Lanjutkan membaca “Memperbaiki Mainan”

Sega Pico

Di Chiang Mai ada beberapa toko yang menjual barang bekas dari Jepang. Barang-barangnya dijual 300 baht per kilogram. Kadang kami iseng ke sana, biasanya mencari mainan. Seminggu lalu ketika pergi ke sana ada satu benda yang menarik perhatian saya.

Isinya utamanya adalah keyboard ini, dan ada sesuatu yang seperti buku, dan seperti catridge. Segera saya Googling mengenai Sega Pico (dari covernya ada tulisan “Sega Toys” dan “Pico”). Ternyata ini adalah salah satu game untuk Sega Pico. Saya cek konektor keyboard ini adalah PS/2 biasa, jadi tanpa consolenya pun pasti bisa dipakai sebagai keyboard komputer. Kasus terbaik: keyboardnya punya mapping standar untuk alfabet inggrisnya, kasus terburuk tinggal bikin mapper dengan Teensy atau microcontroller lain.

Benda ini membuat saya penasaran: apakah ada console Sega Pico juga di toko ini. Setelah mencari-cari, ternyata ada, walau ternyata sangat berat,  sekitar 3kg. Untungnya pemilik tempat ini tidak strict dengan harganya, jadi banyak yang bisa ditawar. Lanjutkan membaca “Sega Pico”

Elephant POOPOOPAPER Park

Selamat Tahun Baru 2017. Kami tidak merayakan tahun baru secara khusus, tapi tanggal 2 Januari kami pergi (lagi) ke Elephant POOPOOPAPER Park. Di tempat atraksi turis ini orang bisa mendapatkan penjelasan tentang pembuatan kertas dari eek gajah.

Dibandingkan banyak tempat wisata lain, tempat ini sangat kecil, dan tidak ada gajahnya di sini, cuma ada poop-nya saja. Tapi jangan khawatir, semuanya sudah kering dan tidak berbau sama sekali. Jadi di tempat wisata ini kita cuma bisa:

  • Melihat dan mendapatkan penjelasan bagaimana proses pembuatan kertas dari eek gajah
  • Ikut melakukan satu langkah (dari bola eek dilebarkan untuk dijemur)
  • Menghias buku atau kartu ucapan (yang tentunya terbuat dari eek gajah)
  • Minum dan makan snack di kantin
  • Memberi makan ikan
  • Berfoto
  • Beli merchandise, baik yang poop related maupun tidak

Tahun lalu ketika kami datang tidak ada guidenya, dan kami hanya perlu mengikuti eek gajah yang diletakkan di jalurnya. Tapi tahun ini ada guide yang menjelaskan prosesnya walaupun ada tulisan juga yang bisa dibaca kalau tidak ada guidenya. Lanjutkan membaca “Elephant POOPOOPAPER Park”