Festival Makanan Vegetarian di Thailand

Sejak datang ke Chiang Mai, kami diberitahu kalau setiap tahunnya ada yang namanya festival makanan vegetarian di Thailand, biasanya dalam 9 hari akan banyak tukang jualan makanan yang mengkhususkan menjual makanan vegetarian dan bisa dilihat dengan tanda bendera kuning bertuliskan เจ (dibaca: je ) yang artinya makanan vegetarian.

Tanda makanan vegetarian (sumber: wikipedia)

Festival makanan vegetarian (เทศกาลกินเจ) ini diadopsi dari Nine Emperor Gods Festival, di mana dalam 9 hari yang berlangsung dalam bulan ke-9 dari kalendar Lunar Cina, mereka tidak akan makan daging dan hanya makan makanan vegetarian.

Untuk tahun ini, festival makanan vegetarian ini berlangsung dari tanggal 29 September sampai 7 Oktober 2019. Informasi lebih lengkap bisa dibaca-baca di link ini.

Kalau liat begini, sosis dan bakso mana percaya ini vegetarian
Menu makanannya ya seperti makanan non vegetarian juga
vegetarian thai festival
Melihat yang ini saya lapar hehehe…

Selain tempat jual makanan dadakan, biasanya restoran yang besar juga menyediakan menu khusus karena banyak orang yang memilih untuk makan vegetarian selama festival ini. Tapi walaupun banyak yang berjualan makanan vegetarian, makanan biasa yang dengan daging juga tetap ada dijual seperti biasa. Jadi jangan sampai salah pilih dank kalau mau beli makanan vegetarian pastikan saja menunya ada tulisan dengan tanda kuning dan 2 huruf berwarna merah.

Makanan vegetarian identik dengan makanan sehat
Penampilannya sama aja deh dengan menu makanan biasa

Tadi kami iseng nyobain makanan cemilan vegetarian, enak juga loh ternyata. Terus Joe juga coba pesen makanan yang katanya pakai “vegan chicken” alias ayam palsu. Terlihat mirip daging ayam, tekstur juga mirip, tapi rasanya tetep daging ayam lebih enak buat saya hahaha…

Festival makanan vegetarian ini kesempatan mencoba berbagai kuliner yang berbeda dari biasanya. Selain makanan untuk dimakan dengan nasi, ada banyak juga cemilan yang menggoda (lupakan diet). Jadi kalau yang lagi diet, jangan mentang-mentang katanya makanan vegetarian lebih sehat jadi malah makan kebanyakan ya hehehe.

MusePass Thailand = Kartu jalan-jalan

Kali ini saya mau cerita tentang MusePass atau museum pass yang kami juga baru tahu sejak awal tahun 2019 ini (padahal dari nomornya aja tahun ini sudah masuk MusePass 7).

Apaan sih MusePass itu? singkatnya kartu sakti untuk mengunjungi banyak museum di Thailand. Dengan harga 299 baht, bisa masuk ke banyak tempat di Thailand yang biasanya berupa museum dan tempat wisata.

Kartu MusePass 7 ini bisa dipakai selama 1 tahun sejak pertama kali digunakan, tapi ada syarat pertama kali pakainya paling lambat 30 September 2019. Wah udah mau habis dong waktunya ya, kemungkinan akan ada MusePass berikutnya kok, nanti akan saya update informasinya kalau ada MusePass 8.

Kami beli 4 kartu MusePass, karena 1 kartu itu bisa dipakai untuk 1 orang. Tapi karena kartunya tidak pakai nama, sebenarnya bisa dipakai siapa saja. Misalnya waktu awal tahun mama saya datang ke Chiang Mai, kami pakai 4 kartu MusePass untuk masuk ke Art in Paradise dan cukup beli 1 tiket anak untuk Joshua (dapat harga Thai pula). Kalau beli harga tiket untuk orang asing ke Art in Paradise itu per orangnya saja bisa 400 baht.

Waktu kami ke Phuket, kami juga pakai MusePass ini untuk mengunjungi Phuket Aquarium. Kalau beli tiket masuknya Phuket Aquarium itu dewasa 180 baht dan anak-anak 100 baht untuk orang asing. Tapi dengan MusePass jadi gratis dong. Sebenarnya ada beberapa tempat lain juga yang gratis di Phuket tapi kurang menarik buat kami jadi kami tidak kunjungi.

Nah kalau mau tau daftar yang bisa dikunjungi dengan MusePass ini bisa di cek di websitenya. Tiap tahun tempat yang bisa dikunjungi ini berubah-ubah tergantung kerjasamanya. Selain tiket masuk gratis, ada juga kupon diskon untuk beberapa tempat, misalnya untuk Chiang Mai Aquarium, ada kupon diskon 30 persen, lumayan kan buat ajak anak jalan-jalan. Di MusePass 6, Chiang Mai Aquarium ini padahal termasuk dalam daftar gratisannya. Semoga yang ke -8 ntar masuk lagi hehehe.

Mumpung cuaca cerah, yuk kita jalan-jalan

Hari ini kami pakai Muse Pass nya untuk mengunjungi Royal Flora Rajapruek. Terakhir ke sana itu akhir tahun 2018, tahun ini kami tidak sesering tahun lalu ke sana karena sistem membershipnya berubah dan jadi mahal banget. Mumpung cuaca lagi cerah di musim hujan yang tidak menentu ini, kami menggunakan kesempatan buat memanfaatkan si MusePass yang hampir expired. Harga tiket masuk ke Royal Flora Rajapreuk ini untuk orang asing 200 baht/orang dan anak-anak 100 baht/orang, dengan MusePass jadi gratis.

Total penghematan untuk jalan-jalan memanfaatkan kartu ini sudah terasa hehehe. Ada banyak tempat di seluruh Thailand yang menarik untuk dikunjungi, semoga sampai awal tahun depan kami ada waktu mengunjungi Bangkok dan Pattaya (kartu kami pertama di pakai Januari 2019).

Dari daftar yang ada, tempat yang masih ingin dikunjungi itu misalnya Space Inspirium dan Museum Ripley’s Believe It or Not di Pattaya.

Kartu sejenis MusePass ini sangat terasa manfaatnya buat ngajak anak jalan-jalan sekalian belajar. Selain tempat wisata, tempat-tempat tujuan yang diajak kerjasama oleh MusePass ini juga memberi informasi/pengetahuan buat pengunjungnya.

Kalau memang sudah ada rencana jalan-jalan ke Thailand sebelum 30 September 2019, bisa dilihat apakah tempat yang akan dikunjungi ada dalam daftar MusePass ini dan masih ada waktu untuk membeli kartu MusePass 7 (dan dipakai segera). Nanti kalau kartunya gak dipakai lagi bisa disimpan siapa tahu tahun depan datang ke Thailand lagi ke kota yang lain.

Oh ya, kartu ini berlaku 1 orang 1 kartu dan hanya bisa dipakai untuk mengunjungi tempat tersebut 1 kali. Ya kalau berkali-kali tentunya mereka rugi dong ya hehehe. Tapi ya pemakaian pertama kami saja misalnya ke Art in Paradise sudah lumayan banget daripada beli tiket harga full nya.

Saya belum menemukan informasi tentang MusePass berikutnya, nanti kalau sudah ada akan kami update dan tentunya kami akan beli lagi tiket MusePass nya hehehe.

Kalau di Indonesia ada tidak ya kartu sejenis MusePass ini?

Serba serbi SomTam (Thai salad)

ส้มตำ atau Som Tam dibaca dengan som nada turun dan tam nada datar merupakan salah satu makanan khas Thailand yang bisa ditemukan di pinggir jalan ataupun di restoran dan mall. Makanan ini seperti rujak asinan dengan bahan utama pepaya mentah yang di serut diberi bumbu asam pedas. Salad Thai ini lebih seperti sayur karena isinya biasanya ada wortel, kacang panjang dan tomat.

Waktu awal tinggal di Chiang Mai dan pertama kali diperkenalkan dengan somtam, saya merasa aneh melihat orang Thai makan siang bisa pake makanan pedas asam ini. Makannya juga pakai nasi ketan doang. Terus saya juga taunya cuma 1 jenis somtam yang isinya pepaya mentah serut alias green papaya salad saja.

Setelah sekian lama, akhirnya saya baru mengerti ada banyak jenis somtam dan bahkan saya jadi bisa makan siang dengan somtam ini karena ternyata tingkat pedasnya bisa diminta dikurangi kalau kita tidak tahan pedas.

Selain sayuran, somtam ini juga bisa ditambahkan beberapa sumber karbohidrat seperti jagung atau sumber protein seperti telur asin, seafood, kepiting, udang maupun sejenis sosis babi atau kerupuk kulit.

Aneka Rasa Somtam

Ini contoh aneka menu somtam yang bisa dipilih dari sebuah tempat jualan somtam. Menu ini tidak semua selalu ada, tapi biasanya selain somtam pepaya muda ตำมะม่วง (tam ma muang), mereka juga selalu sedia somtam buah ตำผลไม้ (tam pohn la mai) dan somtam jagung telur asin ตำข้าวโพดไข่เค็ม (tam khaw phoot khai khem) .

menu somtam yang bisa dipilih
somtam bukan hanya sayuran saja

Bumbu SomTam

Ada 2 jenis bumbu somtam: pakai terasi atau tidak pakai terasi. Untuk yang tidak pakai terasi biasanya warnanya jadi lebih bersih dan tidak terlalu asin. Kita bisa memesannya dengan menyebutkan Somtam Thai. Sedangkan untuk versi yang pakai terasi biasanya disebut Somtam Pla Ra ส้มตำปลาร้า (pakai ikan dan kepiting kecil yang sudah difermentasi). Somtam yang pakai terasi ini kadang disebut somtam Laos atau Isan style (Isan ini nama tempat di Thailand yang berlokasi dekat Laos).

Untuk memesan rasa yang tidak terlalu pedas, kita bisa bilang phet noi (เผ็ดหน่อย) atau bahkan bisa disebutkan berapa cabe พริก (prik) yang ingin dimasukkan ke dalam bumbunya.

Di dekat rumah ada juga model somtam yang dijual dengan bumbu dipisah, jadi kadang saya beli bumbu dipisah buat dapatin sayurnya aja dan anak-anak makan pakai mayonaise sedangkan saya makan pakai bumbu somtamnya. Bumbu dipisah ini juga ada beberapa level pedas. Biasanya saya minta yang pedas sedikit saja, karena saya tetap tidak tahan kalau mengikuti level pedasnya orang Thailand.

Saya lebih suka somtam dengan bumbu tanpa terasi. Kadang-kadang saya beli somtam buah, tapi sering juga beli somtam jagung tanpa telur asin. Kalau kamu ke Thailand kira-kira mau pesan yang mana?

Pameran Kebudayaan Etnis di Chiang Mai

Kemarin anak-anak lagi ikutan grup homeschool dari jam 9 pagi sampai sore. Saya ada kesempatan deh buat jalan-jalan dengan teman-teman yang juga anak-anaknya lagi sekolah.

Di Chiang Mai sering sekali ada berbagai pameran yang temanya tentang Thailand Utara. Biasanya di setiap pameran, selain ada pameran hasil kerajinan yang unik, juga ada makanannya. Jadi misi kali ini ya jalan-jalan sambil cari makan siang hehehe.

Baliho acara pamerannya

Walaupun judulnya pameran ini untuk mempromosikan tourism, kemarin waktu kami datang pengunjungnya tidak begitu banyak. Mungkin juga karena kami datangnya hari kerja dan belum jam makan siang. Atau mungkin juga, turis yang jadi sasaran pameran ini belum tau tentang acara ini. Tapi ya acara ini masih akan berlangsung sampai hari Minggu tanggal 1 September 2019. Kemungkinan diharapkan ramainya itu di akhir pekan.

Jadi, ada apa saja di sana? Mari kita melihat gambar saja.

Pameran seperti ini sering diadakan di Chiang Mai. Kadang-kadang sangat ramai dan banyak yang bisa dilihat, tapi kadang tidak terlalu ramai. Kemarin itu acaranya tergolong tidak terlalu ramai pengisinya. Tapi saya menemukan banyak hal menarik di sana.

Beberapa hal yang kami beli (walau tidak ada fotonya): snack dari kacang, biji wijen dan madu. Rasanya enak! Manisnya dari madu, katanya sih asli hehehe. Terus ada madu yang diambil dari lebah yang dipelihara di kebun kopi. Madunya jadi rasa kopi kali ya hehehe. Ada biji kopi juga tentunya. Ada sabun dari madu dan bubuk kopi. Ada shampo natural dari buterfly pea. Saya membeli kain tenun buat tutup piano.

Selain yang kami beli ada juga yang menjual kerajinan bambu, balsem dari buah lengkeng, lotion dan pelembab dari sari buah lengkeng, kunyit dan minyak esensial oil.

Datang ke pameran begitu bikin saya kagum dengan kreativitas manusia. Bisa aja gitu kepikiran membuat sesuatu dengan bahan yang ada di alam dan bisa dijadikan produk yang bisa dijual. Tapi saya suka kasian dengan ibu-ibu tua yang menjaga pameran. Mereka kelihatan bosan karena pengunjungnya kurang banyak. Sambil menunggu jualannya mereka tetap berkarya. Ada yang bertenun, menggambar di kain seperti membatik, menyulam manik-manik, atau sekedar menggulung benang untuk dirajut.

Saya sempat ngobrol dengan salah satu ibu-ibu yang jaga pameran sambil menenun kain. Saya bertanya berapa lama dia menyelesaikan 1 lembar kain. Katanya kalau sekedar kain selendang kecil 2 hari juga bisa selesai, tapi kalau kain lebar yang bisa untuk baju itu bisa butuh waktu sebulan, apalagi kalau yang bahannya dari benang sutra. Tentunya karena waktu pengerjaan dan bahan yang digunakan sutra, kain seperti itu harganya juga tidak bisa murah. Ada salah satu yang dia tunjukkan harganya 1 lembarnya 3500 baht. Dan itu bukan kualitas paling mahal ya. Mungkin kalau dibandingkan ya seperti harga kain songketlah, mana ada sih kain begitu harganya murah.

Oh ya seperti biasa, awalnya mereka akan mengajak ngobrol dengan bahasa Thailand Utara, setelah mereka perhatikan saya dan teman-teman ngobrol bukan dalam bahasa Thai baru deh mereka ganti ke bahasa Thai central. Sampai sekarang saya belum bisa bahasa Thai Utara, lah bahasa Thai Central saja kadang-kadang masih ada kata yang saya tidak mengerti hehehe.

Mudah-mudahan pameran berikutnya yang mengisi lebih ramai dan saya ada kesempatan lagi jalan-jalan santai seperti kemarin hehehe.

Belanja Oleh-oleh di Chiang Mai

Tulisan ini buat catatan kalau jalan-jalan di Chiang Mai, belanja oleh-olehnya di mana dan apa saja?

Ada beberapa tempat untuk belanja oleh-oleh, tergantung apa yang dicari. Di sini tidak ada pasar serba ada seperti pasar Chatuchak di Bangkok, tapi ya seperti di banyak tempat, selain pasar tradisional, ada yang namanya pasar malam dan atau pasar dadakan.

Masing-masing tempat punya produk unggulan sendiri dan kisaran harga yang berbeda. Jadi akhirnya kembali lagi mau beli apa? Biasanya pasar yang sifatnya dadakan harganya lebih murah, karena mereka tidak harus membayar sewa tempat. Tapi karena pasar dadakan ini umumnya banyak turis, bisa juga kita salah membeli dan dapat harga turis alias jadi mahal.

Berikut ini tempat saya mencari oleh-oleh kalau mau pulang ke Indonesia atau kalau ada yang minta dianterin beli oleh-oleh. Sekian lama tinggal di Thailand, saya kadang takjub banyak benda yang biasa aja di sini ternyata dijadikan oleh-oleh di bawa ke Indonesia hehehe.

Warorot dan Hmong Market

Pasar warorot ini merupakan 3 pasar jadi 1, disana ada jual bunga, buah dan berbagai pakaian yang harganya tentu lebih murah daripada beli di mall. Di lokasi yang sama dengan pasar warorot, ada lokasi khusus yang menjual pernak pernik tradisional dari hill tribe/hmong market.

Kalau mencari oleh-oleh berupa kain-kain tradisional atau dompet dan tas dengan motif tradisional, bisa dicoba ke hmong market ini. Harganya jelas lebih murah daripada di tempat lain. Kalau kita beli dengan jumlah yang banyak, biasanya bisa tawar harga dan dapat lebih murah dari harga satuan.

Untuk yang mencari pashmina, atau silk Thailand, kebaya ala Thailand atau sepatu/sendal, pasar warorot ini juga bisa jadi tempat mencari benda-benda tersebut.

Selain kain dan sepatu, di pasar buah juga tersedia banyak buah lengkeng dan buah manisan lain yang sudah dikeringkan, daun stevia kering, berbagai bunga kering termasuk bunga chrysantemum kering.

Manisan, bunga kering, mainan kayu ini biasanya ada juga di tempat lain, tapi harganya jauh lebih murah di warorot. Mungkin karena biasanya yang belanja ke pasar ini orang lokal dan bukan turis, jadi mereka memberikan harga lokal.

Oh ya, hampir lupa dengan durian kering dan aneka teh herbal, balsem wangi, semua ini ada di pasar warorot.

Pasar warorot ini buka dari pagi sekitar jam 8 sampai sore sekitar jam 5. Jadi memang kalau cuma punya beberapa hari di Chiang Mai, siang hari itu waktunya jalan-jalan, mungkin akhirnya gak punya kesempatan belanja ke sini ya.

Night Bazaar

Sesuai namanya, Night Bazaar ini bukanya malam hari. Tepatnya mulai sekitar jam 4 sore, sampai tengah malam. Tempat ini menjual segala jenis oleh-oleh dan yang paling populer tentunya kaos bertuliskan Chiang Mai selain kain-kain khas Thailand.

Tempat ini memang sengaja diperuntukkan untuk turis, jadi kadang harganya mereka tawarkan cukup mahal. Kita bisa tawar menawar di sana, tapi ya kadang-kadang tergantung mood tukang jualannya juga.

Selain belanja oleh-oleh, di sana ada banyak restoran dan juga pertunjukkan tari-tarian atau live music. Ya benar-benar pasar malam untuk hiburan turis yang mencari oleh-oleh atau sekedar cari makan setelah siang harinya jalan-jalan ke tempat wisata di sekitar Chiang Mai.

Walaupun tempat ini relatif lebih mahal daripada pasar warorot, kadang-kadang desain kaos nya yang unik bikin kami mau gak mau ya belanjanya ke sini.

Di sini karena tokonya sudah fix, saya sampai punya langganan toko yang tanpa sengaja jadi tempat saya beli kaos. Awalnya saya ga ngeh kalau itu toko yang sama, tapi penjualnya yang sangat ramah bisa ingat kalau saya pernah ke situ dan dia bisa detail ingat saya datang beli apa aja. Ya lumayan kalau kayak gitu bisa dapat diskon deh belanjanya hehehe.

Saturday Market

Saturday Market ini sesuai namanya hanya ada di hari Sabtu. Pasar ini merupakan pasar kaget di sepanjang salah satu ruas jalan di dekat kota tua Chiang Mai. Karena sifatnya yang pasar kaget, banyak produk kerajinan tangan yang di bawa oleh produsen dari perkampungan sekitar dijual dengan harga murah di sana.

Biasanya pilihanya gak lebih banyak daripada warorot ataupun night bazaar. Tapi kalau beruntung bisa menemukan benda-benda unik dengan harga murah. Satu waktu saya beli tas kulit dengan harga 100 baht saja (sekitar 45 ribu rupiah). Tas kulitnya ya bukan kulit buaya, tapi asli kulit loh, bukan kulit plastik hehehe.

Sunday walking street

Seperti halnya Saturday market, Sunday Walking Street ini juga bukanya hanya malam hari dan merupakan pasar dadakan. Dan sesuai namanya pasar ini hanya ada di hari Minggu. Bedanya apa dengan pasar yang hari Sabtu? lokasinya beda. Ruas jalan yang digunakan lebih panjang untuk Sunday walking street.

Produknya gimana? ya produknya mirip-mirip dengan Saturday Market, dan harganya juga bisa lebih murah. Tapi kalau mencari kaos dengan desain Chiang Mai, harganya bisa lebih mahal daripada Night Bazaar.

Di Sunday walking street ini selain belanja oleh-oleh ada banyak juga makanan dan pertunjukan alias orang ngamen. Selain itu ada beberapa tempat pijat juga untuk yang sudah cape jalan kaki beli oleh-oleh.

Tesco Lotus dan Big C

Nah ini sebenarnya supermarket biasa. Saya baru tahu kalau sabun beras, bedak ponds, beberapa model sendal juga merupakan oleh-oleh yang sering dicari. Selain benda tersebut, tentunya tak lupa Teh Thai Instan, Lemon tea ala thai instan atau berbagai kopi instan yang rasanya beda dengan yang ada di Indonesia.

Benda-benda seperti sabun beras, bedak ponds,atau masker wajah ada juga di minimarket 7 eleven.

Mall

Kadang-kadang mungkin kita gak pengen ke pasar yang di luar dan panas. Mall di sini juga ada yang menjual berbagai oleh-oleh khas Thailand termasuk sabun dari buah, Pashmina, silver ataupun batu giok. Biasanya kalau ada rombongan turis, mereka akan bawa ke Northern Village di Central Airport Plaza. Untuk harganya tentu saja lebih mahal daripada di pasar warorot.

Ini di dalam mall Airport Plaza ketika ada acara yang mengangkat tema tradisional (acara semacam ini sering ada)

Selain barang khas Thailand, mungkin ada juga yang mencari baju/sepatu merk tertentu yang kalau di Indonesia jadi mahal karena jasa impornya. Mall di sini sering ada sale untuk barang bermerk Anello, Crocs, atau sekedar beli baju-baju di Uniqlo. Kalau mencari elektronik juga ya biasanya di mall ini. Ada beberapa mall di Chiang Mai, tapi isinya ya hampir sama-sama saja.

Toko barang bekas dari Jepang

Selain oleh-oleh khas Thailand, belakangan ini di Chiang Mai ada banyak toko barang bekas dari Jepang. Kami dulu sempat sering ke sana untuk mencari mainan anak-anak atau game sega jaman dulu.

Selain mainan, kalau beruntung bisa menemukan tas bermerk yang masih cukup bagus dengan harga murah. Atau yang juga sangat banyak adalah piring dan mangkok keramik yang lucu-lucu dan tentunya dijual dengan harga jauh lebih murah daripada beli baru di toko.

Untuk list toko barang bekas dari Jepang ini mungkin akan saya posting terpisah, karena sudah agak lama gak jalan-jalan ke sana hehhee.

Selamat belanja oleh-oleh, hati-hati over bagasi hehehe.

Miskonsepsi Seputar Chiang Mai

Selama beberapa tahun tinggal di Chiang Mai, kadang-kadang ada teman yang bertanya tentang Chiang Mai. Tapi kadang-kadang pertanyaanya salah karena sepertinya pertanyaan itu muncul karena generalisasi yang mereka dengar atau ya memang begitulah biasanya digambarkan mengenai Thailand. Di sini saya mau mencoba menuliskan beberapa hal yang sering disalahpahami tentang Chiang Mai, Thailand.

Diajak Ketemuan di Bangkok

Sebelum saya tinggal di sini, saya termasuk yang kurang mendengar tentang kota ini, padahal kota ini pernah jadi tuan rumah penyelenggaraan SEA Games tahun 1995. Kota ini merupakan kota terbesar di utara Thailand dan jaraknya sekitar 700 km di utara Bangkok ibukota Thailand.

Chiang Mai itu masih jauh dari Bangkok, naik pesawat 1 jam, naik mobil 9 jam, naik kereta api lebih lama lagi. Kota ini gak jauh dari Cina Daratan (sekitar 700 km ke utara Thailand), bahkan beberapa tahun belakangan ini banyak sekali turis dari Cina daratan berdatangan ke Chiang Mai sejak adanya film Cina yang shootingnya di Chiang Mai : Lost in Thailand. Beberapa turis itu bahkan memilih untuk tinggal menetap di Chiang Mai untuk berbagai alasan.

Walau bukan ibukota negara, sekarang ini ada banyak penerbangan langsung dari berbagai negara ke kota ini, sayangnya belum ada yang langsung dari Indonesia. Penerbangan ke Kuala Lumpur, Penang, Singapore, Hongkong, Shenzen, Macau, Hanoi, Yangon, Taipei, Seoul, Kunming, Beijing, Guangzhao, Doha, Xi An setau saya ada setiap harinya (bahkan ada yang lebih dari 1 x).

Dengan banyaknya penerbangan langsung ke Chiang Mai, biaya hidup yang lebih murah dibandingkan Bangkok, dan juga keindahan alamnya, kota ini jadi tujuan banyak orang baik untuk wisata ataupun untuk tinggal.

Banyak Godaannya

Pernah juga ada teman bertanya begini: “Kamu gak kuatir tinggal di sana, katanya wanita-wanitanya agressif, nanti kalau suami kamu digoda orang lokal gimana?” Waktu saya ditanya begitu, saya gak pernah kepikiran atau melihat ada wanita lokal yang seperti dikhawatirkan teman saya. Saya tahu tujuan orang beda-beda datang ke Chiang Mai, ada yang memang datang untuk melihat kehidupan malamnya, nah karena kami bukan orang yang berkunjung ke tempat hiburan malam, saya gak bisa kasih komentar banyak.

Tapi semua itu menurut saya sih tergantung orangnya yang datang, kalau memang hobi ke tempat hiburan malam, nggak hanya di Chiang Mai, di Indonesia juga saya yakin banyak wanita agressif. Kalau di tempat umum, manalah ada wanita yang tiba-tiba godain cowok-cowok. Mereka bahkan udah biasa dengan kehadiran orang asing di sini.

Banyak Ladyboy dan Tomboy

Pertanyaan lain yang juga gak pernah saya pikirkan akan ditanyakan adalah: “Pernah lihat wanita tapi bukan wanita gak? terus kamu gimana ngelihatnya?” Kenapa saya bilang gak kepikiran ada yang bertanya begini adalah, karena di sini lady boy dan tomboy itu ya biasa aja seperti laki-laki dan perempuan.

Mereka bisa bekerja di minimarket ataupun menjadi penari di tempat wisata. Tapi mereka bukan orang jahat, bukan orang yang harus di cela-cela dan bukan orang yang harus dipandang sebelah mata. Mereka juga bukan orang sakit menular yang harus dihindari.

Waktu pertama kali melihat, saya memang agak takjub, kok bisa ya wanita secantik itu ternyata bukan wanita, pastinya mereka melakukan usaha untuk bisa tampil seperti itu, tapi ya lama-lama biasa melihatnya. Jumlah ladyboy dan tomboy gak sebanyak itu juga sih di Chiang Mai sini.

Pedesaan Sepi

Ada lagi nih salah satu teman saya bertanya begini: “Chiang Mai itu pedesaan ya? katanya masih banyak sawah dan ladang kayak di pelosok Indonesia?” Nah mungkin di bandingkan kota Bangkok atau Jakarta, kota Chiang Mai ini emang kota kecil, tapi ya gak pedesaan banget.

Banyak fasilitas yang tersedia seperti halnya di kota besar, mall aja sekarang ada 3, tapi memang daerah sekitar Chiang Mai masih banyak hutan dan masih alami, jadi bisa juga kalau mau melihat alam pedesaan datang ke Chiang Mai. Menyetir sektiar 1 atau 2 jam, tahu-tahu kita sudah ada di kaki gunung yang penduduk sekitarnya hidup dari bercocok tanam.

Salah satu daya tarik Chiang Mai itu justru karena fasilitas lengkap seperti kota besar, tapi kalau mau refreshing ke alam terbuka gak perlu jauh-jauh.

Menjadi Digital Nomad

Di kota ini ada banyak digital nomad, ada banyak orang yang bekerja remote atau commuting dari Chiang Mai. Tapi ya untuk tinggal di sini, tetap harus mengurus visa masing-masing.

Ada yang bertanya ke kami begini: “Saya tertarik tinggal di Chiang Mai, gimana caranya?” ya caranya:

  • Kalau punya kemampuan, carilah pekerjaan di sini untuk dapat visa kerja.
  • Kalau punya duit untuk buka bisnis, bisa juga cari tau gimana caranya membuka bisnis di Thailand.
  • Kalau punya anak usia sekolah dan punya penghasilan tetap tanpa bekerja, ya anaknya bisa disekolahkan supaya bisa dapat guardian visa.
  • Bisa juga mencari tau menjadi volunteer untuk mendapat visa volunteer.
  • Beberapa yang banyak dilakukan juga adalah mengambil kelas belajar bahasa Thai selama setahun di tempat yang juga menawarkan visa Edukasi.

Kalau ada pertanyaan lain seputar Chiang Mai, silakan tinggalkan komentar atau kirim pesan ke halaman Facebook kami ya.

Buat yang Mau Berkunjung ke Chiang Mai

Sebenarnya sudah banyak menulis mengenai Chiang Mai, tapi ini saya mau mencoba menuiskan hal-hal mengenai Chiang Mai siapa tahu ada yang lagi bingung mau ke mana dan kepikiran mengunjungi Chiang Mai.

Chiang Mai itu di Mana?

Chiang Mai ini kota di utara Thailand, letaknya di kelilingi oleh perbukitan, dan jauh dari pantai. Jadi kalau mau liburan ke pantai, pastinya jangan cari di Chiang Mai hehehe. Kota ini merupakan kota terbesar di Utara Thailand, tapi sangat berbeda di bandingkan Bangkok.

Chiang Mai masih sekitar 3 jam perjalanan lagi untuk ke daerah perbatasan Thailand dengan negara Laos dan Myanmar. Selain bahasa Thailand, penduduk di sini kebanyakan berbahasa daerah juga (ya samalah kalau ke Bandung banyak yang bahasa Sunda bukan bahasa Indonesia doang). Tapi karena banyaknya orang asing tinggal di kota ini, gak usah kuatir kalau gak bisa bahasa Thailand, modal bahasa Inggris juga cukup kok untuk ke sini, kalau beruntung bisa ketemu orang asing yang sudah bisa berbahasa Thai, jadi bisa gampang nanya-nanya nya hehe.

Dari Indonesia sekarang ini belum ada direct flight langsung ke Chiang Mai, tapi ada banyak cara ke sini. Setelah sampai ke Bangkok, bisa naik pesawat sekitar 1 jam lagi atau naik bis malam (10 – 12 jam) atau kereta api (12 – 15jam). Alternatif lain, selain dari Bangkok, bisa juga dari Kuala Lumpur atau Singapur (ada pesawat yang transit di hari yang sama dan langsung ke Chiang Mai).

Kapan Waktu Terbaik ke Chiang Mai

Sepanjang tahun ada macam-macam festival yang menarik untuk dilihat dan menjadi alasan mengunjungi Chiang Mai, tapi tentunya tergantung juga dapat jatah liburnya kapan dan mau berapa lama di Chiang Mai. Chiang Mai memiliki musim panas (Maret – Agustus), musim hujan (September – November) dan musim dingin (Desember – Februari). Selama 12 tahun ini, musimnya kadang agak bergeser sedikit, November kadang sudah dingin kadang belum, Desember kadang masih hujan, dan Maret pagi-pagi masih dingin. tapi yang pasti April pasti panas banget dan Januari udaranya dingin. Musim dingin di sini itu gak ada salju dan ga ada hujan, jadi ya cuacanya menyenangkan buat jalan-jalan tanpa gangguan.

Biasanya turis paling banyak datang ke Chiang Mai itu di bulan Desember atau Januari awal. Tidak disarankan datang sekitar Februari sampai awal April karena di masa itu tingkat polusi udara sedang tinggi dari pembakaran ladang sisa panen di daerah utara Thailand dan juga dari negara tetangga. Biasanya polusi ini akan berakhir menjelang festival air Songkran / Tahun baru Thailand sekitar tanggal 14 dan 15 April. Tapi ya kalau datang bukan untuk festival air, lebih baik datang di awal Januari, saat udara sedang adem.

Apa yang bisa di lihat di bulan Januari? kalau beruntung bisa lihat bunga sakura sedang mekar. Kalau datangnya di minggu ke – 2 Januari bisa melihat perayaan hari anak di Thailand, di mana hari itu banyak tempat memberi gratisan untuk anak-anak. Bisa jalan-jalan ke kuil-kuil sekitar Chiang Mai sambil menikmati udara sejuk. Dan kalau datangnya minggu pertama Februari, bisa melihat festival bunga yang diadakan akhir pekan pertama di bulan Februari setiap tahunnya.

Kalau datang Maret gimana?gak ada apa-apa kecuali polusi udara hehehe, tapi pernah juga sih sepupu kami datang ke sini akhir Maret, dan beruntung ada hujan sebelum mereka tiba, jadi polusi udaranya minggir dan mereka bisa jalan-jalan melihat Chiang Mai. Tapi ya jangan ambil resikolah, kecuali udah beli tiket hahaha.

April seperti saya sebutkan sebelumnya ada festival air Songkran. Biasanya hari siram-siraman ini berlangsung beberapa hari, puncaknya biasanya sekitar tanggal 14 dan 15 April. Kalau mau main-main air ya jadwalkan datangnya sekitar hari Songkran.

Antara Mei sampai Oktober, biasanya sepi turis. Tidak disarankan juga ke Chiang Mai karena sering ada hujan dadakan. Gak seru kalau jalan-jalan terus kehujanan tiba-tiba, dan kemudian tiba-tiba panas terik lagi. Udaranya juga masih cukup panas walaupun hujan. Kami tiba pertama kali di Chiang mai sekitar bulan Mei, waktu itu masih banyak sekolah libur dan kami pikir kota ini sepi sekali, ternyata tak lama kemudian kotanya ramai lagi. Libur akhir tahun ajaran untuk sekolah di sini untuk sekolah Thai antara Maret sampai pertengahan Mei, sedangkan untuk sekolah Internasional liburan itu awal Juni sampai akhir Juli, jadi memang antara Mei sampai Agustus banyak yang liburan dan mengurangi isi kota Chiang Mai. September dan Oktober banyak hujan, jadi tetap gak seru deh liburan ke Chiang Mai di bulan-bulan itu.

Di bulan November ada festival Loy Kratong dan Yi Peng. Nah ini juga menarik untuk di lihat. Tiap tahun tanggalnya bisa berubah, tergantung kapan bulan purnamanya. Kalau berenacana ke Chiang mai untuk melihat festival ini, bisa cek dulu kapan festival ini akan diadakan tepatnya. Kadang-kadang bulan November udaranya udah cukup dingin, kadang-kadang masih agak panas, tapi karena festival Loy Kratong dan Yi Peng ini biasanya dirayakan malam hari, lebih baik bawa baju hangat yang tidak terlalu tebal untuk persiapan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Penduduk Thailand mayoritasnya beragama Budha. Makanan Halal agak sulit ditemukan, tapi ada beberapa restoran Halal di Chiang Mai, jadi gak usah kuatir juga. Ada banyak pilihan makanan vegetarian juga dan seafood dan semua bisa dibeli dengan harga yang terjangkau. Makanan di Chiang Mai ini cukup standar harganya baik di food court mall maupun di luar mall.

Di Chiang Mai belum banyak angkutan umum, untungnya sekarang sudah ada taksi Grab. Untuk rute tertentu sudah ada bis trayek tapi karena saya belum pernah naik jadi belum bisa cerita banyak. Kalau rencana mengunjungi Chiang Mai sekitar seminggu, bisa mempertimbangkan menyewa motor atau mobil. Surat Ijin Mengemudi kita dari Indonesia bisa dipakai kok di Thailand sini, tapi jangan lupa untuk selalu pakai helm kalau naik motor dan taati rambu yang ada biar gak berurusan sama polisi.

Mata uang rupiah biasanya tidak laku untuk ditukarkan di money changer di Thailand. Sebaiknya bawa dollar, atau tarik tunai dari mesin ATM sini juga bisa. Dari hasil mencoba beberapa bank, nilai tukar yang paling baik kalau menarik dana dari ATM Bangkok Bank. Setiap penarikan dari atm akan dikenakan biaya sekitar 220 baht, dan jumlah lembaran maksimal yang bisa ditarik itu tergantung limit harian dan isi rekening kamu hehehe.

Udah segitu dulu, besok-besok kalau ada yang ketinggalan akan ditambahkan lagi.