Masih ada yang belum tau ipusnas? Ipusnas itu aplikasi dari perpustakaan nasional di mana kita bisa meminjam buku digital. Saya pernah menuliskan reviewnya di sini. Sejak mengenal aplikasi ini, sudah banyak buku berbahasa Indonesia yang saya pinjam dan berhasil selesaikan termasuk buku untuk anak-anak.
Di masa di rumah saja, aplikasi seperti ipusnas (selain Kindle dan Gramedia Digital), sangat bermanfaat sekali untuk mengalihkan perhatian dari berita-berita soal pandemi. Ada banyak buku dari berbagai kategori bisa kita baca.
Kemarin, setelah sesi Rabu buku KLIP via Zoom, saya iseng mencoba mencari Buku Grace Melia di ipusnas, tapi malah nemu bukunya yang lain yang dia tulis berdua dengan temannya Annisa Steviani. Awalnya dari melihat judulnya saya pengen tahu apa sih susahnya jadi ibu, sama gak ya dengan apa yang saya pikirkan.
Mungkin kalau saya bacanya sebelum mengalami jadi ibu dari 2 anak, saya akan berpikir: “ah masa sih gitu aja susah?”. Tapi karena saya sudah mengalami tahapan-tahapan yang diceritakan dalam buku ini, saya hanya senyum-senyum setuju waktu membacanya dan berharap buku ini dibaca oleh para calon ibu atau ibu muda untuk persiapan apa yang akan dihadapi di depan mata.
Buku yang diterbitkan Grasindo di tahun 2018 ini ada 220 halaman, tapi setiap halamannya tulisannya besar-besar dan penuh warna dan gambar ilustrasi yang menarik. Saya bisa menyelesaikannya dengan cepat karena tulisannya juga mengalir dan kurang lebih saya mengalami apa yang mereka alami.
Pengalaman 2 ibu dengan latar yang berbeda, jumlah anak yang berbeda, pilihan di rumah atau bekerja dibagikan dengan menarik dan menjadi bacaan ringan tapi penuh informasi. Ada beberapa pendapat ahli juga di dalam buku ini, jadi bukan semata-mata pengalaman dan opini dari penulisnya saja. Yang membuat buku ini semakin menarik juga karena dilengkapi dengan resep makanan pengganti ASI maupun kegiatan untuk anak balita.
Kalau dilihat dari daftar isinya, buku ini bukan menetapkan standar menjadi ibu sempurna yang bisa mengerjakan semuanya tanpa bantuan orang lain. Buku ini menurut saya menceritakan realita kalau ibu-ibu itu butuh bantuan juga dari orang lain. Bagaimana ibu-ibu juga kadang harus berkompromi dengan situasi dan tidak mempersoalkan hal-hal yang tidak perlu dipersoalkan. Menutup kuping dengan kata orang yang kadang tidak tahu situasi sebenarnya.
Mau melahirkan normal atau caesar, mau kasih anak asi atau sufor, mau kasih makanan mpasi rumahan atau mpasi sachetan, mau ga pake nanny atau mau kirim ke daycare, mau kasih screen time atau tidak, semua kembali ke pilihan masing-masing dan bukan untuk jadi perdebatan. Peran dan kerjasama dari suami juga tidak dilupakan dalam buku ini.
Jadi kesimpulannya jadi Ibu itu sebenarnya tidak susah-susah amat, asal kita tahu untuk memilih apa yang menurut kita baik untuk anak kita dan sepakat menjalankannya dengan suami. Buku ini memberikan gambaran apa saja yang mungkin kita hadapi dan bagaimana menyikapinya, serta tips praktis supaya tidak malah jadi stress dengan apa yang akan dihadapi sehari-harinya sebagai Ibu.
Saya tidak kenal dengan penulis buku ini, saya bahkan belum pernah mengunjungi blog ataupun media sosial mereka yang lainnya. Tapi saya cukup kagum ketika membaca bagian kalau ternyata mereka bisa menuliskan buku ini padahal mereka berada di kota yang berbeda dan mendiskusikan banyak hal lewat WhatsApp/e-mail dan bantuan teknologi saja.
Memang jaman sudah berubah, dari blogger bisa jadi penulis buku. Kolaborasi bisa dilakukan tanpa terhalang jarak dengan bantuan teknologi. Semua bisa asal ada niat dan kesepakatan sih.
Ah jadi ingat lagi kalau sekarang ini sedang ada pandemi. Teknologi internet dan telekomunikasi semakin banyak berjasa untuk membuat kita lupa sejenak kalau kita hanya di rumah saja. Bersyukur ada teknologi, jadi bisa baca buku digital, bisa mendiskusikan isi buku dengan teman-teman.
Kalau kamu lagi baca buku apa?