Hari ini, saya akan menulis review film Korea lagi. Ini merupakan topik pertama dari tantangan 30 Topik Kokoriyaan bareng teman-teman di group Drama Korea dan Literasi. Film “Time to Hunt” ini baru release April 2020 di Netflix, jadi masih relatif baru.
Berbeda dengan dua film yang pernah kami review bareng sebelumnya yang bertema komedi, film ini genrenya mirip-mirip film Amerika. Netflix memberi rating 18+ untuk film bergenre crime, gangster, heist and gritty movie karena ada banyak adegan kekerasan dan bahasa yang tidak sesuai dengan anak-anak.
Film ini pertama kali ditayangkan tanggal 22 Februari 2020, di acara 70th Berlin International Festival. Film ini juga merupakan film Korea pertama yang masuk seleksi Berlinale Special section. Akhir April 2020, film ini release di seluruh dunia melalui Netflix.
Ceritanya
Cerita di mulai ketika 3 sekawan bertemu dengan temannya yang baru keluar setelah 3 tahun di penjara. Teman yang baru keluar dari penjara ini ternyata seperti pemimpin mereka dalam melakukan kejahatan seperti pencurian. Dia mengorbankan dirinya tertangkap ketika mereka ber-4 mencuri bersama.
Si pemimpin yang baru keluar dari penjara ini bercerita tentang mimpinya untuk pensiun dari dunia kejahatan. Dia ingin memiliki resort di Kenting Beach, Taiwan yang memiliki pantai berwarna hijau seperti di Hawaii. Tapi untuk itu tentunya dia butuh modal, katanya dengan modal 200 ribu USD, dia bisa mendapatkan 8 ribu USD perbulan (atau perhari ya), intinya sih gak perlu kerja repot-repot lagi tinggal menikmati hasil deh.
Kondisi Korea saat itu digambarkan sedang dalam masa resesi, hasil pencurian mereka sebelumnya sudah tidak ada nilainya. Selama menunggu pemimpinnya keluar, 3 sekawan hidup biasa-biasa dan taat hukum, tapi ya akhirnya tidak ada kemajuan dan malah makin susah dan berhutang juga.
Si pemimpin yang jadi pemimpi ini membagikan mimpinya ke 3 temannya. Katanya,”Ayo mencuri besar-besaran yang terakhir, setelah ini kita tidak perlu mencuri lagi dan tinggal bersantai di pantai saja.”
Teman-temannya awalnya masih ragu, tapi tentunya siapa yang betah hidup susah. Mereka pun merencanakan untuk merampok yang agak besar supaya dapat uangnya besar juga. Karena targetnya mencuri untuk mendapatkan mata uang dollar, maka sasarannya yang punya banyak uang tapi bukan bank. Pilihan jatuh ke sebuah kasino ilegal.
Kebetulan salah satu dari 3 sekawan yang selama ini menunggu si pemimpin bekerja di kasino ilegal. Jadi mereka bisa mendapatkan informasi dari orang dalam untuk menyusun rencananya. Harapannya, kalau mencuri dari yang ilegal, maka mereka tidak akan berurusan dengan polisi. Di sini berasa mereka memang penjahat kelas teri alias amatir, mereka lupa ada yang lebih menakutkan dari polisi yaitu: penjahat kelas kakap, alias gangster yang biasanya kasih uang jajan ke polisi (setidaknya begitu kalau di film-film).
Mereka merencanakan semua dengan teliti, persiapan senjata api juga dan memakai rompi anti peluru. Sampai bagian ini saya merasa bosan. Padahal saya berharap paling lama 10 menit sudah ada aksi yang bisa dilihat. Atau ketegangan yang bisa dirasakan. Ternyata flow film ini tidak begitu.
Setidaknya sampai akhirnya mereka mengeksekusi rencana mereka, pemirsa harap bersabar saja. Keseruan yang diharapkan itu ada mulai dari ketika mereka merampok kasino. Aktingnya cukup menunjukkan mereka bukan perampok profesional. Salah satu dari 4 sekawan masih sibuk dengan inhalernya karena agak gugup ketika menodongkan senjatanya.
Bagian berikutnya akan ada sedikit spoiler, karena kalau tidak disebutkan saya tidak bisa melanjutkan bagian serunya. Mereka berhasil merampok dari kasino tersebut. Rencana awal, teman yang bekerja di kasino akan tetap bekerja seperti biasa, sedangkan si pemimpin bersama 2 yang lain akan pergi ke Taiwan menuju pulau impian. Tapi sebelumnya, mereka mampir dulu ke rumah salah satu yang masih mempunyai keluarga. Pamitan sambil menunggu kapal yang akan membawa mereka ke Taiwan datang.
Teman yang bekerja di kasino ternyata ketahuan. Mereka berhasil dilacak dan dikejar oleh seorang pembunuh profesional yang dibayar oleh gangster dari kasino. Masalahnya sepele, mereka dikejar karena mereka mengambil harddisk rekaman kamera keamanan dari kasino. Dalam rekaman itu ada informasi yang lebih berharga daripada duit yang mereka ambil. Padahal mereka pikir, mereka perlu ambil rekaman kamera supaya tidak ketahuan, dasar amatir!
Selanjutnya, dimulailah cerita yang serunya. Time to hunt ini kira-kira kalimat dari si pembunuh bayaran yang senang sekali kalau korbannya lari ketakutan. Jadi dia mengejar 4 sekawan satu demi satu, dimulai dari yang bekerja di kasino.
Kalau berhasil bertahan menonton sampai bagian ini, saya akan bilang selamat menikmati keseruan pengejaran dan usaha menyelamatkan diri dari 3 sekawan. Musik latar belakang dari film ini juga bisa menambah perasaan terbawa dengan situasi yang dihadapi 3 sekawan. Lokasi pengejaran yang kosong dan suram juga menambah kesan horor dari film ini (eh padahal filmnya bukan film horor).
Judul “Time to Hunt” ini menggambarkan pembunuh bayaran yang memburu mereka satu demi satu sambil memperlakukan mereka seperti mainan saja yang memberi kesempatan buat mereka lari sebelum dia kejar. Nah, apakah mereka berhasil kabur dari pembunuh bayaran dan menikmati bersantai di pantai? Dan siapakah pembunuh bayaran yang misterius itu? Bagian ini silakan menonton sendiri saja ya. Seru kok kalau bagian kejar-kejarannya.
Penutup
Terus terang, saya jarang menonton film Korea dengan genre kriminal dan pencurian seperti ini. Sudah banyak mengikuti serial atau film Amerika dengan genre seperti ini, makanya untuk film Korea saya lebih mencari hiburan yang lebih bertema ringan. Walaupun sudah tahu sebelumnya kalau film ini berbeda dengan film-film Korea yang saya tonton, tetap saja ketika menonton ada perasaan yang kurang. Kurang greget karena depannya terlalu lambat!
Pelajarannya dari film ini sudah jelas, namanya kejahatan tidak akan pernah membawa kebaikan. Bermimpi boleh saja, tapi ya jangan pikir,” Ah sekali lagi ini saja, setelah itu akan hidup bahagia selamanya”. Tapi bisa dimaklumi juga, jaman lagi susah, orang tidak berpikir panjang dan cenderung nekat. Katanya sih nothing to loose, padahal ya seringnya sesal kemudian tidak berguna.
Oh ya, hampir lupa film ini diperankan oleh Lee Je-hoon sebagai pemimpin dari 4 sekawan, Ahn Jae-hong sebagai salah satu dari 4 sekawan, Choi Woo-shik sebagai anggota yang masih punya keluarga, Park jung-min sebagai yang bekerja di kasino. Pembunuh bayaran diperankan oleh Park Hae-soo. Akting mereka cukup meyakinkan dalam film ini.
Menurut saya, film ini bisa lebih menarik andai saja alur ceritanya tidak hanya maju. Coba kalau pemirsa diberikan aksi yang seru dalam 10 menit pertama sebelum mereka bercerita mundur dalam perencanaan, mungkin akan terasa lebih seru dan menegangkan. Ah, serasa kritikus film saja kasih saran plot segala, hehehe.
Kalau masih belum yakin mau nonton atau tidak, bisa baca juga sudut pandang lain dari teman saya Lendy, Rijo dan Nastiti tentang film ini.
Memang terasa masih ada bagian cerita dan adegan yang missing.
Tapi overall, aku menikmaati banget adegan kejar-kejaran yang memacu adrenalin penonton.
Aku beneran sampe lupa brnapas, saking tegangnya.
Hai Rhin, memang benar bahwa film ini lambat pada awalnya, tetapi begitu rencana “Jun-seok” dimulai, hampir tidak pernah melambat.