HITB PRO CTF 2019

Ini cerita khusus mengenai HITB CTF di Abu Dhabi, sedangkan cerita jalan-jalan saya tuliskan di posting lain. Dari websitenya acaranya, rencananya ada 20 tim tingkat dunia yang diundang, pemenang dari berbagai CTF lain di dunia tapi akhirnya hanya 19 team yang berkompetisi. Di akhir kami akhirnya peringkat 9 dari 19.

Tim PDKT yang lolos di HITB tercantum di CTF Time. Saya tidak akan bercerita detail tentang tim ini, silakan kunjungi website/sosmed/github masing-masing anggota teamnya: farisv, visat, wearemarching, zeroload. Sengaja saya link tidak ke linkedin langsung, supaya kalau di masa depan informasi profilenya ingin dianonimkan akan lebih mudah. Ada yang baru tingkat 3, dan sisanya belum lama lulus (tidak seperti saya yang sudah lebih 20 tahun lulus S1).

Lanjutkan membaca “HITB PRO CTF 2019”

CTF dan jalan-jalan di Abu Dhabi dan Dubai

Tim PDKT yang terdiri dari 3 orang berhasil menang di CTF HITB (Capture the Flag Hack In The Box) di Singapore (peringkat pertama), dan mereka mendapatkan undangan untuk berpartisipasi di HITB Pro di Abu Dhabi. Karena satu team di Abu Dhabi boleh 5 orang, maka mereka mengundang saya dan satu orang lagi. Tiket dan hotel kami ke Abu Dhabi dibayari oleh panitia.

Pada final ini kami hanya meraih peringkat 9 dari 19 team. Menurut saya tidak terlalu jelek mengingat lawan kami adalah tim tingkat dunia, dan anggota tim PDKT masih harus sambil mengurusi event Final CTF Cyber Jawara selagi berlomba. Posting ini hanya cerita singkat mengenai perjalanannya, dan di posting lain akan saya ceritakan lebih detail mengenai teknis CTF-nya.

Lanjutkan membaca “CTF dan jalan-jalan di Abu Dhabi dan Dubai”

Insiden Google Play: CC Niaga dicharge 100x lipat

Cerita ini tentang kejadian yang saya alami dua hari lalu: membeli koin game seharga 5 ribu rupiah di Google Play tapi tercharge 500 ribu rupiah di CC Niaga (5 transaksi, jadi 2.5 juta rupiah). Masalahnya bisa diselesaikan setelah menelpon dan juga membatalkan transaksi dari Google Play. Nah sekarang cerita lengkapnya.

Saya cukup jarang membeli koin game dari Google Play. Pernah membeli agak banyak karena pernah dapet voucher Google Play, tapi dalam kasus tersebut tidak ada masalah, karena tidak terhubung ke kartu kredit. Koin yang saya beli adalah untuk game Pokemon Go dari perusahaan Niantic.

Niantic memiliki sistem pricing yang aneh: akan lebih murah membeli 100 koin berkali-kali dibandingkan langsung mengeluarkan uang banyak. Perhatikan gambar ini:

  • 100 Pokecoin 5 ribu rupiah
  • 550 Pokecoin 75 ribu rupiah

Sedangkan jika saya membeli 100 pokecoin x 6 = 600 pokecoin, dengan hanya 5 rb x 6 = 30 ribu rupiah. Ini saya jelaskan supaya bisa dimengerti alasan kenapa saya perlu membeli berkali-kali. Saya memilih menggunakan account indonesia, karena dengan account Thailand, harga koin menjadi hampir 2x lipat (harga 100 pokeoin 5000 rupiah menjadi 20 baht atau 9200 rupiah).

Lanjutkan membaca “Insiden Google Play: CC Niaga dicharge 100x lipat”

Cerita hacking dari masa lalu

Sebagian teman angkatan di Informatika ITB tahu kalau saya dan Deny dulu hampir di-DO karena “ngehack” kampus, tapi cerita detailnya belum pernah saya tuliskan. Nah kali ini dengan persetujuan dan encouragement dari Deny, Tintin, dan Okta saya akan tuliskan ceritanya. Karena ini cerita lama (lebih dari 20 tahun yang lalu), saya akan banyak memberikan latar belakang cerita.

Cerita ini sudah sangat lama, sebagian detail sangat saya ingat, tapi sebagian lagi benar-benar lupa. Ketika bertanya ke Tintin dan Deny mereka juga banyak lupa detailnya, jadi saya ceritakan saja di sini sekarang sebelum tambah lupa lagi.

Kenalan dengan Hacker

Saya awali dulu dengan cerita ketemu Deny. Sekedar background: kok bisa ketemu dengan orang lain yang suka ngehack?

Saya ketemu Deny kali pertama waktu kuliah di Informatika ITB, tahun 1998. Di ITB tingkat 1 adalah Tahap Persiapan Bersama, di tahun pertama semua jurusan pelajarannya sama yaitu ilmu-ilmu dasar dengan tujuan agar ilmunya seragam di tingkat berikutnya. Pelajaran yang diberikan misalnya: Fisika, Kimia, Matematika (Kalkulus), Bahasa Inggris, dan bahkan ada juga pelajaran Olah Raga.

ITB
Lanjutkan membaca “Cerita hacking dari masa lalu”

Nostalgia di Sekolah Dasar

Hari ini saya sedang melatih diri untuk mencoba mengingat seberapa ingatan saya sekarang tentang masa kecil saya. Kalau mengingat secara spesifik, rasanya kok sulit, tapi ada beberapa hal yang saya ingat secara random.

Saya gak pernah diberi uang jajan dari kecil. Waktu SD kelas 1, lokasi sekolah itu dekat dari rumah jadi saya bisa jalan kaki. Orang tua saya gak pernah memberi saya uang jajan. Saya juga ga punya kebiasaan jajan. Ada sih warung-warung di depan sekolah, ada juga yang jual mainan, tapi saya tidak pernah punya keinginan untuk membeli apa-apa.

Nah tapi seperti pernah saya tulis sebelumnya, waktu SD kelas 1, tanpa saya mengerti beberapa teman menyerahkan uang jajannya 100 rupiah sehari ke saya karena mereka menyontek PR dari saya. Saya sudah gak ingat lagi PR jaman SD itu kayak apa ya? rasanya saya gak pernah juga berlama-lama ngerjain PR. Biasanya bahkan pulang sekolah saya tinggal main-main saja. Uang yang diberi teman saya itu ya saya kumpulin aja. Kalau sudah banyak saya tukar dengan lembaran uang 1000-an ke mama saya. Uangnya saya kumpulkan di dompet di rumah.

Setelah kelas 3 SD, saya diberikan ongkos becak atau bemo untuk sekolah karena kami pindah rumah agak jauh dari sekolah. Saya ingat kelas 3 SD itu saya masuk sekolah jam 1 siang sampai jam 5 siang. Iya saya sekolahnya SD Negeri Inpres yang bangkunya gak cukup untuk semua kelas masuk bersamaan. Jadi kelas 1 itu masuk sekolah jam 10 – 12, kelas 2 masuk jam 7.45 – 12, kelas 3 – 5 masuk siang jam 1- 5, lalu kelas 6 SD masuk pagi lagi.

Kelas tertentu saya bisa sharing becak dengan kakak saya, sisanya ya saya kadang jalan kaki setengah jalan supaya bayar angkotnya lebih murah dan sisanya saya kantongi. Ada kalanya juga saya naik sepeda ke sekolah. Saya gak ingat umur berapa saya bisa mahir naik sepeda, tapi saya ingat sering naik sepeda itu kelas 4 atau 5 SD.

Saya ingat, kadang-kadang ada les tambahan dari gurunya untuk acara sekolah, misalnya menari atau les tambahan ketika kelas 6 SD. Les tambahan ini wajib. Jadi sekolah pagi sampai jam 1, semua disuruh pulang dulu lalu datang lagi jam 3- 5. Saya ingat kadang-kadang saya bermain sepeda cukup jauh juga dengan teman-teman saya sepulang dari les tambahan. Tapi kalau sekarang ditanya daerah mana dulu sepedaanya, saya gak ingat lagi hehehe.

Ada memor yang juga saya ingat banget, waktu itu datang dokter untuk vaksinasi gratis. Saya yang sebenarnya takut bilang ke guru kalau menurut orangtua saya, saya sudah dapat imunisasi lengkap, jadi saya gak perlu lagi disuntik. Ada beberapa teman yang juga gak ikut imunisasi lagi, dan kami mengetawai teman-teman yang nangis ketika disuntik (padahal sendirinya kabur hahahha).

Memori paling berkesan waktu kelas 6 SD itu ketika saya masuk TV untuk acara cerdas cermat, walaupun kami kalah dan cuma dapat juara 3. Nah tapi hadiahnya dipakai sama kepala sekolahnya dan gak dikasihin ke kami huhuhuhu. Saya ingat banget kalau saya ajak 2 teman saya yang ikutan tim cerdas cermat untuk menghadap kepala sekolah meminta hadiah yang diberikan, tapi ya waktu itu saya belum bisa menang argumen lawan kepala sekolah hehehehe.

Gimana dengan teman-teman masa SD, masih ada yang ingat? Yang saya ingat paling teman yang masuk ke SMP yang sama. Teman yang ikut cerdas cermat bahkan sampai SMA masih ketemu lagi walau cuma 1 orang yang sekelas sama saya. Sekarang masih kontak? masih sama 1 orang, yang 1 lagi nggak tau kabarnya. Ada beberapa nama teman-teman SD yang masih saya ingat, tapi waktu saya coba cari di FB saya tidak menemukannya.

Salah satu hal yang juga lucu kalau diingat, waktu SD itu pertemanan bisa dari deket banget lalu jadi musuhan (eskete), terus nanti baikan lagi dan jadi deket banget lagi. Penyebab musuhannya apa? saya ga ingat lagi. Namanya juga anak-anak ya, hal-hal kecil aja bisa bikin ribut.

Setelah menulis beberapa kenangan SD ini, ada banyak kenangan lain muncul di kepala, misalnya kenangan masak air sampai gosong di ruang guru, berantem sama temen 1 kelompok karena masalah pinjam tip-ex, jadi mata-mata di kelas yang suka disuruh guru mencatat siapa yang ribut ketika guru perlu keluar ruangan sebentar. Di suruh membantu ibu guru nulis di papan tulis (padahal tulisan saya gak bagus-bagus amat). Bikin guru berantem karena saya sebel dijadiin kurir bolak balik buat menyampaikan pesan mereka ke guru lain (ini sebenarnya dasar aja gurunya hubungannya udah ga bagus, terus ngapain juga saya harus mondar mandir menyampaikan pesan dengan awalan: kata bu A bla bla bla).

Ternyata memori itu bekerjanya butuh dipancing ya, kalau udah ingat 1 hal, bisa jadi kemana-mana hahahhaa. Sepertinya tulisan random ini harus diakhiri sebelum tambah random lagi :). Menyenangkan juga mengingat-ingat masa kecil, siapa tau nanti ada teman SDN 060855 nyasar ke blog ini dan ingat saya hehehe.

Serasa hidup seratus tahun

Saya dulu lahir dan menghabiskan masa kecil di tempat yang boleh dibilang agak primitif. Tempatnya tidak ada listrik (memakai lampu dian), tidak ada toilet (buang air di kali), memakai kayu untuk memasak (tidak memakai minyak tanah atau gas), dinding rumahnya dari anyaman bambu.

Dulu saya kadang berpikir: sayang sekali dulu saya nggak punya kesempatan belajar komputer dari kecil (seperti anak-anak di Amerika pada masa itu misalnya). Tapi setelah bertemu banyak orang, terutama orang tua, saya jadi bisa nyambung ketika bercerita dengan mereka (“dulu waktu saya masih kecil, belum pake listrik, bisa kamu bayangkan nggak?”). Saya jadi merasa pernah hidup di awal abad 20 (atau bahkan seperti akhir abad 19 di Eropa).

Komputer pertama saya bukan IBM PC tapi Apple II/e yang dibeli bapak saya karena dapat dengan harga sangat murah (bapak nggak ngerti berbagai jenis komputer). Sekarang waktu saya melihat berbagai video Youtube mengenai komputer lama, saya merasa bisa mengerti yang mereka bicarakan. Saya jadi sempat merasa hidup remaja di tahun 1980an.

Sekarang saya jadi lebih bisa menikmati cerita sejarah, tapi biasanya sampai sekitar 1900an atau kahir 1800an saja, karena sebelum itu tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang biasa (bukan dari keluarga ningrat atau kaya). Sebelum itu banyak penemuan dasar seperti toilet juga belum umum. Baru pertengahan abad 19 toilet dengan flush banyak dipakai. Kertas tisu toilet baru diterima di Eropa tahun 1930an setelah teknologinya cukup matang.

Saya tidak tahu berapa lama lagi akan hidup, tapi dengan pernah mengalami masa kecil di kampung, pernah memiliki komputer lama, dan dengan membaca banyak sejarah, saya merasa telah hidup lama sekali. Meski begitu tentunya saya berharap ingin punya umur panjang untuk melihat berbagai hal di masa depan.

15 Tahun ngeblog bareng

Hari ini tepat 15 tahun kami ngeblog bareng. Cerita mengenai awal ngeblog bareng ini sudah dituliskan waktu saya posting mengenai 10 tahun ngeblog bareng (kami ngeblog setelah beberapa bulan pacaran). Kenapa kami masih ngeblog di sini sementara orang lain memakai sosmed (berganti-ganti sosmed) dan kenapa ngeblognya campur-campur antara cerita teknis, cerita kehidupan dan hal random lainnya sudah pernah juga dituliskan di posting 14 tahun blogging bareng.

Sekitar setahun terakhir ini kami tambah rajin ngeblog. Risna mulai memaksakan diri lebih banyak ngeblog dengan mengikuti writing challenge dan saya berusaha menambahkan banyak konten baik teknis maupun non teknis.

Lanjutkan membaca “15 Tahun ngeblog bareng”