Jalan-Jalan ke Puncak

Hari ini ga bisa cerita banyak, soalnya ceritanya masih akan bersambung besok. Cuma mau nulis beberapa hal biar ga lupa saja. Jadi hari ini kami ngikut acara Joe dengan teman-temannya ke puncak, acaranya sejenis team building gitu. Nah, karena puncak itu lebih deket dari Depok daripada harus ngumpul jam 6 pagi di pusat kota Jakarta, kami putuskan buat berangkat sendiri.

Rencana awal sih mau berangkat pagi-pagilah, jam 7 atau jam 8 maksimum. Tapi namanya mode liburan, susah banget emang mau siap-siap lebih awal. Akhirnya tadi baru jam 9-an ready buat pesen grab car atau go car. Waktu tempuh ke Puncak itu walau deket dari Depok tapi ga semua driver mau nerima. Mesan Grab Car 2 kali, udah diterima eh dicancel sama mereka. Akhirnya mencoba memesan Go Car, dan akhirnya ada 1 yang mau nerima dan ternyata rumahnya masih sekitaran komplek rumah Eyang. Kayaknya tadinya dia udah mau pulang ke rumah setelah bermacet ria ke pusat kota dan ke Margo City. Tapi ya sepertinya emang rejeki kami (dan rejeki dia), akhirnya ada juga yang mau nganterin kami ke puncak.

Pemandangan begini menyejukkan hati banget ya

Karena kami belum pernah ke tempat tujuan di puncaknya, ya kami bermodal ngikutin Google Map. Ternyata oh ternyata, waktu udah deket ke tujuan, si Google ngasih rute jalan yang seolah lebih dekat tapi malah ga bisa lewat mobil. Waktu masuk ke dalamnya udah merasa aneh, kok jalannya kecil banget, gak mungkin bis bisa masuk ke jalanan ini (rombongan yang lain berangkat naik bis). Dan bener aja, jalannya mentok gak bisa terus lagi. Space buat muter mobil sangat kecil, dan untuk mundur jauh sangat mustahil, karena jalannya selain kecil, pinggirannya itu kali dan ga ada pagarnya juga. Untung mas drivernya jagoan, dan berhasil muter mobil walau maju mundur beberapa kali. Kalau saya yang nyetir, rasanya udah pasti bakal nangis doang di situ nunggu ada yang nolongin buat muterin hehhee.

Setelah berhasil keluar dari jalan itu, baru deh Google Map nunjukkin jalan lain yang lebih masuk akal. Yang saya heran, driver, saya dan Joe sama-sama nyalain Google Map dari titik awal, dan semua menunjukkan jalan yang salah itu. Waktu ngobrol dengan teman yang berangkat lebih dahulu, dia juga ternyata disasarin sama Google Map juga, tapi untungnya sebelum terlalu jauh dan melhat jalanan kecil dia nanya ke penginapan yang dia lewatin di sana. Jadi dia ga sampai harus puter balik seperti kami. 

Jam 11 an, kami sampai di tujuan dan pengalaman disasarin sama Google itu bisa dilupakan. Untungnya tempat tujuannya memang indah, jadi bisa menikmati liburan di Puncak. Udara di siang hari masih agak panas, tapi di malam hari suhunya turun sampai 20 derajat. Jadi teringat dengan musim dingin di Chiang Mai deh.

Besok cerita lebih banyak lagi, karena mata udah ketarik dan tadi nyari tertidur dan hampir menyerah untuk ga menulis hari ini. Tapi demi target sehari satu setoran, jadilah bangun lagi. Ngomong-ngomong ada yang pernah dibikin nyasar oleh Google Map juga?

Review Terbang dengan AirAsia

Berhubung hari ini kami sedang travel pulang ke Indonesia naik AirAsia, sekalian jadi pengen cerita tentang pengalaman naik AirAsia sejak jaman dahulu kala. Mungkin kategori yang tepat bukan review tapi ya cerita-cerita aja hahaha.

sekarang giliran papa jagain anak-anak hehehe

Kami menggunakan AirAsia sejak sebelum menikah, ya maklum aja harga tiket penerbangan lain jauh diatas rate AirAsia. Pilihannya ya pakai AirAsia atau naik kapal laut, tentu saja milih naik pesawat. Masih ingat pengalaman pertama ditinggal pesawat juga ditinggal sama AirAsia (eh semoga nggak ada pengalaman ditinggal berikutnya). Pernah juga perubahan jadwal dadakan yang di majukan beberapa jam dari jadwal awal atau berangkat besok harinya, sehingga kami selesai pesta pernikahan harus buru-buru antar sebagian keluarga Joe ke airport. Ya perubahan jadwalnya sebenar waktu itu tidak harus kami terima, tapi sebagian anggota keluarga kebetulan ga bisa kalau harus dibesokkan lagi menunggu berangkatnya.

Ironisnya, dihari perubahan jadwal itu keluarga Joe ditunggu sampe beberapa menit mereka tutup pintu pesawat. Giliran saya dan Joe beberapa hari kemudian datang terlambat 5 menit dari batasan check in diijinkan 45 menit sebelum take-off eh kami ga boleh dong masuk huhuhu. Padahal oh padahal sebelumnya mereka menerima sampai 5 menit sblom jadwal take-off. Huh tak adil. Eh kok jadi curhat.

Sejak pindah ke Thailand, pilihan untuk pulang juga semakin mahal dengan penerbangan lain, kapal laut juga nggak bisa dipilih hahaa. Air Asia jadi pilihan lagi terutama kalau mau pulang lebih dari 1 x setahun. Waktu awal-awal, kami ga punya banyak pilihan, pulang ke Indonesia harus transit via Kuala Lumpur. Karena waktu itu AirAsia belum ada yang namanya fly thru, kami harus sangat repot sekali. Turun pesawat di Malaysia, keluar dari imigrasi, menunggu bagasi, ambil bagasi, pindah terminal ke terminal keberangkatan berikutnya, masukin bagasi lagi lalu imigrasi untuk keberangkatan ke Indonesia, proses pulang itu bener-bener perjuangan hahaha. Tapi balik ke Chiang Mainya lebih perjuangan lagi, karena ada step tambahan ketika sampai di Kuala Lumpur kami harus menginap di Tunes hotel 1 malam (karena tidak ada jam penerbangan berikutnya di hari yang sama), bangun super pagi untuk berangkat lagi ke Chiang Mai. Bisa aja nginap di tengah kota KL, tapi mana ada jaminan besok paginya nyampe subuh ke bandara buat berangkat lagi. Atau bisa aja ngampar di airport, tapi bayar tunes hotel ga terlalu mahal dan tentunya lebih nyaman daripada ngampar di airport.

Pernah sekali, sebelum kami punya anak, karena begitu repotnya perjalanan akhirnya kami iseng sekalian mampir sana sini. Jadi sebelum kembali ke Thailand, kami mampir dulu ke KL untuk berkunjung ke teman yang tinggal di KL, lalu kami mampir ke Singapur menginap 1 malam di Singapur. Dari Singapur kami terbang ke Bangkok, dan di hari yang sama dari Bangkok terbang ke Chiang Mai. Dipikir-pikir iseng banget ya hahaha. Kebetulan waktu itu dihitung-hitung dengan detour sedikit biayanya ga jadi jauh lebih mahal, dan karena teman-teman kami baik hati, kami ga perlu bayar hotel hahaha.

Setelah punya anak pertama, pulang pertama kali kami memutuskan naik Singapore Air demi kenyamanan perjalanan. Tapi perjalanan berikutnya untungnya sudah ada pilihan untuk fly thru  dan bisa terbang di hari yang sama jadi kami kembali naik Air Asia hehehe.

Sekarang ini, perjalanan dengan AirAsia jauh lebih nyaman. Selain bisa langsung terbang di hari yang sama tanpa repot keluar masuk bagasi, sekarang ini kami bisa memilih berapa banyak bagasi yang harus kami beli karena toh kami ga pernah bawa barang terlalu banyak, kami bisa memesan makanan terlebih dahulu secara online dan bisa memilih kursi dan cek in online. Sistem Air Asia sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu, kadang-kadang masih ada masalah ketika check in, atau membeli makanan. Kemarin kami harus mengkombinasikan penggunaan aplikasi AirAsia mobile dan web ketika membayar untuk bagasi, kursi dan makanan.

Beberapa waktu lalu, untuk bisa terbang langsung ke Indonesia dengan fly thru, kami hanya bisa memilih transit di Bangkok (DMK), padahal saya sering melihat kalau rute pilihannya CNX-KUL, lalu KUL-CGK atau KUL-KNO, seringnya harganya lebih murah daripada via DMK. Tapi belakangan ini saya perhatikan aplikasi airasia sudah bisa juga fly-thru via KUL. Sekarang ini, jadi ada pilihan transit mau di Bangkok atau KL.

Hari ini, setelah sekian lama ga transit di KL dengan AirAsia, kami mampir di KL lagi. Terakhir mampir sini sudah beberapa tahun lalu sebelum ada Joshua. Eh pernah sekali mampir sini naik Malindo Air, sayangnya rutenya udah ga ada lagi. Waktu naik Malindo kami transitnya super sebentar, dan gate nya sebelahan jadi ga melihat banyak hal di KLIA. Sekarang ini kami transit beberapa jam, makanya sempat nulis ini sambil nunggu pesawat berikutnya. Hal yang paling menyenangkan, masih di pesawat udah bisa konek free wi-fi Airport yang bisa digunakan selama 24 jam. Jadi sambil nunggu gini bisa tetep online, main pokemon juga bisa haha.

Oh ya, kadang-kadang kami memilih penerbangan lain karena waktu di cek harganya penerbangan lain lebih murah daripada AirAsia, tapi hal ini jarang sekali terjadi. Sejauh ini pengalaman terbang dengan Air Asia baik-baik saja, semoga ke depannya semakin baik lagi.

Jalan-jalan di Yogyakarta

Tanggal 29 Juni kami baru mulai menikmati Yogyakarta. Kami menginap di Sahid Rich Hotel (yang lagi promo). Secara umum hotelnya bagus. Kualitas koneksi WIFI-nya jelek. Makanan sarapan cukup lengkap (bahkan ada gudeg dan Jamu juga). Karena tidak membawa mainan untuk Joshua, saya menggunakan perlengkapan dari hotel untuk mainan.

20160629_064012

Tujuan utama hari itu adalah ke Borobudur. Sampai di sana kami dikerumuni penjaja barang dan payung. Mereka menawarkan 100 ribu per 3 kaos dan 10 ribu untuk payungnya. Kami melewati mereka dan ternyata di dalam harga kaos adalah 100 ribu per 5 kaos dan sewa payung hanya 5 ribu rupiah saja. Di dalam bahkan ada jasa menggendongkan anak supaya tidak capek naik ke atas, tapi kami tidak memakai jasa ini karena tahu bahwa Joshua tidak mau digendong siapapun selain orang tuanya.

IMG_8010

Untuk mencapai Borobudur, kami naik trem dengan biaya 7500 rupiah per orang, sudah mendapatkan minuman Aqua botol kecil.

20160629_110114

Sampai di Borobudur, kami langsung naik di cuaca yang terik (saya menggendong Joshua). Setelah sampai di atas kami turun lagi.

IMG_8063

Supaya tidak capek, kami menyewa delman keluar ke arah parkir. Harganya 75 ribu per delman (ada tiketnya) plus memberi tip ke kusirnya. Perjalanannya cukup panjang menuju ke tempat parkir, jadi 75 ribu itu cukup worth the money.

IMG_8109

Sorenya kami diajak makan di Serba Sambal (SS) oleh teman kami, Hesti, yang sempat lama di Chiang Mai. Sayangnya ketika diajak keliling Yogyakarta dalam mobil, Jonathan sudah mengantuk jadi tertidur. Tapi kami jadi punya target kunjungan hari berikutnya: alun-alun.

IMG_0504

Hari berikutnya kami berenang, lalu diteruskan makan siang Gudeg.

20160630_122245

Lalu kami pergi ke Taman Pintar. Ada banyak wahana gratis dan berbayar di sini.

Yang paling dinikmati Jonathan adalah Planetarium dan naik sepeda untuk belajar lalu lintas.

20160630_135326

Selesai dari sana kami menuju alun-alun. Lucu juga di peta ada Alun-alun Utara dan Alun-alun kidul (bukan lor-kidul atau utara-selatan). Kami menikmati makanan di sana yang harganya relatif murah.

IMG_0520

Tidak lupa kami menjalani tujuan utama: sepeda kayuh berbentuk mobil dengan LED yang menyala-nyala. Tarifnya 40 ribu kalo satu putaran atau 60 ribu kalau dua putaran. Karena capek mengayuh, kami mengambil satu putaran saja. Untung saja mobil yang paling depan adalah doraemon (yang merupakan tokoh favorit Jonathan)

20160630_173907

Tadinya kami akan meneruskan perjalanan ke Bandung, tapi karena mendapatkan kabar bahwa kakak almarhum papanya Risna meninggal, kami kembali langsung ke depok.

20160701_153833

Dalam perjalanan kembali, kami melihat bahwa Brexit (brebes exit) arah ke Jawa Tengah/Timur sudah mulai macet. Kami sendiri juga mengalami sedikit macet, tapi berhasil diatasi dengan bantuan Google Map lewat jalan kampung. Kami berangkat sekitar 11 Siang dan sampai sekitar jam 1 malam.