Kuala Lumpur (lagi)

PutrajayaCeritanya panjang…, perjalanannya juga panjang. Cuma mo posting pendek aja. Saat ini lagi di KL (lagi). Kali ini ga cuma transit di airport doang, tapi singgah sini dan situ. Besok udah mo berangkat lagi ke SG. Emang rencananya short visit doang, buat merencanakan perjalanan berikutnya :). Sepertinya kota ini menyenangkan, nggak semacet bangkok, dan banyak tempat hiburannya.

Capek mode on nih. Lumayanlah 2 hari tapi udah bisa liat KLCC dengan menara petronasnya dan Petrosainsnya, udah bisa lihat Putra Jaya, capek main di Theme Park Sunway Lagoon, udah merasakan makanan nasi lemak khas malaysia, udah cape deeh.. Cerita versi panjangnya ntar aja ah setelah balik ke Chiang Mai. Thanks to Iya yang udah cape nemenin dan ngusulin tempat yang bisa dilihat dalam waktu singkat :).

Sampe Kuala Lumpur, Menuju Medan

Sekarang lagi di ruang tunggu untuk boarding ke Medan. Sebelum melupakan pengalaman hari ini, sebaiknya segera dituliskan mumpung dapet akses Internet gratis via hotspot Wifi. Berbeda dengan penerbangan pulang sebelumnya yang naik Singapore Airlines, kali ini kami memilih naik Air Asia, dengan rute yang cukup ribet: Chiang Mai – Kuala Lumpur – Medan – Kuala Lumpur – Singapore – Bangkok – Chiang Mai. Alasan kali ini adalah pengen jalan-jalan di Malaysia waktu pulang nanti, dan pengen juga mampir Singapore untuk melihat Ming, Fanny dan Kay (anak Ming dan Fanny yg baru lahir).

Tadi pagi diawali dengan antrian yang cukup panjang, karena ada dua travel yg berebut men-check in-kan para pesertanya. Tapi di pesawat cukup nyaman, kami memakai Express Boarding, dan sudah memesan makanan via Internet (sayangnya minuman nggak bisa dipesan lewat Internet). Setelah itu sampe di Kuala Lumpur lebih cepat 25 menit dari jadwal (hebat, biasanya telat :p). Pasporku yang kurang dari 6 bulan sempat dipermasalahkan, tapi boleh juga lewat karena cuma transit. Kami menunggu pesawat berikutnya dengan nongkrong di McDonalds setelah menukar uang baht kami menjadi Ringgit (ada money changer di sini). Sebenarnya ada ATM juga, tapi tadi memutuskan untuk menukar saja uang Baht yang ada.

Semoga malam ini bisa dapet teh botol, kalo nggak ya besok 🙂

Indonesia Memang Lebih Indah

Setelah 2 hari berada di Bandung, akhirnya sudah nyampe Depok lagi.

Di Bandung tidak sempat bertemu 1 orang temanpun sama sekali :(, ternyata emang lebih mudah ketemu teman-teman di internet daripada ketemu antara Kopo-Antapani-Buahbatu-Cimahi. Ya… tapi setidaknya misi di Bandung kesampaian untuk ngubek-ngubek BEC,berhasil menemukan 2 gadget menarik dan bersantai di Jhony Andrean.Nonton film belum kesampaian, tapi masih bisa di Depok lah ntar, gampang.

Misi berikutnya di Bandung yang kesampaian adalah mengeksplor daerah wisata di sekitar Jawa Barat. Sekian lama tinggal di Bandung ga sempat jalan-jalan ke sekitar Bandung, setelah tinggal jauh dari Bandung disempet-sempetin ke tempat wisata yang menurut gue sih Indonesia emang jauh lebih indah dibanding negara lain di Asia, sayangnya, tempat wisatanya ga terlalu dikelola seperti di Chiang Mai. Tapi tetap saja, turis domestik banyak banget. Sayangnya acara jalan-jalan di ganggu gerimis hujan, huh. Oh ya, ternyata sate kelinci rasanya ga jauh beda dari sate ayam, tapi lebih enak dari sate kambing (kebetulan sate kambingnya keras euy).

Kunjungan singkat ke Bandung tapi cukup menyenangkan. Ga tau kapan lagi ke Bandung, tapi selalu ada alasan untuk mudik ke Bandung.

The Invasion

The Invasion PosterSalah satu kegiatan wisata yang dilakukan ketika di Bangkok adalah wisata nonton film :). Setelah mencoba teater KrungSri IMAX 3D di Siam Paragon, kami tertarik untuk mencoba bioskop Grand EGV di Siam Discovery Centre. Sebenarnya Grand EGV ini satu group dengan majorcineplex yang di Chiang Mai, tapi bedanya tentu saja Grand EGV sesuai dengan namanya lebih besaaaar dan lebih oke! Eits ini mau cerita bioskopnya atau filmnya? tentu saja film The Invasion.

Film ini di bintangi oleh Nicole Kidman yang berperan sebagai seorang psikiatris yang sudah bercerai dan memiliki satu anak. Cerita film ini diawali dengan jatuhnya sebuah pesawat dari angkasa luar yang ternyata membawa spora yang bisa menguasai manusia secara keseluruhan dan membuat manusia tidak seperti dirinya sendiri. Awalnya dimulai ketika orang-orang menyadari orang terdekatnya (anak, suami, istri, pasangan) mulai menjadi sangat tenang dan tidak menunjukkan emosi apapun. Spora ini sangat cepat menyebar dan tentu saja tujuannya menguasai manusia. Seperti halnya setiap penyakit yang diharapkan diketahui penyebab dan pencegahannya, seperti yang tertulis di posternya, ada 3 hal yang harus dilakukan jika ingin survive yaitu : do not trust anyone, do not show emotion and do not fall asleep. Dan 3 hal itulah yang harus dilakukan Nicole Kidman dalam memperjuangkan hidupnya. Pertanyaanya adalah : dapatkah dia bertahan tidak tidur? Karena jika dia tidur maka dia akan berubah juga menjadi seperti yang lainnya.

Lanjutkan membaca “The Invasion”

Warorot Market (Ta’ lat Warorot)

milih milih

Cerita ini masih lanjutan dari cerita Mae Sa Waterfall dan masih dalam rangka mengantar teman-teman dari Indonesia yang berkunjung ke Chiang Mai. Sebenarnya pasar ini seperti pasar biasa. Tapi tentunya lebih murah membeli oleh-oleh di pasar daripada di tempat wisata. Berhubung waktu mereka di Chiang Mai tinggal sedikit lagi dan belum tentu bisa jalan-jalan lagi, ya sudah kami ajak saja belanja di pasar Warorot. Lanjutkan membaca “Warorot Market (Ta’ lat Warorot)”

Mae Sa Waterfall (Naam Tok Mae Sa)

Sekitar 2 Minggu lalu, kami bertemu dengan 4 orang Indonesia yang datang ke Chiang Mai di gereja yaitu Pendeta Karia, Tuju, Lia dan Pendeta Essy. Mereka mengikuti Cultural Training yang diadakan oleh CTC di daerah Mae Rim. Kami tidak pernah ke daerah sana sebelumnya, tapi tentunya ini kesempatan untuk mempunyai alasan bepergian agak jauh dari rumah. Karena kami tidak mendapatkan alamat tempat trainingnya selain alamat PO BOX (dan tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan bagaimana cara menjemput teman-teman Indonesia itu), maka pada 1 minggu lalu (seminggu setelah kami bertemu), kami mengikuti mereka pulang ke daerah MaeRim (sekitar 17 km dari rumah kami).

maesa waterfallSingkat cerita, hari Sabtu kemarin kami berjanji untuk bertemu dengan mereka. Tadinya kami berencana mengajak mereka melihat Elephant Show di daerah Mae Sa, tetapi ternyata CTC sudah berencana mengajak mereka ke sana hari sabtu pagi. Karena kami terlambat bangun (well, jangan harap bangun pagi di hari sabtu hehe), kami akhirnya menyusul ke Mae Sa Elephant Camp (Sekitar 30 km dari rumah). Ceritanya, untuk memperlancar menyetir (dengan perkiraan trafficnya tidak terlalu padat), gue yang menyetir ke sana. Well..walau masih deg degan di beberapa tikungan (terutama karena jalannya yang menanjak dengan belokan yang cukup tajam), akhirnya kami sampe juga dengan selamat ke sana. Kesan tentang elephant camp? bau perkampungan di Indonesia yang banyak sapi. Ya..bau kotoran gajah hehehe… :p Lanjutkan membaca “Mae Sa Waterfall (Naam Tok Mae Sa)”

Night Bazaar

Cerita ini masih dalam rangka mengantar membeli oleh-oleh. Karena di pasar kurang banyak pernak pernik, kami memutuskan hari minggunya untuk ke Night Bazaar. Sesuai dengan namanya, tempat itu ramai di malam hari. Banyak orang berjualan berbagai macam pernak pernik (selain baju-baju yang bisa ditemukan di pasar juga). Pulang dari gereja langsung ke tempat makan yang bernama Kalare. Seperti biasa, makan dulu sebelum memulai aktivitas yang diyakini akan melelahkan.

Oh ya, kali ini kami ditemani dengan Bu Diana, seorang Indonesia yang sudah lebih lama tinggal di Chiang Mai. Well harus diakui, walau sudah beberapa bulan tinggal di sini, kami belum pernah mengeksplor daerah Night Bazaar ini. Tempat ini sangat ramaaaaaai oleh pedagang maupun pembeli. Padahal sekarang ini lagi low season katanya. Di night bazaar ada banyak pilihan pernak pernik dan oleh-oleh. Sejujurnya rasa pegal-pegal sisa aktivitas hari sabtu belum hilang. Lalu datang tawaran menarik dari Bu Diana untuk mencoba Foot, Back and Shoulder Massage di daerah Night Bazaar. Setelah yakin bahwa teman-teman yang mencari oleh-oleh tidak akan nyasar (ya ga mungkin nyasar wong daerahnya disitu-situ juga), kami memutuskan menunggu mereka belanja sambil massage.

Jadi inget, dulu di Bandung sering refleksi di Jhonny Andrean, dan sejak tiba di Chiang Mai otomatis kami belum pernah refleksi lagi. Belum pernah benar-benar sempat untuk memanjakan diri berelaksasi di pijat. Hmm…jadi inget waktu di Bali. Untungnya biaya pijat di sini lebih murah di bandingkan Bali 😛 (setidaknya kami memilih tukang pijet yang cukup profesional tapi juga bukan tempat yang sudah sangat terkenalnya sampe jadi mahal). Di sini tempat pijet banyak banget, bahkan di depan apartemen juga ada 2 tempat. Tapi dari kemarin selalu ragu untuk mencoba massage. Takut ketagihan sih :p, kan gawat hehehe…

Setelah 1 jam massage, ternyata teman-teman yang belanja udah pada selesai. Mereka duduk menikmati tari-tarian yang disuguhkan di food court Kalare. Heran deh, kami sudah beberapa kali makan di Kalare (walaupun belum pernah wisata belanja di Night Bazaarnya), tapi biasanya di situ ga ada tari-tarian, paling pernah juga ngeliat orang nyanyi. Kenapa giliran sekarang ada yang nari? (loh kok sewot?). Bukan sewot sih hehehe, cuma agak hairan, minggu ini kok serasa jadi turis juga yah :P.

Anyway, cerita weekend ini emang beda dengan weekend lainnya. Walaupun sudah 3 bulan tinggal di Chiang Mai, tapi serasa baru kemarin tiba hehehe. Dan semakin kami berjalan-jalan di Chiang Mai, semakin kami menemukan kalau kekayaan alam Indonesia itu ga kalah deh dibanding negeri orang. Jadi pengen ke Grojokan Sewu, Tongging dan daerah wisata Indonesia kalau ada kesempatan pas mudik ntar.