Hari ini anak-anak dititipkan ke tempat di mana mereka bisa bermain dengan anak-anak lain supaya saya dan mama saya bisa jalan-jalan ke pasar Warorot. Pasar ini merupakan pasar yang sangat besar dan gak cukup 1 hari untuk mengeksplorasinya. Saya bukan orang yang sering ke pasar Warorot, terutama karena sering nyasar ketika mencari jalan ke tempat yang sebelumnya pernah didatangi untuk membeli sesuatu. Untungnya tadi ada temen yang udah paham seluk belum warorot datang menyusul bantuin jadi guide hehehe.
Area pasar warorot ini sangat luas karena seperti beberapa pasar jadi satu. Ada tempat menjual buah dan bunga, ada menjual bahan mentah untuk di masak, ada bagian menjual baju sekolah atau baju yang dipakai sehari-hari dan belakangan saya baru tahu ada tempat khusus yang menjual baju motif tradisional. Biasanya sekarang ini kalau membeli oleh-oleh ya belanjanya di area pasar kain motif tradisional ini (Hmong Market)
Setiap kali ke pasar Warorot untuk membeli oleh-oleh, walaupun sebagian besar yang dilihat itu masih sama-sama saja dengan yang sudah pernah saya beli, tapi selalu ada saja hal baru yang sedang trend. Kalau bukan modelnya dan motifnya, ya kadang-kadang harganya baru (bisa lebih murah atau lebih mahal). Datwaktu di lewati terlihat lucu dan bagus dan pengen beli.
Kebanyakan tempat di Chiang Mai tidak dikenakan biaya parkir. Semua mall yang saya tahu tidak ada biaya parkir. Pasar warorot merupakan salah satu tempat dari sedikit tempat yang mengenakan biaya parkir. Selain 1 area yang merupakan parkir resmi dengan biaya 20baht/jam, ada beberapa tempat parkir yang dikelola pribadi dengan harga parkir bervariasi dari 30baht – 50 baht per jam.
Karena besarnya area pasar warorot, kalau ke sana biasanya saya parkir menyesuaikan dengan traffic atau barang yang ingin dibeli. Hari ini, saya dan mama saya berkeliling pasar warorot selama 4 jam lebih 3 menit menurut itungan jam di tempat parkir. Rasanya terkadang sayang banget kalau baru masuk hitungan jam berikutnya, tapi ya kalau harus keliling lagi sampai 40 menitan lagi rasanya kaki sudah lelah.
Sekarang ini sudah mulai ada bis dengan rute di Chiang Mai yang pasti melewati pasar warorot. Terkadang saya terpikir untuk naik bis saja kalau mau ke pasar supaya tidak bayar parkir, toh bis nya cuma 20 baht / trip. Sampai sekarang belum jadi juga naik bis ke pasar warorot karena tidak ada halte deket rumah dan kalau akhirnya harus jalan jauh dulu atau nantinya bis nya berhenti menunggu penumpang penuh, sepertinya lebih cepat waktunya langsung nyetir dan bayar parkir saja ke warorot.
Pertimbangan lain lebih enak bawa mobil sendiri ke pasar walaupun parkirnya mahal tentu saja masalah bawaan belanjaan. Kemungkinannya bisa ketinggalan kalau dipegang-pegang naik kenderaan umum. Kalau bawa mobil pribadi, mau bawa belanja sebanyak apapun, asal udah sampai di mobil pasti gak akan ketinggalan lagi.
Kalau mau cari oleh-oleh dari Chiang Mai, saya pasti ke pasar warorot ini selain ke night bazaar. Beberapa benda yang sama harganya bisa sangat jauh berbeda antara night bazaar dan pasa Warorot. Hari ini saya perhatikan banyak orang asing yang berbelanja ke pasar warorot.
Di pasar warorot pedagang mulai mencantumkan harganya di hampir setiap barang. Kemungkinan mereka malas terlalu sering ditanya harganya berapa. Bedanya dengan tempelan harga belanja di mall, walau di pasar ada tempelan harga, ya kita masih tawar menawar apalagi kalau kita membeli barang agak banyak di 1 toko.
Hari ini gak berasa menghabiskan waktu 4 jam untuk mengeksplorasi sepersekian bagian dari pasar warorot. Untungnya ada food court juga di sana, jadi bisa sekalian makan siang sebelum pulang untuk menjemput anak-anak. Untungnya walau eksplorasi 4 jam, belanjanya ga banyak. Ya tujuan utamanya emang jalan-jalan cuci mata doang sih, tapi itupun ada juga beberapa kantong plastik di bawa pulang. Kalau ada yang di cari biasanya bisa-bisa lebih lama lagi karena gak tau tempat mencarinya hehehe.
Hari ini, kami jalan-jalan ke Chiang Dao bareng temen-temen Indonesia di Chiang Mai. Cuma 4 keluarga Indonesia, ga sebanyak rencana semula. Tapi ada 1 teman dari teman, keluarga Thai Singapura, jadi total ada 9 orang dewasa dan 7 anak-anak berusia antara 3.5 tahun – 8 tahun.
Chiang Dao lokasinya gak jauh dari Chiang Mai sekitar 80 km atau 1.5 jam driving, tapi ini kali pertama buat kami ke sini. Kami berangkat santai, sekitar jam 10 dari rumah, dan karena berhenti dulu di jalan, kami sampai di penginapan sekitar jam 12 siang. Kami menginap di Chiang Dao Story Camp, tidak jauh dari tujuan wisata Chiang Dao Cave.
Sebagian dari rombongan memilih tenda dan sebagian tinggal di bungalow sederhana. Setelah menurunkan bawaan, kami memutuskan untuk makan siang di dekat tempat wisata tujuan utama di Chiang Dao, Selesai makan dan istirahat, sekitar jam 2.30 kami pun memutuskan masuk ke Goa di Chaing Dao.
Tahun 2018 ini, tempat yang paling sering kami kunjungi adalah Royal Flora Ratchapruek (kadang dieja Rajapruek). Hampir setiap Jumat sore atau Sabtu pagi sejak Januari kami ke sana. Kadang-kadang bahkan 2 kali seminggu. Saking seringnya ke sana, saya pikir kami sudah pernah menuliskan tentang tempat itu, ternyata belum pernah. Kami pertama kali ke sana tahun 2009, biasanya hanya ke sana kalau ada yang berkunjung ke Chiang Mai.
Kadang-kadang, ada teman bertanya kalau mau ke Chiang Mai ada apa yang menarik untuk dikunjungi? Seperti biasa, begitu kita tinggal agak lama di suatu kota, kita udah nggak memikirkan lagi tempat wisata, karena semuanya itu ya bukan tempat wisata buat kita. Tapi kalau diganti pertanyaanya, misalnya suatu hari kami ga tingal di Chiang Mai lagi, kira-kira apa yang akan kami kunjungi kalau ke Chiang Mai? Tulisan ini juga buat jadi referensi kalau ada lagi yang nanya ke kami hehehe.
Jawabannya tergantung berapa lama rencana mengunjungi Chiang Mai, terus apakah kami datang tanpa anak atau dengan anak-anak. Kalau datang dengan anak-anak, tentunya yang dikunjungi tempat yang menarik untuk anak-anak juga. Tempat yang biasa mereka kunjungi sejak kecil. Beberapa yang bisa di list adalah:
Dalam kota Chiang Mai
kota sekitar Chiang Mai
Dalam kota Chiang Mai
Untuk dalam kota Chiang Mai, yang paling mudah tentunya Suan Buak Haad Park (nama di Google: Nong Buak Hard Public Park) di old city, mall, Night Safari Chiang Mai.
Nong Buak Hard Public Park
Di park bisa kasih makan ikan dan pigeon, main-main di playground atau sekedar berlari-lari mengelilingi taman sambil mencoba beberapa alat olahraga yang ada. Kalau sudah capai bermain, nongkrong di coffee shop yang ada di park minum kopi dan nyemil hehe. Kalau lapar, bisa beli ayam bakar plus nasi ketan di pintu keluar park, atau kalau mau paket hemat ya bawa makanan dari luar dan tinggal sewa tikar aja piknik dan buat dessert bisa beli eskrim/es puter versi sini. Jonathan senang makan es krim pake ketan terus ditaburin kacang. Di sini sepertinya apa saja bisa dicampur dengan ketan hehehe.
Memberi makan burung di park
Central Airport Plaza Chiang Mai
Tujuan berikutnya ya tentunya mall. Dari beberapa mall yang ada di sini, Airport Plaza (CentralPlaza Chiang Mai Airport) merupakan mall yang paling sering kami kunjungi. Selain karena sekarang ini Jonathan ikut kelas Taekwondo di sana, mall ini adalah mall terdekat dari rumah (sekitar 5 menit kalau ga kena lampu merah).
Di mall biasanya kami akan makan berbagai pilihan makanan Thai di food court atau restoran makanan Jepang OISHI (ini restoran milik orang Thailand), naik kereta api gratis, Joshua bisa main di soft area gratis dan mungkin kalau anak-anak sudah cukup besar bisa diajak nonton di bioskop :-).
Royal Flora Ratchapreuk dan Night Safari
Selain park di old city, kami juga sekarang ini sering mengunjungi Royal Flora Ratchapreuk dan Night Safari. Mudah-mudahan kalaupun nanti datang jadi turis, saya masih bisa dapetin harga lokal (asal ga lupa aja bahasanya).
Untuk harga turis, harga Night Safari tergolong mahal, dan rugi rasanya kalau datang cuma sebentar. Saat ini rate yang dikenakan untuk turis itu sekitar 800 baht dewasa (harus cek lagi buat tau harga anak-anak). Sementara itu kalau kami dapat harga lokal seperti orang Thai, dewasa itu harganya ga lebih dari 250 baht. Saat ini kami masih bisa mendaftar jadi member, harga member 500 baht untuk selama 6 bulan dan bebas masuk setiap hari juga boleh kalau mau.
Di night safari ada banyak kegiatan yang kalau diikuti semua butuh waktu 5 jam di sana. Kita bisa jalan keliling di walking zone sekitar 1 jam, makan, kalau ada waktu ekstra naik tram keliling 1 jam, menonton beberapa tarian dan animal shows (tiger show 30 menit dan night predator show 30 menit).
Diantara waktu tunggu show dan jadwal tram anak-anak bisa main di Playground. Karena cukup sering ke sana, kadang kami datang cuma untuk jalan keliling walking zone, main di playground dan makan saja.
Kami juga menjadi member untuk Royal Flora Ratchepreuk 400 baht per tahun. Kalau bukan member, sebagai orang Thai harus bayar 100 baht per datang, dan sebagai orang asing harus bayar 200 baht per orang (anak-anak biasanya harganya lebih murah).
Di taman bunga ini selain bisa main pokemon (kami masih main pokemon), ada playground juga buat anak-anak main dan bisa untuk melemaskan kaki keliling park hehe.
Hidden Village
Salah satu tempat yang mungkin akan dikunjungi jika punya waktu ekstra di Chiang mai adalah Hidden Village. Tempat ini relatif baru, dan karena ga ada membership kami ga bisa terlalu sering ke sana.
Di hidden village ini tiket masuk 100 baht/orang dan 50 baht untuk anak-anak. Di dalamnya ada restoran, playground, petting zoo dan animatronik Dinosaurus. Dengan bayar ekstra 20 – 40 baht ada lagi mainan seperti bouncy house dan softplay area di dalamnya.
Zoo, Aquarium dan Poo Poo Paper Park
Selain night safari, kami juga pergi ke zoo. Chiang Mai zoo cukup besar dan butuh seharian juga mengeksplornya termasuk bagian aquarium dan menonton animal show yang ada.
Karena kami gak biasa nyetir jauh-jauh, maka perjalanan lebih dari 30 menit itu tergolong luar kota buat kami hehehe. Kami jarang pergi ke luar kota, jadi ya ga bisa kasih banyak saran juga untuk keluar kota. Tapi ada beberapa tempat yang sesekali kami kunjungi kalau lagi bosan dengan yang dalam kota.
Horizon Village
Dulu kami sering sekali ke Horizon Village. Tempat ini butuh drive sekitar 30 – 40 menit dari rumah. Biasanya butuh waktu seharian kalau ke sana. Di sana ada pilihan untuk makan buffet di hari Sabtu dan Minggu, bersepeda dan atau keliling taman.
Taman di sini lebih rindang dibandingkan Ratchepreuk. Di taman horizon village ini juga ada mini zoo dan bisa kasih makan ikan atau burung unta. Dulu sebelum Jonathan 3 tahun, kami bisa ke tempat ini sebulan sekali, tapi belakangan karena Jonathan banyak kegiatan di hari weekend, kami jadi makin jarang ke sana (selain tempatnya juga makin mahal haha).
Hotspring Sankamphaeng
Tempat wisata yang menarik juga untuk dikunjungi dan ga jauh dari Chiang Mai itu Hotspring San Kampheng. Butuh nyetir sekitar 45 menit – 1 jam dari kota. Kami baru beberapa kali ke sana, sebenarnya seru juga rendaman air panas, atau bisa juga makan telur rebus yang di rendam di air belerang. Kalau misalnya datang pas musim panas, ya kayaknya ga disarankan.
Tempat ini menyenangkan dikunjungi di musim dingin tentunya. Tak jauh dari tempat ini ada cave yang katanya sih cukup menarik untuk dikunjungi, tapi kami belum kunjungi karena ga mau ambil resiko ngejar-ngejar Joshua dalam gelap hahaha. Kalau mau menginap, di sana juga ada pondokan yang bisa di sewa atau area untuk camping, tapi kami belum coba sampai sekarang.
Doi Suthep
Gimana dengan Doi Suthep? Hmm walaupun ada yang bilang belum sah sampai ke Chiang Mai kalau belum ke Doi Suthep, tapi rasanya ga ada yang istimewa dengan Doi Suthep, setidaknya buat kami begitu.
Kami pertama kali ke sana setelah beberapa tahun di Chiang Mai. Total selama 11 tahun di kota ini , kami baru 2 kali ke sana (bahkan kami lebih sering ke Doi Inthanon daripada Doi Suthep). Kenapa Doi Inthanon? Ya di Doi Inthanon itu udaranya lebih adem, dan juga naturenya lebih indah.
Butuh waktu 1 jam nyetir menanjak ke Doi Suthep. Di sana bisa melihat ke arah kota Chiang Mai dan foto-foto doang hehehe. Kalau ke doi Suthep, biasanya akan mampir juga ke Doi Pui, di sana bisa melihat kehidupan masyarakat tradisional dan ada taman bunga nya yang juga cukup indah.
Di bulan Januari, di dekat Doi Suthep bisa melihat hutan yang penuh dengan bunga sakura. Tapi karena jalannya ke sana sempit dan bunga sakura cuma mekar dalam waktu 2 minggu saja, biasanya weekend jalanan ke sana akan macet, dan yaaa setelah pernah sekali ke sana, kami belum ke sana lagi hehehee.
Doi Inthanon
Doi Inthanon
Doi Inthanon, butuh sekitar 2 jam perjalanan (1 jam perjalanan menanjak). Kami suka ke sana karna udaranya adem. Pemandangannya juga jauh lebih indah dibanding Doi Suthep.
Ada banyak pilihan di Doi Inthanon ini, untuk yang suka trekking juga ada beberapa pilihan jalur trekking di sana (tapi kami belum pernah). Selain ada temple, taman bunga, di sana juga ada air terjun. Kalau ke Doi Inthanon, butuh waktu seharian untuk bisa mengeksplore/menikmati alam di sana.
Queen Sirikit Botanical Garden
Buat pecinta tanaman dan nature, sekitar 1 jam naik mobil dari Chiang Mai juga ada taman bunga Queen Sirikit Botanic Garden. Kami baru sekali ke sana dan udah beberapa tahun lalu, jadi ga bisa kasih banyak update selain di tempat itu luas dan banyak jenis tanaman dan bunga yang indah.
Sekarang ini di sana ada canopy sky walk yang cukup panjang. Waktu kami ke sana canopy sky walk ini belum ada, mungkin ini bisa jadi alasan untuk ke sana lagi.
Golden Triangle
Kalau punya waktu ekstra, bisa juga ke Golden triangle. Tempat ini merupakan perbatasan antara Thailand, Myanmar dan Laos. Butuh perjalanan sekitar 3 jam dari Chiang mai. Di perjalanan menuju lokasi bisa berhenti di hotspring. Kami baru sekali ke sana ikutan tour sebelum ada Joshua.
Sebenarnya pengen lagi ke sana ajak Joshua, tapi dipikir-pikir temple yang menjadi tempat wisata di sana kurang cocok untuk dilihat oleh anak-anak. Untuk yang tidak bawa anak dan suka melihat arsitektur temple yang unik, tempat ini bisa jadi pilihan dan sekalian siapa tau pengen dapat cap mengunjungi negara Laos dan Myanmar sekalian.
Penutup
Ada beberapa tempat sekitar sini yang belum juga kami eksplore. Entah apakah kami akan eksplore suatu saat setelah kami ga di sini lagi atau entahlah. Kami belum pernah ke Doi Angkhan, padahal katanya tempat ini cukup dekat dari Chiang Mai dan indah, tapi sejauh ini belum tertarik untuk ke sana. Mungkin kalau sudah ga di Chiang Mai baru deh pengen ke sana dan ke mari jadi turis hehehe. Beberapa tempat yang jadi tujuan wisata juga waterfall. Tapi karena saya selau bayangkan air terjun sipiso-piso, saya ga pernah senang dengan waterfall di sini hehhe.
Jadi kembali ke pertanyaan: kalau ke Chiang Mai, sebaiknya ke mana dong? Kalau ga punya banyak waktu mending wisata memperhatikan kehidupan orang lokal. Pergi massage, wisata kuliner dengan harga lokal, pergi ke pasar tradisional biar ditanya: where are you come from, dan ketika kita jawab Indonesia mereka akan bilang ooh Filipin atau Malay sambil bilang same nunjuk ke wajah mereka yang artinya: wajah kita sama mirip orang Thai. Kalau punya waktu banyak, ya bisa deh mengunjungi semua tempat yang disebutkan di atas.
So, dari tulisan ini, kira-kira kalian bakal tertarik ga datang ke Chiang Mai jadi turis? Kalau kata saya, jangan jadi turis deh, rugi. Mending tinggal aja di sini, hidup nyaman pasti betah deh (kecuali buat yang sangat strict dengan makanan harus label halal, ini bisa jadi hidupnya berasa repot). Tapi walaupun demikian, banyak juga kok restoran halal di Chiang Mai. Buktinya beberapa teman orang Indonesia di Chiang Mai yang muslim juga bisa betah berlama-lama tinggal menetap di Chiang Mai.
Di posting lain akan dibahas mengenai event-event khusus di Chiang Mai (festival bunga, Songkran dsb), supaya tahu kalau mau datang sebaiknya bulan apa.
Selamat Tahun Baru 2017. Kami tidak merayakan tahun baru secara khusus, tapi tanggal 2 Januari kami pergi (lagi) ke Elephant POOPOOPAPER Park. Di tempat atraksi turis ini orang bisa mendapatkan penjelasan tentang pembuatan kertas dari eek gajah.
Dibandingkan banyak tempat wisata lain, tempat ini sangat kecil, dan tidak ada gajahnya di sini, cuma ada poop-nya saja. Tapi jangan khawatir, semuanya sudah kering dan tidak berbau sama sekali. Jadi di tempat wisata ini kita cuma bisa:
Melihat dan mendapatkan penjelasan bagaimana proses pembuatan kertas dari eek gajah
Ikut melakukan satu langkah (dari bola eek dilebarkan untuk dijemur)
Menghias buku atau kartu ucapan (yang tentunya terbuat dari eek gajah)
Minum dan makan snack di kantin
Memberi makan ikan
Berfoto
Beli merchandise, baik yang poop related maupun tidak
Tahun lalu ketika kami datang tidak ada guidenya, dan kami hanya perlu mengikuti eek gajah yang diletakkan di jalurnya. Tapi tahun ini ada guide yang menjelaskan prosesnya walaupun ada tulisan juga yang bisa dibaca kalau tidak ada guidenya. Lanjutkan membaca “Elephant POOPOOPAPER Park”
Sejak sebelum tahun baru 2009 di kantor Joe udah heboh soal bunga di Doi Pui. Semua orang bilang: wajib lihat! bla bla bla. Heboh banget ya mo lihat bunga doang. Emang bunga apaan sih. Setelah sibuk pindahan, sempet malas dan hilang keinginan untuk pergi, apalagi setelah dapat informasi tambahan bahwa untuk melihat bunga itu jalannya kecil dan ga bisa dilalui dengan mobil sedan dan dengan kemampuan kami nyetir sih udah hampir ga ada harapan deh ke sana.
Kalau bukan karena Shari menelpon soal komputernya yang rusak kami tidak akan ketemu dengan khun Manu yang merupakan supir andalan Shari. Keinginan jalan-jalan yang sudah setengah terbang akhirnya datang lagi. Tiba-tiba terpikir buat bertanya ke Khun Manu apakah bersedia mengantarkan dan dia bersedia.
Cerita ini masih lanjutan dari cerita Mae Sa Waterfall dan masih dalam rangka mengantar teman-teman dari Indonesia yang berkunjung ke Chiang Mai. Sebenarnya pasar ini seperti pasar biasa. Tapi tentunya lebih murah membeli oleh-oleh di pasar daripada di tempat wisata. Berhubung waktu mereka di Chiang Mai tinggal sedikit lagi dan belum tentu bisa jalan-jalan lagi, ya sudah kami ajak saja belanja di pasar Warorot. Lanjutkan membaca “Warorot Market (Ta’ lat Warorot)”