Ke kampung halaman

Menurut KBBI kampung halaman adalah daerah atau desa tempat kelahiran;. Dengan definisi itu, karena sudah ke Jakarta berarti kami sudah ke kampung halaman Risna. Berikutnya kami menuju kampung halaman saya, di Sukoharjo.

Perjalanan dilakukan dengan mobil Fortuner yang dikendarai adik saya (Yosi), dan kami pergi bersama keluarga Yosi plus opungnya Jonathan. Kami berangkat tanggal 27 Juni 2016 pukul 4.17 pagi. Karena ingin jalan-jalan di Yogya, kami memutuskan memesan hotel di Yogya saja. Perjalanan lancar, dan kami sempat berhenti di rest area serta di Rumah Makan Tiga Putri. Rumah makannya cukup cocok karena menyediakan area main untuk anak-anak.

Di sepanjang perjalanan, kami sering memutar Mother Goose Club agar anak-anak senang, tapi membuat saya jadi tertidur.

20160627_072151_001

Perjalanan seharusnya bisa lebih cepat, tapi ada sedikit masalah di mobil: indikator bahan bakar menyala, jadi kami mampir ke bengkel untuk memastikan. Ternyata filter Solar perlu diganti.  Di tempat itu ada pojok bermain anak.

20160627_154826

 

Kami tiba di Yogyakarta pukul 5 Sore dan langsung check in lalu tidur (kami makan McDonalds di hotel).

Esok harinya seharian kami mengunjungi kampung halaman saya (dan juga Yosi). Saya cukup senang bahwa anak-anak tidak rewel menghadapi suasana kampung. Di rumah pakde pertama, anak-anak malah bermain gabah. Di tempat lain mereka main dengan kambing.

IMG_0444

Walau di bulan puasa, ada juga warung makan yang buka dan makanannya cukup cocok.

IMG_0449

Suasana kampung ternyata sudah banyak berubah, bahkan Indomaret sudah ada di sana. Setelah mengunjungi saudara di desa, kami pergi ke Solo untuk mengunjungi juga saudara-saudara di sana.

Sebagai keturunan orang Jawa (tengah), ini kali pertama Jonathan dan Joshua pergi ke Jawa tengah, terakhir kali hanya saya sendiri yang pulang ke kampung halaman.

Monumen Pancasila Sakti

Posting ini singkat saja karena dua hal: pertama kami tidak merencanakan pergi ke tempat ini, dan kedua: tempat ini masih kurang cocok untuk usia Jonathan/Joshua. Sulit menjelaskan kekejaman manusia terhadap sesama karena perbedaan ideologi.

Kami pergi ke Monumen Pancasila Sakti karena dua hal: kami belum pernah ke sini (atau mungkin pernah waktu masih kecil, sudah lupa), dan kedua adalah karena kami baru lewat rumah Kak Wanti (kakaknya Risna). Kami pergi ke tempat ini bersama dengan keluarga Yosi.

Waktu membeli tiket, kami diberi booklet dan stiker

20160624_134013

20160624_134010

Ada teks Pancasila (sesuatu yang nanti perlu diajarkan ke Jonathan jika ingin kembali ke Indonesia)

20160624_135707

Kami melewati lubang buaya dengan penjelasan singkat ke Jonathan dan Celine (adik sepupu Jonathan). Celine mengulang-ulang cerita soal “seven people that died” yang membuat kami jadi rada khawatir.

20160624_140222

Karena masih terlalu singkat perjalanannya, kami masuk ke Museum Penghianatan PKI. Di dalamnya isinya berbagai diorama, banyak yang kejam

20160624_141614

Museum ini disponsori oleh Teh Botol Sosro

20160624_142503

Dan ini pesan di akhir pintu menuju keluar

20160624_142239-PANO

Medan, Depok 2015

Tahun ini kami pulang lagi ke Indonesia setelah tahun lalu pulang dua kali. Tiket kali ini dibeli ketika ada promo AirAsia sebelum Risna hamil. Sebenarnya sempat juga terpikir untuk menghanguskan saja tiketnya (atau saya dan Jonathan saja yang pergi).

Kami memutuskan untuk terbang bareng-bareng setelah mempertimbangkan banyak hal. Saat ini udara Chiang Mai sedang buruk (polusi), dan Jonathan juga sedang libur paskah + songkran, plus kami tidak tahu kapan lagi akan pulang setelah adik Jonathan lahir nanti (Jonathan baru terbang setelah 1.5 tahun, kemungkinan nanti adiknya juga). Menurut dokter, Risna masih boleh terbang bolak-balik.

Tadinya tiket kami cuma Chiang Mai – Medan – Chiang Mai, dengan rencana jalan-jalan di Medan, Danau Toba, mengunjungi Institut Teknologi DEL (kami pernah mengajar di sana), dsb. Tapi dengan kondisi kehamilan Risna, kami memutuskan untuk tidak ke mana-mana di Medan (sekedar mengunjungi mertua dan keluarga), dan meneruskan ke Depok. Saat ini salah satu paman Risna (tulang saya) sedang dirawat, jadi kami berniat menjenguk.

Karena kami pergi dua minggu, hanya highlight perjalanan yang akan saya tuliskan di sini.

Ketika berangkat: Bandara Chiang Mai kini amat sangat ramai karena banyaknya turis dari China. Di sisi baiknya: saat ini Air Asia punya connecting flight, tidak perlu turun naik bagasi di Bangkok.

Lanjutkan membaca “Medan, Depok 2015”

Airasia dan Tune Hotels

Ceritanya kami berangkat ke bandung Sabtu, tanggal 11 April dan sampai kembali di Chiang Mai tanggal 20 April. Kami pulang karena di Thailand sedang ada libur Songkran (libur tahun baru Thailand) selama 3 hari. Jadi dengan mengambil cuti 3 hari, bisa jadi libur 10 hari (3 libur nasional, 3 hari cuti + 2 kali weekend). Acara kepulangan ada banyak: mengurus aneka macam urusan dengan Bank, menghadiri wisuda

adikku (selamat ya Yos!), menghadiri pernikahan Mbak Cepi (selamat ya Mbak Cepi!), dan menghadiri pernikahan saudara-saudaraku (bentuk plural, soalnya yg nikah baik pihak cowok maupun cewek masih saudara :p).

Seperti biasa, untuk perjalanan kali ini pun kami naik AirAsia, tapi rutenya beda. Kali ini kami naik dari Chiang Mai ke Kuala Lumpur, dan dari Kuala Lumpur, langsung ke Bandung. Frekuensi penerbangan KL – Bandung 3 kali sehari, jadi jadwalnya pas, bisa langsung ke bandung dalam 1 hari. Penerbangannya lancar, tapi setelah mendarat di KL harus terjebak di pesawat selama 1 jam karena hujan deras. Pesawatnya tepat waktu. Kami agak kaget, sekarang AirAsia juga menggunakan nomor kursi (tidak seperti dulu yang duduknya bebas), kami tidak mendapat kursi yang bersebelahan, tapi untungnya pesawat relatif kosong, jadi kami bisa pindah tempat duduk.

Ketika berangkat, sepertinya para pramugari belum mengetahui bahwa pemesan makanan via internet harus dilayani lebih dulu, jadi kami menunggu cukup lama. Dalam perjalanan pulang, mereka mengutamakan pemesan makanan dari Internet.

Lanjutkan membaca “Airasia dan Tune Hotels”

Ke Bandung Yuk :)

Beberapa hari lalu Joe tiba-tiba menyadari kalau kami punya 3 hari libur senin – rabu di bulan April ini. Dengan 3 hari cuti kami bisa memiliki 10 hari libur. Libur yang tidak terlalu lama, tapi..rasanya cukup untuk pulang ke Bandung. Sejak berangkat 2 tahun yang lalu ke Chiang Mai, kami baru sekali pulang ke Bandung, itupun hanya 2 malam saja. Setiap kali pulang ada begitu banyak rute yang harus di jalani dalam waktu singkat. Kali ini, tujuannya hanya Bandung (dan Depok).

Lanjutkan membaca “Ke Bandung Yuk :)”

Bandung Malaysia

Sekarang ini penerbangan Air Asia dari Kuala Lumpur ke Bandung tersedia 3 kali sehari. Agak bertanya-tanya mengingat Bandung bukanlah kota besar. Ternyata, orang Malaysia gemar berbelanja ke Bandung. Dengan duit yang tidak seberapa mereka merasa tiba-tiba kaya begitu sampai di Bandung demikian yang di sebutkan oleh orang-orang Malaysia di forum internet.

Teringat beberapa tahun yang lalu, waktu itu saya masih tinggal di Bandung. Dalam perjalanan menuju Airport Cengkareng saya bertemu dengan seorang ibu dan 2 anak asal Malaysia. Masa itu penerbangan ke Bandung belum seperti sekarang darI KL. Waktu saya bertanya apa yang dia suka dari Bandung, dia jawab: oh saya senang berbelanja ke Bandung, setahun saya bisa 3 kali datang ke Bandung untuk belanja. Di Bandung baju-baju bisa di beli murah dan saya jual dengan lumayan harganya di Malaysia. Saya rasa ibu itu bisa-bisa pergi pagi pulang petang kalau sekarang dapat tiket murah Air Asia.

Fakta bahwa orang Malaysia gemar belanja ke Bandung membuat saya bertanya-tanya kenapa orang Indonesia sepertinya selalu ingin belanja ke Malaysia, Singapore atau bahkan ke Bangkok?. Mata uang Indonesia nilai tukarnya lebih rendah dari mata uang negara tetangga. Kalau warga negara tetangga datang ke Indonesia mereka bisa merasa tiba-tiba kaya, artinya kalau rupiah di bawa belanja ke negara tetangga semua akan terasa mahal. Semakin tidak ada alasan untuk shopping ke negara lain selain Indonesia.

Ah jadi kangen Bandung. Seandainya saja ada penerbangan Chiang Mai – Bandung atau bahkan Chiang Mai – Jakarta sekalipun, pasti rasanya menyenangkan sekali bisa pulang ke Bandung dengan mudah. Kapan ya bisa ke Bandung lagi….

Perjalanan Hari 2: Grand Palace

Hari ini karena masih lelah, semua bangun siang. Anehnya kantin yang dekat tempat penginapan belum menyediakan sarapan. Supaya cepat, Risna meminta izin pemilik kantin untuk menghangatkan bebek goreng yang dibawa dari Indonesia. Ternyata pemiliknya mengizinkan, dan akhirnya kami sarapan bebek goreng plus tempe dari Indonesia.

Tadinya kami berencana pergi ke pasar terapung damnoen saduak, tapi karena sudah sangat telat (kami pergi jam 9, padahal harusnya jam 5 pagi), maka kami pergi ke pasar yang lain di tepi sungai. Di situ kami naik kapal di sungai, pulang balik sekitar 75 menit. Di sungai ada ikan yang bisa diberi makan dengan roti (yang bisa dibeli di kapal seharga 10 baht per roti).

Setelah itu kami pergi ke  Grand Palace. Biaya masuk ke Grand Palace adalah 350 baht per orang. Grand palace sangat luas, sehingga kami sudah lelah baru mengunjungi beberapa tempat saja. Meski belum mengunjungi semuanya, kami merasa sudah cukup, dan kemudian kembali ke penginapan. Sebelumnya kami makan dulu di salah satu restoran pinggir jalan yang kami temui.