Sejak hari Minggu, kami hanya diam di rumah saja. Sampai saya lupa hari karena setiap harinya kegiatannya makan tidur. Udara panas, polusi udara dan Covid-19 outbreak yang terjadi beberapa hari terakhir di Chiang Mai, memang membuat kami tidak banyak pilihan.
Hari ini, setelah 3 hari di rumah saja (dan masih akan libur sampai hari Minggu). Kami memutuskan untuk pergi mengajak anak-anak keluar rumah. Sengaja memilih tempat yang ada mainannya outdoor, ada makanannya dan kami perkirakan tidak akan banyak orang datang ke sana.
Tahun 2020 yang lalu, perayaan Songkran dibatalkan jauh sebelum harinya tiba. Hari libur untuk tahun baru Thailand tersebut dijadikan sebagai hari kerja dan diberikan sedikit demi sedikit sepanjang tahun 2020.
Sekolah di Thailand yang pada waktu itu juga kebetulan masuk masa liburan panjang, diperpanjang liburnya sampai awal Juli. Keberhasilan Thailand mencegah penyebaran pandemi bisa membuat kami bisa berkegiatan cukup normal sejak bulan Juni 2020.
Setelah kasus baru terjadi lagi di akhir bulan November lalu di Chiang Mai dan beberapa provinsi di Selatan, berdekatan dengan liburan akhir tahun. Sempat ada penutupan sekolah, tapi bisa terkendali dengan cukup cepat dan jumlah pasien yang tidak mencapai puluhan orang untuk Chiang Mai. Chiang mai pun sempat aman dari virus selama 3 bulan ini.
Hari Songkran, merupakan hari perayaan tahun baru Thailand yang biasanya diperingati setiap tanggal 13 – 15 April. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2020 ini, perayaan Songkran ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Gara-gara apa? apalagi kalau bukan pandemi Covid-19. Saya sudah beberapa kali menuliskan cerita Songkran di Chiang Mai, tapi kalau untuk membaca lengkapnya bisa cek di wikipedia.
Liburan Songkran 2019 sudah dimulai. Banyak restoran, tempat belajar ekstra, tempat bermain ataupun kantor mulai tutup. Beberapa sekolah sudah meliburkan kegiatan musim panasnya dari kemarin setelah mereka bermain air bersama-sama di sekolah. Baju bunga-bunga model hawaiii dan pistol air sudah dikeluarkan dari tempat penyimpanan.
Joe juga sudah mulai libur dari kemarin. Tapi kami masih belum bisa memutuskan untuk pergi keluar rumah, karena polusi udara tidak meliburkan dirinya dari Chiang Mai. Biasanya tahun-tahun sebelumnya, setiap sebelum menjelang Songkran (bahkan pada hari Songkrannya), akan ada hujan deras di pagi hari, dan itu cukup untuk membersihkan polusi udara. Biasanya, hari Songkran itu sudah merupakan hari bebas polusi, dan semua orang bisa menikmati berpanas-panasan dan bermain air tanpa khawatir jadi sakit karena polusi udara (tapi mungkin bisa sakit karena main siram air dingin di bawah terik matahari).
Berdasarkan website yang mencatat kualitas udara di sekitar Chiang Mai, pagi ini tingkat pm 2.5 masih rata-rata di atas 150 yang mana sudah mencapai titik tidak sehat untuk beraktifitas di luar ruangan yang tidak memiliki filter. Kalau saja kadarnya di bawah 100, mungkin kami akan nekat saja jalan-jalan keluar. Tapi kalau angkanya begini dan suhunya juga sudah mencapai 33 derajat celcius, kami memilih hari ini untuk di rumah saja lagi, menutup pintu dan jendela, memasang filter udara dan AC lalu santai-santai membaca buku, menonton tv atau sekedar bermalas-malasan.
Suhu udara yang super panas ini selalu terjadi setiap hari Songkran. Kadang-kadang bahkan bisa mencapai 44 derajat celcius. Kombinasi polusi udara, suhu panas dan Joe dapat libur panjang biasanya membuat kami memutuskan mudik hampir setiap liburan Songkran. Tapi liburan tahun ini kami memutuskan untuk tinggal di Chiang Mai karena toh Natal dan Tahun Baru kemarin kami baru saja pulang ke Indonesia.
Kalau melihat memory yang muncul di Facebook saya, kadang-kadang kami pulang ke Jakarta, kadang-kadang pulang ke Medan. Kalau diingat-ingat tapi pulang ke Medan atau ke Jakarta sebenernya akhirnya kepanasan juga. Tapi bedanya, di sana ketemu dengan anggota keluarga dan bebas polusi. Tapi kemarin saya dapat info kalau di Jakarta beberapa hari ini juga ada kabut polusi dari industri dan juga kendaraan bermotor yang ada.
Medan di bulan April yang saya ingat juga cukup panas, walau suhunya gak sepanas di Chiang Mai, bedanya di Medan itu panas dengan humidity yang tinggi. Jadi di Medan itu kepanasan dan keringatan, kalau di Chiang Mai kepanasan dan kulit kering menyengat.
Iseng-iseng, saya melihat prakiraan cuaca di Medan dan Depok untuk berandai-andai kalau pulang bagaimana. Hasilnya ya di sana juga panas, dan humidity tinggi dengan kemungkinan hujan. Kalau sudah melihat begini, berharap hujannya dikirim ke Chiang Mai sebagian, supaya udaranya bersih. Dari sejak Januari, rasanya hujan di sini baru ada 1 kali dan itupun tidak cukup untuk menghapus polusi udara yang tak kunjung berkurang sejak awal bulan Maret yang lalu.
Untuk masalah polusi di Chiang Mai ini, pemerintah setempat sudah melakukan berbagai usaha mulai dari melarang, mendenda pelaku bakar-bakaran lahan, mengusahakan membuat hujan buatan, menyemprotkan air ke udara untuk mengurangi partikel pm2.5, bahkan kemarin saya baca mereka memasang sebuah mesin filter udara yang bisa membersihkan udara dengan jangkauan yang cukup luas (walaupun tidak bisa membersihkan seluruh kota). Sejauh ini usahanya belum berhasil, dan sepertinya seluruh Chiang Mai berharap turunnya hujan menghapus polusi segera datang.
Gak asik kan kalau main siram-siraman sambil pake face mask. Kalau facemasknya basah, gak tahu juga bakal efektif atau nggak. Eh sebenarnya saya gak suka main air basah-basahan. Setiap Songkran saya cuma jadi penonton, tapi ya Jonathan dan Joe biasanya yang ikutan main air, atau minimal biar bisa jalan-jalan ke mall tanpa kuatir jadi sakit karena udaranya gak bagus.
Kalau kata Joe: tenang saja, liburan kan baru mulai, siapa tahu besok ada keajaiban. Memang sih, kadang-kadang tanpa diketahui kualitas udara di pagi hari sangat tinggi sekalipun, kalau angin berhembus yang banyak, kualitas udaranya bisa membaik dengan cepat. Jadi tetap berharap dan semoga tetap bisa menikmati liburan kali ini walau mungkin bakal banyakan di rumah.
Festival Songkran merupakan perayaan tahun baru di Thailand. Setiap tahunnya Songkran dirayakan di akhir pekan sekitar 13 – 15 April. Biasanya setiap bulan April akan ada libur panjang disekitar hari Songkran. Untuk tahun ini liburnya mulai 12 April sampai hari rabu 17 April. Perayaan Songkran ini lebih meriah daripada perayaan tahun baru Masehi.
Karena liburnya cukup panjang, kebanyakan orang Thai akan berkumpul bersama dengan keluarga besar atau dengan teman-teman. Makan dan minum bersama atau pergi bersama-sama ke tempat di mana orang siram-siraman. Budaya di sini, orang-orang suka berkumpul untuk makan bersama sambil minum bir, karaoke-an atau sekedar ngobrol sampai pagi.
Waktu belanja kemarin, di Makro sudah terlihat menjual perlengkapan yang biasanya dibutuhkan untuk menyambut festival Songkran. Berikut ini benda-benda yang banyak terlihat di banyak tempat di masa perayaan Songkran.
Hampir setiap orang mengenakan baju bermotif bunga-bunga ala Hawaii ini. Petugas kasir di pusat perbelanjaan juga biasanya akan mengenakan seragam khusus dengan motif bunga-bunga ini. Baju motif ini hanya keluar dalam masa Songkran ini saja, sisanya disimpan di lemari hehee. Saya dan Joe sampai sekarang tapi belum punya baju begini hehehe, soalnya di masa Songkran kami malah sering liburan ke Indonesia mumpung liburnya panjang.
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk perang air adalah pistol air dan ember besar untuk persiapan refill air. Anak muda di sini kebiasaanya pergi dengan mobil pick up terbuka, membawa ember besar berisi air dingin dan pistol air. Sambil naik mobil keliling pusat kota dan perang air dengan yang lain yang juga melakukan yang sama. Orang asing yang datang berkunjung ke Thailand juga suka ikut-ikutan dengan perang air ini. Makin basah makin seru hehehe.
Selain di pusat kota, kadang-kadang ada juga yang hanya pergi ke jalan besar terdekat dari rumahnya, berkumpul sambil makan dan minum di rumah yang dekat ke jalan besar dan menyirami mobil yang lewat dipinggir jalan. Kalau jalanan macet, ya lumayan bisa banyak yang disiram.
galon aircooler box
Perlengkapan yang juga dibutuhkan di masa songkran adalah galon minuman untuk membawa air minum dingin dan juga cooler box biasanya untuk membawa bir atau minuman soda lainnya.
Karena kebiasaan perang air sambil minum bir, kadang-kadang ada saja kecelakaan mobil terjadi di masa Songkran. Sejak beberapa tahun terakhir, saya sering melihat peringatan untuk tidak minum alkohol sambil perang air. Tapi ya, masih ada saja yang tidak sayangi diri dan merasa jagoan tidak akan terpengaruh alkohol sambil main air ini.
Tahun lalu dan tahun ini kami tidak pulang ke Indonesia di masa libur Songkran. Jonathan sudah berencana ikut main air di pusat kota. Biasanya yang menemani Jonathan main air itu papanya, saya dan Joshua milih ngadem aja deh di taman dekat tempat orang siram-siraman.
Polusi udara di sekitar hari Songkran biasanya sudah mulai berkurang banyak, apalagi karena beberapa hari menjelang Songkran ada hujan deras, efek dari badai kiriman dari negara sekitar Thailand. Mudah-mudahan tahun ini juga polusi segera berkurang dan nantinya bisa ikutan melihat orang main air tanpa harus pake face mask hehehe.
Buat yang mau ikutan main air, udah taukan apa saja yang harus disiapkan, nah segera booking tiket pesawat ya, masih 2 minggu lagi kok hehehe. Kalau gak mau kena polusi, bisa ikutan main airnya di Bangkok saja. Perang-perangan air ini ada hampir di setiap kota di Thailand kok, bukan cuma di Chiang Mai saja.