Sesuai rencana, liburan ini kami mengajak anak-anak ke Bandung sekalian mencoba Whoosh. Bandung itu sudah berbeda dengan yang kami ingat, jadi tujuan kami ke Bandung bukan wisata kuliner ataupun mencari tempat yang viral dan instagrammable, tetapi pengalaman naik Whoosh dan tentunya bertemu dengan Oma Inge dan beberapa teman.
Ada sih wisata sedikit, tetapi itu akan diceritakan kemudian karena dilakukan di hari Senin.
Sudah seminggu pulang dari liburan, waktunya menuliskan di sini sebelum terlupakan. Kesempatan kali ini merupakan kali ke-2 kami pergi ke theme park. Sebelumnya di tahun 2018 kami jalan-jalan ke Disneyland Hongkong, sekalian Joe mengikuti kegiatan BEVX Conference.
Liburan kali ini agak berbeda dengan liburan lainnya, kalau biasanya kami liburan itu sekalian mudik atau sekalian yang lain, sekali ini bersengaja pergi untuk liburan.
Walau nyaris gagal liburan, akhirnya semua bisa menjadi kenangan indah buat kami. Ini cerita versi singkatnya, pastinya masih akan ada cerita versi lebih detailnya.
Hari Senin, 1 Agustus 2022, kami sampai juga di Yogyakarta. Kebetulan sekali kami mendapat tempat tinggal di daerah yang namanya Depok di Yogyakarta. Jadi lucu rasanya karena kami dari Depok Jawa Barat ke Depok Yogyakarta dan menempuh perjalanan hampir 10 jam.
Terakhir kali kami ke Yogya tahun 2016, waktu itu anak-anak masih kecil-kecil, anak nomor 2 malahan masih dipangku duduknya dan masih menyusui. Lumayan tuh rasanya duduk berjam-jam sambil memangku Joshua yang dari dulu ukurannya lumayan besar.
Hari ini Joe berulang tahun. Kalau biasanya ulang tahun hanya dirayakan di rumah saja, tahun ini agak sedikit berbeda. Kami merayakan ulang tahun Joe sambil jalan-jalan.
Hidup ini memang serba pas-pasan atau dipas-pasin. Kebetulan ada hari libur di tanggal 16 Mei kemarin, dan pas harus ada urusan ke Bangkok juga. Awalnya urusan ke Bangkok ini direncanakan Joe saja berangkat sendiri naik pesawat, tapi tiba-tiba Joe mengusulkan bagaimana kalau kami ikutan juga? Mumpung ada hari libur, dan juga sekarang ini bisa dibilang hampir semua mulai normal (tentunya masker tetap wajib digunakan).
Tadinya berniat mengeksplorasi Bangkok saja, sejak pandemi kami memang tidak pernah jalan-jalan sama sekali. Pernah staycation di tahun 2020, saat Thailand berhasil membuat kasus Covid-19 menjadi 0, tapi setelah itu kami hanya ke Bangkok tahun lalu untuk urusan ijin tinggal. Cerita ke Bangkok di tahun 2021 pernah saya tuliskan sekilas, dan rencana untuk menuliskan cerita detailnya masih belum dilakukan juga. Kali ini saya mau cerita ulang tahun Joe terlebih dahulu, detail jalan-jalan menyusul kemudian.
Sudah beberapa hari ini nulisnya draft doang. Sebenarnya ada banyak sekali yang ingin diceritakan, sampai tidak tahu mau mulai cerita dari mana. Ibaratnya kalau kejadiannya adalah cerita dalam drama, semua terasa ingin dituliskan secara detail.
Banyak cerita, sedikit tenaga
Masalah terbesar kenapa akhirnya tidak dituliskan adalah, karena tenaga untuk menuliskannya tidak ada. Dengan begitu banyaknya hal yang terjadi dan ingin dituliskan, akhirnya malahan menuliskannya seadanya doang.
Tapi, kalau tidak dituliskan pasti nanti jadi lupa. Jadi, kalau ada yang gak ngerti juga nggak apa-apa, karena tulisan ini sekedar catatan buat kami tentang perjalanan yang baru dilakukan dalam 3 hari 2 malam kemarin.
Sebenarnya ide staycation alias nginep di tempat yang cuma beberapa kilometer dari rumah tidak pernah menarik buat saya. Tapi, setelah terjadi pandemi dan Thailand aman kembali, baiklah kita membantu menggerakkan roda ekonomi sambil menyenangkan hati anak-anak.
Jonathan baru saja menyelesaikan semua pelajaran homeschooling kelas 4 nya, sebelum mulai kelas 5, kami memutuskan untuk memberi hadiah berupa liburan yang tidak terlalu jauh dari rumah. Lagipula perjalanan ke Bangkok yang kami lakukan akhir bulan Juni tidak bisa dianggap liburan, karena fokusnya ya urus passpor saja.
Tujuan liburan kali ini beneran dekat dari rumah. Menurut Google Map cuma sekitar 40 km dari rumah, tapi karena macet ya hampir 1 jam di jalan.
Salah satu kelebihan tinggal di Chiang Mai, tidak jauh dari rumah masih banyak sawah dan daerah yang serasa di kampung halaman. Tapi, karena kami tidak berniat ikut bercocok tanam, ya tentunya mencari penginapan yang walau lokasi suasana desa, tapi fasilitas modern. Wifi dan kolam renang, selain rumah yang kokoh dengan kamar mandi yang bersih tentu saja syarat utama.
Tulisan perjalanan pulang ini sengaja dipisah dengan pengalaman berangkat. Walau beda sehari, ternyata persyaratannya berbeda. Secara keseluruhan, perjalanan pulang ke Chiang Mai lebih lancar dan tidak pakai kegiatan isi formulir yang bikin stress.
Pagi-pagi, saya tanya Joe jam berapa jadwal pesawat kami pulang. Joe bilang jam 5.50 sore. Lalu kami pikir, kalau berangkat dari daerah kota jam 3 siang, masih santai lah tiba di bandara sekitar jam 4-an. Tapi kemarin, setelah selesai ambil paspor jam 2 siang, kami pikir ya lebih baik awal deh ke bandaranya, lebih baik awal daripada terlambat dan siapa tau kena macet.
Jalanan di Bangkok sudah cukup ramai, tapi memang belum semacet dulu. Mungkin juga karena kegiatan sekolah baru di mulai tanggal 1 Juli dan kami berangkat di jam sepi, perjalanan cukup lancar dan kami tiba di bandara Don Mueang sekitar jam setengah empat, padahal kami tidak masuk jalan tol.
Awalnya saya pikir, ah masih terlalu awal sampainya, belum bisa untuk drop bagasi. Supaya anak-anak tidak capek, saya suruh mereka duduk dulu dan saya pergi ke counter untuk drop bagasi (kami sudah check-in online sebelum berangkat). Sebelum bertanya ke petugas, saya buka dulu email yang dikirimkan Joe sebelumnya. Ketika melihatnya saya kaget, loh ini jam berangkatnya jam 4.35, bukan jam 5.50 seperti Joe bilang.