Minggu ini mau ikutan lagi meramaikan kegiatan tema tantangan menulis mingguan KLIP. Apalagi tema kali ini jelas sudah jawabannya. Alasan kuatku menulis sekarnag ini ya untuk setoran KLIP.
Untuk bisa konsisten menulis, kita harus punya strong why alias alasan yang kuat untuk menulis. Sebenarnya apapun bisa dituliskan, tapi yang jadi tantangan tentunya bagaimana menuliskannya supaya memenuhi persyaratan (misalnya jumlah kata tidak kurang dari sejumlah kata, dan isinya memenuhi topik yang diminta).
Bulan ini tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog adalah menuliskan resep masakan andalan. Sebagai yang tidak suka masak sampai pernah membuat situs berisi resep masakan pemalas untuk contekan, satu-satunya yang langsung terpikir sebagai resep andalan ya masakan dari telur.
Saya bersyukur kalau anak-anak dari kecil tidak ada yang alergi dengan telur. Sampai sekarang kalau susah makan, dengan adanya telur, anak-anak pasti makan.
Saya yakin, kebanyakan yang baca ini sudah pernah dengar arti peribahasa “Seperti api dalam sekam”. Kemunginan besar juga sudah paham banget apa artinya. Tapi buat yang baru dengar atau belum mengerti artinya, baiklah saya akan kutip lagi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Arti dari seperti api dalam sekam adalah:
Peribahasa hal-hal tidak baik yang tidak tampak
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Saya sudah belajar peribahasa itu sejak SD, tapi baru beberapa tahun lalu saya mempertanyakan emang seperti apa sih api dalam sekam itu? Eh, jangan diketawain, karena saya memang dulunya gak pernah tau apa itu sekam dan seperti apa api dalam sekam.
Tulisan ini buat orang yang mungkin seperti saya beberapa tahun lalu. Jadi biar benar-benar paham, kenapa ada peribahasa seperti api dalam sekam itu.
Peribahasa bahasa Jawa “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” ini diartikan sebagai Cinta hadir karena terbiasa. Sebelum kenal dengan Joe, saya sudah tahu dengan peribahasa ini (walaupun saya orang Batak). Tapi siapa sangka kalau saya malah menikah dengan orang Jawa dan mendapatkan pasangan setelah awalnya terbiasa dengannya.
Perkenalan saya dengan Joe juga dimulai dari terbiasa bersama-sama. Ceritanya dulu itu kami satu tempat kerja dan satu kelas juga waktu kuliah S2. Kebetulan juga, ada proyek di mana kami sama-sama terlibat di dalamnya yang membuat saya dan Joe mulai sering ngobrol.
Tapi tentunya pada saat itu, saya tidak terpikir sedikitpun bakal memiliki pasangan orang Jawa. Pada saat itu, saya mikirnya tidak mau repot nyari pacar beda suku, ntar kalau terlanjur sayang dan orangtua gak setuju karena beda suku kan repot. Tapi mungkin ini yang namanya bukan kita yang memilih cinta, tapi cinta yang memilih kita (minjem kata-kata dari mana ini, hehehe).
Joe dan saya lebih mengenal satu sama lain dimulai dari terbiasa makan siang bersama di bulan puasa (karena cuma kami berdua yang tidak puasa). Lalu kemudian kadang-kadang makan malam bersama sebelum pulang ke tempat kos masing-masing.
Setelah sering ngobrol tentang berbagai hal, termasuk membaca isi blog masing-masing, barulah kami memutuskan untuk lebih mengenal satu sama lain alias pacaran.
Apa yang membuat saya berubah pikiran dari tidak mencari pasangan beda suku jadi menerima Joe jadi pacar? Tentu saja karena saya merasa walaupun kami berbeda suku, tapi setelah sering bersama-sama dan ngobrol berbagai hal, saya merasa Joe itu pria ideal buat jadi pasangan saya.
Komunikasi adalah kunci. Bersama-sama kalau tidak berkomunikasi, ya sama saja tidak semakin mengenal. Jadi mungkin peribahasanya bisa ditambahkan cinta datang karena terbiasa dan terjalinnya komunikasi yang baik, atau kalau istilah jaman sekarang bilangnya harus nyambung ngobrolnya. Harus sefrekuensi juga.
Selamat Ulang Tahun Papa Joe
Tanggal 17 Mei 2021, Joe ulang tahun ke-41, tapi rambutnya udah hampir putih semua. Dia tidak mau cat rambut, karena katanya dia bangga dengan rambut putihnya. Rambut saya juga mulai memutih sebagian, tapi lebih banyak Joe, hehehe. Rambut putih itu mahkota, tanda diberi umur panjang katanya.
Walaupun Chiang Mai sudah masuk zona oranye dan bisa makan di restoran lagi, kami memilih untuk merayakan ulang tahunnya di rumah saja. Sebenarnya, sempat terpikir untuk ke mall dekat rumah dan makan di sana seperti tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, mengingat jumlah kasus covid-19 yang masih naik turun, lebih baik memilih amannya saja alias di rumah saja.
Karena udara di Chiang Mai masih sangat panas sampai sekarang, saat yang tepat untuk memesan kue es krim. Biasanya sih kami beli kue es krim ini hanya di saat ulang tahun Joshua di bulan Juni, tapi ya sesekali bapaknya ultahnya juga dibeliin kue es krim juga.
Setelah lama tidak membuka aplikasi pesan makanan online, hari ini buka aplikasi dan pesan online deh. Pilihan jatuh pada kue es krim rasa coklat yang coklat banget. Lumayan, ada promosi juga, jadi bisa sekalian beli kue yang agak besar. Anggap saja stok es krim untuk beberapa hari ke depan.
Seperti biasa, jumlah lilin terlalu banyak kalau harus memasang 41 lilin, jadi Jonathan memasang lilin dengan hitungan binner 101001 alias 32 + 8 + 1. Jadi jangan heran kalau di foto terlihat lilinnya tidak menyala semuanya.
Tahun ini Joshua paling semangat meniup lilin, sepertinya bulan depan bakal makan kue es krim lagi nih buat ulang tahun Joshua, hehehe. Apalagi kuenya rasa coklat, kegemarannya Joshua, makanya dia duduk paling depan dan paling semangat meniup lilin.
Selamat ulang tahun Papa Joe, semoga kita panjang umur dan tetap sehat dan walau sibuk dengan pekerjaan tetap mau main dengan anak-anak.
Semoga juga kita tetap sayang satu sama lain, dan karena sudah terbiasa makin sayang dan makin cinta. Tetap bisa ngobrolin berbagai hal-hal random (sampai anak-anak pun terkadang ikutan ngobrolin hal yang agak random juga hehehe).
Setelah beberapa minggu Chiang Mai dinyatakan Zona Merah karena kasus pasien Covid-19 meningkat, hari ini dinyatakan kalau Chiang Mai sudah kembali ke zona oranye.
Kalau saat zona merah semua restoran tidak diijinkan untuk makan di tempat dan hanya bisa take away, mulai hari ini restoran sudah boleh menerima pelanggan makan di tempat lagi. Tapi, beberapa restoran sepertinya memutuskan untuk tetap hanya menerima take away.
Hari ini, 13 Maret 2021, ada 2 hari besar keagamaan jatuh pada hari yang sama. Umat Muslim merayakan Idulfitri, sedangkan umat Kristiani Memperingati Kenaikan Isa Al-Masih.
Saya bayangkan kalau kondisi sedang tidak pandemi, pastilah lalu lintas di Indonesia sangat ramai di pagi hari. Sebagian besar sibuk untuk pergi sholat Ied, sebagian lagi pergi ibadah ke gereja. Lalu, pulang ibadah, semua akan saling mengunjungi.
Hari ini saya mau cerita kalau saya menjadi juara ke-3 dari kegiatan tantangan menulis bulan April 2021 bersama MamahGajahNgeblog. Sebagai deadliner yang sudah hampir memutuskan tidak ikutan tantangan, saya merasa pencapaian ini perlu dicatat di blog ini.
Topik Tantangan Menulis Bulanan
Bukan, catatan kemenangan hasil deadliner ini bukan mau membiasakan diri sebagai deadliner. Tapi untuk pengingat, seperti yang saya tulis juga sebelumnya, kalau “di mana ada kemauan, di situ ada jalan”.