Cerita pengalaman pentesting

Sudah beberapa tahun terakhir saya melakukan pentesting eksternal, menjadi freelancer melalui salah satu perusahaan security di Jakarta. Kali ini saya ingin menuliskan cerita pengalaman, dari mulai kenapa pentesting itu fun, dan beberapa pelajaran yang bisa dipetik (lesson learned) dari pekerjaan pentesting ini. Mengenai pembahasan apa itu pentesting dan serba-serbinya (terutama untuk orang yang ingin produknya ditest), bisa baca tulisan saya sebelumnya serba serbi pentest.

Berbagi ilmu bukan berarti saya sudah jagoan. Saya tidak merasa diri saya sangat jago, dan tidak merasa bahwa apa yang saya pentest pasti sudah aman. Tapi saya merasa ada beberapa hal yang saya tahu yang bisa saya bagikan. Sebagian pentester sangat pelit dengan ilmunya supaya kelihatan jagoan (padahal ilmu pentesting ya itu-itu aja).

Lanjutkan membaca “Cerita pengalaman pentesting”

Catatan Oprekan Liburan

Pulang ke Indonesia kali ini cukup lama dari tanggal 12 Desember 2018 dan baru masuk kerja besok, tanggal 7 Januari. Sebenarnya nggak banyak yang dioprek selama liburan ini, tapi ini sekedar jadi catatan, plus ada beberapa barang yang baru sampai ketika kami sedang di Depok yang siap dioprek bulan ini.

Liburan kali ini saya berusaha meminimasi bawaan, tapi tetap ingin bisa ngoprek hardware. Kali ini saya coba membawa Pi Zero W yang sudah diberi case USB, sehingga bisa langsung dicolok ke komputer untuk powernya. Saya juga sudah setup agar Pi Zero W-nya mengemulasikan USB Ethernet, jadi bisa langsung diakses dari komputer/laptop.

Ini saya pakai untuk iseng-iseng membaca data dari beberapa kartu NFC yang saya temui. Saat ini tidak ada temuan baru yang menarik.

Lanjutkan membaca “Catatan Oprekan Liburan”

Cerita Kehidupan part 1

Hari ini akhirnya manggil tukang pijet lagi ke rumah, sebenarnya pegal-pegal sisa perjalanan minggu lalu sudah hilang, tapi ya kalau dipijat kan biar tambah enak badannya hehehe. Ngobrol-ngobrol dengan tukang pijat merupakan salah satu kesempatan saya berlatih berbahasa Thai, karena dia gak bisa bahasa Inggris sama sekali.

Kami mengenalnya sudah lama, dari sejak saya ga bisa bahasa Thai sampai akhirnya bisa mengerti banyak mendengarkan ceritanya. Jadi kepikiran untuk menuliskan kisah kehidupannya. Sebenarnya yang bikin menarik dari kisah kehidupannya adalah, dia pernah diramal, katanya sepanjang hidupnya dia akan hidup susah dan harus bekerja keras. Coba bayangkan kalau udah tau duluan hidup bakal susah kira-kira reaksi kita bagaimana?

Lanjutkan membaca “Cerita Kehidupan part 1”

Belajar Bahasa

Buat kebanyakan orang di Indonesia, dari kecil mereka sudah bisa paling tidak dua bahasa: Bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya. Sebagai orang Batak Simalungun, saya cuma mengerti sedikit dan gak bisa bilang klaim saya bisa bahasa Simalungun. Bahasa yang digunakan di rumah itu ya bahasa Indonesia.

Bahasa Inggris

Bahasa pertama yang saya pelajari selain bahasa Indonesia itu bahasa Inggris. Saya ingat, sejak kelas 1 SMP saya ikut kursus belajar bahasa Inggris. Saya ikut kursus dekat rumah, seminggu 2 kali sekitar 2 jam.

Di kelas bahasa Inggris, pelajarannya di mulai dengan percakapan, lalu mulai diberi beban spelling, dictation dan grammar. Saya merasa kemampuan bahasa Inggris saya biasa-biasa saja walaupun waktu masa kuliah saya banyak juga membaca textbook dalam bahasa Inggris.

Lanjutkan membaca “Belajar Bahasa”

Topik Skripsi Jurusan Informatika

Saya masih sering dimintai konsultasi untuk  skripsi mahasiswa. Saya dengan senang hati akan membantu berbagai pertanyaan konkrit yang diajukan, tapi ada satu hal yang tidak akan saya berikan jawabannya: pak bisa minta topik skripsi?

Saya sendiri sudah lama tidak di dunia kampus. Berbagai pertanyaan ini sebagian dari orang yang dikenal di Internet, sebagian lagi karena dirujuk oleh para dosen saya dulu di ITB, teman-teman yang sekarang jadi dosen di berbagai universitas, dan juga adik saya yang juga dosen.

Sesekali jalan-jalan ke perpustakaan (foto lama perpustakaan ITB)
Lanjutkan membaca “Topik Skripsi Jurusan Informatika”

Hong Kong Trip: Disneyland Day 1

Tulisan ini merupakan bagian dari cerita jalan-jalan kami ke Hong Kong sejak 18 September – 23 September 2018.

Penerbangan Air Asia dari Chiang Mai ke Hong Kong hanya ada 1 kali sehari. Kami berangkat hari Selasa, 18 September jam 6 pagi dan tiba sekitar 9.30 waktu setempat (ada perbedaan waktu 1 jam antara Chiang Mai dan Hong Kong). Setelah urusan imigrasi yang antriannya sangat panjang dan ambil bagasi, kami naik taksi ke Disneyland Resort. Kami memesan Hotel Holywood Disneyland untuk 1 malam dan 2 hari Fun Day tiket plus sarapan untuk hari berikutnya secara online. Karena kami melakukan pemesanan hotel secara online dari situs resmi Disneyland Hong Kong dan melakukan checkin online kami mendapat upgrade kamar dari kelas Standard ke kelas Deluxe tanpa biaya tambahan.

Tips dalam memilih hotel dan paket tambahan di Disneyland hotel, ada berbagai promosi yang kalau ga diperhatikan dengan seksama malah jatuhnya jadi lebih mahal. Promosi juga berbeda-beda, ada promosi pembelian sebelum 21 hari, pembelian sebelum 7 hari dan pembelian sebelum 45 hari, pembelian untuk menginap 3 malam, dan lain-lain. Kami memakai promosi pembelian sebelum 21 hari. Paket sarapan atau makan malam juga merupakan pilihan terpisah yang bisa ditambahkan. Kami memilih paket sarapan, dengan pertimbangan hotelnya jauh dari minimarket dan atau restoran luar. Sekalian juga supaya memaksimalkan pengalaman tinggal di Disneyland Resort. Total pengeluaran kami  HKD 4,642.50 (sekitar 8.9 juta rupiah dengan kurs saat ini) untuk hotel semalam plus sarapan berempat, dan tiket Disneyland 2 hari.

Catatan buat kami ingat, hari Senin sore Jonathan makannya seperti tidak selera, kami sudah ingatkan supaya dia makan dan tetap sehat karena hari Jumat sebelumnya dia muntah-muntah tengah malam. Kami sempat kuatir ga bisa jadi berangkat kalau dia sakitnya tambah parah, apalagi dapat kabar soal topan Mangkut hari Sabtu di Hong Kong bikin hati makin kecut dan sempat kepikiran jangan-jangan kami harus batal berangkat nih. Hari Sabtu sampai Senin Jonathan sudah normal lagi dan baca berita Hong Kong mulai normal sejak hari Senin, jadi optimis bisa berangkat.

Pulang dari co-op senin sore saya sudah packing semuanya dan setelah makan malam kami berencana tidur awal karena harus berangkat dari rumah jam 4 pagi. Tengah malam, tau-tau saya dibangunkan Jonathan karena dia mengeluh sakit perut. Kali ini dia ga muntah-muntah tapi….diare! *sigh* setelah beberapa kali terbangun untuk ke toilet karena dia ga bisa tidur juga, akhirnya Jonathan pindah tidur ke ruang tamu sama papanya supaya ga bikin Joshua terbangun juga, sedangkan saya kebagian bebersih dan menemani Joshua. Setelah dioles minyak kayu putih dan diberi norit, Jonathan masih ke toilet beberapa kali lagi dan akhirnya dia bisa tidur beberapa jam sampai jam berangkat.

Karena sudah sempat ketiduran sejam lebih, saya malah ga bisa tidur lagi. Saya berusaha tidur, tutup mata dan rebahan, tapi ya kuatir kebablasan tidur walau udah set alarm, jadilah saya ga bisa tidur. Waktu saya mulai hampir tertidur, jam 2.30 Joshua mulai gelisah tidurnya, Joshua masih ngantuk dan berusaha tidur lagi, tapi mungkin dia juga merasakan kegelisahan saya yang ga bisa tidur lagi. Akhirnya saya ga tidur sama sekali sampai tiba di Hong Kong karena di pesawat Jonathan dan Joshua gantian tidurnya, jadi otomatis saya ga kebagian jatah tidur deh.

Di pesawat, karena sekarang kami berempat, kami ga bisa lagi duduk dalam 1 group yang sama. Waktu Joshua masih kecil dan bisa dipangku biasanya kami duduk bareng tapi sekarang Joshua sudah harus duduk sendiri. Joshua duduk di dekat jendela, saya di tengah supaya bisa bantu Joshua dan Jonathan, Jonathan di pinggir gang (supaya gampang kalau perlu ke toilet) dan Joe di belakangnya Joshua (dekat jendela juga). Waktu check-in online awalnya kami berniat ga beli kursi, tapi ternyata sistem AirAsia tidak mempertimbangkan anak kecil harus bersama-sama dengan orangtuanya. Anehnya malahan saya yang terpisah dari anak-anak. Kami beli kursi yang standard seat saja, tapi itupun ada beberapa kali hampir gagal beli kursi yang kami pilih. Karena kami udah sering mengalami gagal pilih kursi, Joe udah tau cara untuk memaksa sistem menerima pilihan kami.

Pemilihan kursi Joe di belakang Joshua ini cukup bagus, karena Joshua jadi senang main peek-a-boo sama papanya. Waktu saya harus bantu Jonathan ke toilet, Joshua juga bisa tenang main sama Joe. Untungnya karena Jonathan sudah bisa tidur beberapa jam, perutnya sudah tidak terlalu bergejolak dan hanya 2 kali ke toilet sebelum naik pesawat, dan di pesawat dia ke toilet cuma untuk pipis. Tapi dari pengalaman terbang kali ini, semakin yakin punya anak cukup 2 saja, soalnya kalau nambah 1 lagi bakal tambah repot pengaturan kursinya hehe.

Waktu resmi untuk check in hotel sebenernya dimulai jam 3 siang, tapi kami cukup beruntung karena kami bisa early check in. Jam 12 siang waktu Hongkong kami sudah bisa masuk kamar. Walaupun belum jam makan siang kalau ikutin perut Chiang Mai, kami memutuskan untuk snacking dulu sebelum ke Disneyland. Jonathan belum bisa makan banyak, tapi sudah lumayan selera dan ga ada perasaan mual. Joshua minta kokocrunch dan saya dan Joe ngabisin makanan yang udah dipesan di pesawat tapi ga jadi dimakan karena Joshua lebih memilih nasi ketan mangga daripada pasta yang kami pesan.

Setelah istirahat sekitar sejam lebih di kamar, kami memutuskan untuk mengunjungi Disneyland hari pertama. Dari Hotel ke tempat bermain disediakan shuttle. Ada 3 hotel yang bisa dipilih di Disneyland Resort, perbedaannya lebih lengkapnya dijelaskan di websitenya. Hotel yang kami pilih merupakan hotel yang termurah dan terdekat dari jalur Shuttle ke Disneyland. Naik shuttle cuma sebentar, kami liat ada tempat untuk titip koper sebelum masuk ke Disneylandnya. Di gerbang masuk mereka memeriksa tas sebelum cek tiket dan memasukkan finger print untuk orangtua. Disneyland menerapkan aturan larangan piknik di dalam lokasi Disney, tapi beberapa makanan minuman ringan yang kami bawa tetap diijinkan untuk dibawa masuk tanpa masalah. Mungkin yang ga boleh kalau kami bawa keranjang piknik besar ya hehehehe.

Waktu memesan tiket kami tidak tau kalau Disneyland sudah bersiap-siap dengan tema Haloween. Untungnya mereka haloweennya lebih ke pesta kostum dan sekedar hiasan pumpkin. Kami ga pernah ikut-ikutan acara haloween, jadi bisa dibilang anak-anak biasa aja sih dengan haloween ini. Setiba kami di dalam tempat bermain sedang ada parade. Tokoh-tokoh Disney menari-nari dan bernyanyi. Ada yang berlompat-lompatan. Anak-anak cukup terhibur melihatnya dan lagunya karena diulang-ulang, anak-anak jadi cepat bisa mengikutinya. Rasa kepanasan berjalan dari turun shuttle ke dalam terbayar sedikit. Dalam hati saya agak bertanya-tanya, mereka ga kepanasan ya pakai kostum tebal begitu. Trus kadang-kadang terpikir, kira-kira buat yang kerja di Disneyland ini ada rasa bosan ga ya, karena mereka harus tetap tersenyum walau capek keringatan menghibur tamu yang berkunjung.

Sewa stroller

Karena kami ga membawa stroller dari Chiang Mai, kami menyewa stroller di dalam Disneyland, selain supaya ga berat gendong juga supaya Joshua bisa tidur siang. Tapi ternyata strollernya agak kekecilan buat Joshua walau katanya bisa untuk anak sampai 25 kg (Joshua sekarang sekitar 21-22 kg). Awalnya Joshua gak mau duduk di stroller, tapi akhirnya dia mau juga, dan sesuai harapan dia bisa tidur di stroller. 

Disneyland HongKong menyediakan aplikasi yang bisa diinstal di HP android untuk mengetahui waktu tunggu setiap wahana permainan dan status apakah wahananya buka/tutup. Aplikasinya membutuhkan koneksi internet tentunya. Di banyak tempat di Hong Kong tersedia hotspot gratis termasuk di dalam Disneyland. Beberapa titik hotspotnya menghilang dan butuh untuk klik persetujuan lagi untuk terkoneksi ke WIFI nya. Koneksi wi-fi yang sering menghilang ini kadang agak menjengkelkan, terutama jadi ga bisa hatching telur Pokemon walau jalan sampai 14 ribu langkah.

Selesai melihat parade, kami mulai hunting ke wahana permainan. Jalanan yang pertama ditemui (Main Street, tempat parade) banyak toko-toko jualan. Saya sempat kepikir wah ini Disneyland atau pasar sih, isinya jualan semua dan mahal pula. Akhirnya kami memutuskan ke Adventure Land terlebih dahulu (ada beberapa theme di dalam Disneyland). Jalannya lumayan jauh rasanya, apalagi karena belum tau arah tujuan. Jonathan udah mengeluh karena matahari sangat terik juga. Jonathan bilang mau balik aja deh ke hotel. Karena Joshua ketiduran di stroller, saya suruh Joe dan Jonathan saja yang mencoba wahana pertama. Mereka mencoba permainan sejenis roller coaster (Big Grizzly Mountain Runaway Mine Cars) . Awalnya saya pikir Jonathan akan ketakutan, ternyata dia malah semangat cerita ke saya dan menyuruh saya mencoba juga. Jadilah gantian menjagain Joshua tidur giliran saya mencoba roller coasternya sendiri.

Setelah merasakan roller coaster, Jonathan berubah pikiran soal Disneyland, dia mulai bilang Disney is fun. Walau begitu, dia tetep komplain kalau jalannya jauh dan panas haha. Setelah naik wahana roller coaster grizzly bear, berikutnya kami naik carousel. Kali ini Joshua sudah bangun, jadi kami ber-4 naik ke carousel. 

Karena hari sangat panas, kami mencari permainan yang teduh. Selesai naik carousel kami mencoba masuk ke studio theater 4D. Awalnya anak-anak cukup bisa menikmati, Joshua malah berusaha memegang tokoh yang seolah-olah keluar dari layar. Tapi di akhir cerita ada bagian yang terlalu realistis seperti ada barang dilempar-lempar ke arah penonton dan Joshua sukses nangis hahaha. Udah bagus sih sebenernya, mengingat ada anak lain yang baru 2 menit film di mulai udah nangis dan sampai harus dibawa keluar oleh orangtuanya.

Selesai nonton theater 4D kami berputar sebentar di Fairy Tale Forest. Setelah itu kami lihat ada parade haloween di Main Street, kami nonton parade sekitar 30 menit dan tau-tau udah jam 5 sore aja. Karena merasa belum makan siang yang bener, kami memutuskan untuk makan siang dan malam di rangkap.

Starliner Diner

Di dalam Disneyland ada beberapa restoran, kami memilih makan di restoran dengan tema luar angkasa di Tomorrow Land. Selesai makan, udah sore aja dan karena udah capek kami memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, kami kembalikan stroller dan ambil uang lagi di ATM. Waktu tiba di Bandara, kami ga lihat ada atm, dan cuma liat money changer. Di money changer nilai tukar baht lebih jelek dibandingkan tarik tunai uang rupiah di ATM.

Kami membawa beberapa kotak susu buat Joshua, tadinya kata Joe bisa beli aja kalau kurang, eh ternyata di Disneyland kami ga menemukan sama sekali yang jual susu. Minuman botol juga cukup mahal, rata-rata 28 – 40 HKD (harga sama di semua tempat, termasuk juga di vending machine). Dari paketnya kami  dapet 4 kupon popcorn (yang cuma kami tukarkan 2 soalnya udara panas kurang enak makan popcorn, tambah haus).

Sampai hotel, ga nemu minimart yang jual susu atau minuman, adanya toko jualan cenderamata yang bergambar tokoh Disney. Tadinya mau beli untuk persediaan saja karena yang di bawa sudah mulai habis, tapi ya jadinya ga beli deh. Agak heran sebenarnya kenapa ga ada yang jual susu di Disneyland, tapi ga tahu juga mau nanya ke siapa hehehe.

Sampai hotel, kami mandi dan ganti baju tidur. Jonathan dan Joshua ga pake disuruh lama langsung tidur deh setelah main-main di bath tub. Di Disneyland hotel kita bisa pesan pembatas tempat tidur, jadi saya ga kuatir Joshua jatuh dari tempat tidur (di Chiang Mai kami gelar kasur di lantai sejak Joshua bayi.)

Berhubung ceritanya sudah panjang, sepertinya cerita Disneyland hari ke-2 harus dipost terpisah. Kesimpulan hari pertama: kalau ke Disneyland Hong Kong, siapkan perlengkapan topi, kacamata hitam dan sepatu/sendal yang nyaman untuk digunakan berjalan, karena kebanyakan tempat terbuka dan akan banyak berjalan. Kalau mau bawa payung juga bisa, tapi lebih repot dibandingkan topi dan kacamata hitam. Kalau anak masih minum susu, sebaiknya bawa daripada repot nyarinya. Oh ya, pakai lotion yang mengandung spf juga supaya kulit tidak gosong. Banyak minum/bawa botol minuman, di Hongkong Disneyland ada banyak tempat untuk minum air yang lokasinya biasanya berada dekat kamar mandi. Tapi entah kenapa di hari pertama, kami hanya ketemu 1 tempat untuk mengisi botol minum.

Text-to-Speech untuk mainan

Joshua sangat menyukai huruf dan angka. Di usianya sekarang (3 tahun) dia sangat suka alfabet. Dia bisa menyebut nama alfabet dalam bahasa Inggris dan Indonesia, bisa mengingat urutan alfabet  dari depan ke belakang dan sebaliknya, bisa menuliskan semua huruf besar dan kecil. Selain itu Joshua juga suka alfabet Thai, dalam sekitar 2 minggu dia sudah mengingat nama semua 44 konsonan dan cara menuliskannya.

Mainan ini bisa mengucapkan kata-kata tertentu, misalnya APPLE, BALL, dsb

Setelah suka alfabet, Joshua suka belajar membaca dan juga menulis, termasuk juga mengetik di komputer. Dia sangat senang dibelikan mainan tablet alfabet di atas. Mainan di atas disertai beberapa buku, di buku itu ada kata-kata yang bisa “diketikkan”, dan setelah selesai  kata itu akan diucapkan oleh tablet tersebut.

Lanjutkan membaca “Text-to-Speech untuk mainan”