Tentang Mendidik Emosi Anak

Dinamika setiap keluarga itu berbeda. Dalam setiap keluarga, semua orangtua yang saya kenal berusaha memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Seperti kebanyakan orangtua, kami juga terus menerus belajar bagaimana mendidik anak supaya nantinya mereka menjadi manusia yang berhasil. Berhasil di sini bukan berarti nilai sekolah bagus dan atau jadi orang berkecukupan secara materi, tapi tentunya juga berdoa supaya mereka menjadi orang yang punya pribadi dan karakter yang baik.

Kemarin dapat kesempatan ngobrol-ngobrol dengan orang yang sudah berpengalaman di bidang mendidik anak. Mendidik di sini bukan hanya bidang akademik, tapi juga termasuk bagian karakter dan pribadi (mental health). Beberapa hal supaya gak lupa akan saya tuliskan di sini.

Sebagai orangtua, kita sering membaca buku mengenai topik parenting dan membesarkan anak. Beberapa hal sebenarnya isinya sama saja, tapi gak semuanya juga bisa diterapkan karena ya semuanya kembali ke situasi kita juga. Dari berbagai hal yang mungkin berhasil diterapkan di satu keluarga, belum tentu berhasil di keluarga lain. Tapi yang terpenting itu kita punya garis besar dan terus belajar mengenali anggota keluarga kita.

Hubungan orangtua menjadi contoh pertama untuk anak

Hal pertama yang diingatkan untuk kita orangtua, kita harus mengenali pasangan kita dan tidak pelit dalam mengucapkan kata-kata positif seperti terimakasih, dan juga menyatakan rasa sayang kita. Menyatakan rasa sayang ini bisa dengan gesture, ataupun dengan kata-kata. Ucapkan I love you sesering mungkin dalam sehari, dan kalau bisa secara spesifik sebutkan hal apa yang membuat kita merasa perlu memberi apresiasi. Kasih sayang orangtua satu sama lain akan diperhatikan oleh anak, dan karena anak-anak itu mesin fotokopi dan memory pertamanya adalah memory emosi, mereka juga akan menjadi anak yang penuh kasih terhadap sesama.

Memory pertama anak berupa emosi/perasaan

Untuk anak sampai umur 5 tahun, mereka mengerti sekitarnya berdasarkan apa yang mereka rasakan. Mereka merasa senang, merasa diperhatikan, dan mereka akan mengingat apa yang mereka lakukan ketika mendapatkan perasaan itu. Hal ini contohnya adalah, kalau kita punya lebih dari 1 anak, ketika anak pertama merasa orangtua lebih memperhatikan anak yang kecil, si anak yang besar ini akan meniru kelakuan si adik karena berpikir itulah caranya untuk mendapatkan perhatian orangtuanya. Bahkan kadang-kadang, misalnya kita memarahi anak yang besar karena “nakal” ke adiknya, kemungkinan anak yang besar itu mengulangi kenakalannya ada, karena mereka merasa dimarahi itupun bentuk diperhatikan.

Berikan waktu khusus untuk anak secara rutin

Nah tips yang diberikan untuk mengatasi masalah begini jawabannya sudah jelas, harus ada waktu khusus untuk si anak besar tanpa kehadiran si adik. Berikan pengertian dalam bentuk pengalaman yang meberikan emosi positif ke si anak tersebut. Kalau sudah cukup besar, bisa sambil diberikan pengertian penjelasan mengenai posisi anak tersebut sebagai anak yang lebih besar dan berikan tanggungjawab sesuai dengan umurnya.

Teorinya gampang ya memberikan waktu khusus buat yang besar, tapi prakteknya kadang sulit apalagi misalnya kalau adiknya masih menyusui dan nempel terus sama ibunya. Nah di sini peran bapaknya diperlukan untuk lebih banyak memberikan perhatian buat si sulung. Waktu khusus yang diberikan ini tidak harus keluar rumah atau memakan waktu berjam-jam, bisa jadi setiap harinya 10 menit sebelum tidur, atau dipagi hari ajak anak bermain bersama. Kalau ada waktu libur, bisa juga sekali sebulan pergi berdua anak besar saja.

Pilih sekolah yang dekat dari rumah

Salah satu hal yang di diskusikan masalah memilih sekolah. Kita sebagai orang tua sering memilih sekolah yang kita anggap baik, tapi akhirnya jauh dari rumah. Disarankan, lebih baik memilih sekolah lokal yang dekat dari rumah, daripada memilih sekolah yang travel time nya saja pulang pergi sampai 1 jam lebih. Waktu untuk antar jemput anak itu bikin kita jadi orangtua lelah dan akhirnya semakin malas untuk berinteraksi dengan anak karena sudah lelah di jalan. Untuk anak yang masih usia muda, yang dibutuhkan dari sekolah itu adalah interaksi sosialnya. Misalnya sekolah dekat rumah ini dinilai kurang bagus akademiknya, tidak jadi masalah, karena akademik itu bisa selalu kita yang lengkapi di rumah.

Anak perlu punya waktu dan teman bermain rutin

Untuk anak homeschooling, masalahnya beda lagi. Masalah yang timbul biasanya karena anak tidak punya banyak kesempatan untuk interaksi dengan orang lain, akhirnya si anak akan terus menerus “mengetes” orangtuanya. Karena itu untuk anak homeschool, ada baiknya punya rutin untuk ketemu dengan anak-anak lain, dan lebih baik lagi kalau anak tersebut orang yang sama dan bisa menjalin persahabatan yang baik.

Untuk kegiatan di rumah, anak bisa diberi kesempatan bermain yang misalnya susah merapihkannya atau kotor secara rutin, misalnya sekali seminggu. Sebenarnya lebih baik kalau bisa tiap hari, tapi ya minimal ada jadwal sekali seminggu. Hal ini kebetulan baru kami terapkan juga, paling sedikit sekali seminggu anak-anak main di bak pasir dan main air. Lalu sekali seminggu di bawa ke tempat bermain yang tetap. Sekali seminggu anak di bawa jalan ke taman. Dan paling tidak sekali seminggu main ke mall hehehe.

Expose anak dengan banyak hal, beri penjelasan bila bertentangan dengan nilai dalam keluarga kita

Ada yang bertanya bagaimana menyikapi kalau teman anak di sekolah ada yang kelakuannya kurang baik, apakah kita perlu melarang anak kita berinteraksi dengan anak tersebut? Nah katanya anak itu perlu di ekspose dengan banyak hal, bukan cuma hal positif saja. Tidak apa-apa berteman dengan anak yang kita nilai kurang baik. Di situ anak diajarkan kalau dalam hidup ini tidak semua orang baik, tentunya kita tahu apa yang baik karena ada yang tidak baik. Lalu kita perlu menanamkan nilai apa yang baik dalam keluarga kita dan kenapa kita tidak melakukan hal yang menurut kita tidak baik itu.

Fase penting dalam mendidik emosi anak

Satu hal yang saya baru belajar, ternyata ada 3 fase yang penting dalam mendidik emosi anak: sampai dengan 5 tahun, anak belajar mengenai value keluarga kita berdasarkan apa yang kita contohkan. Anak akan ingat bagaimana perasaan dia terhadap sebuah hal yang terjadi dan memahami berdasarkan perasaan positif atau negatifnya.

Fase berikutnya 5 – 10 tahun, anak mulai bisa diberikan pengertian dengan lebih banyak penjelasan. Akan tetapi, mereka belum benar-benar bisa mengikuti 100 persen untuk melakukan apa yang dia tahu baik dan tidak baik. Di sini kita perlu mereinforce value yang sudah kita ajarkan di usia muda. Kalaupun memberi pilihan ke anak, haruslah ada batasan. Mungkin di sini fase diberi kebebasan dalam batasan yang jelas. Ekspektasi terhadap anak harus jelas, karena anak belum bisa memutuskan sendiri.

Fase berikutnya 10-15 tahun, anak mulai dilatih untuk lebih bertanggung jawab dengan setiap tindakannya. Karena anak setelah 15 tahun bisa jadi tidak tinggal dengan orang tua lagi, maka anak perlu mengerti kalau dia perlu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (misalnya bangun jam berapa kalau mau ke sekolah jam berapa).

Haduh tulisannya agak random ya, mudah-mudahan yang baca bisa mengerti dan siapa tahu ada yang mau share juga mengenai masalah mendidik anak ini.

Pahami Emoji dan Singkatan Sebelum Memakai

Evolusi gaya berkomunikasi merupakan salah satu hal yang belakangan ini semakin bikin saya sering membaca sebuah pesan berkali-kali sebelum membalasnya. Sejak jaman e-mail dan forum, ada banyak sekali singkatan dipakai. Dulu saya menyimpan forward e-mail yang berisikan penjelasan dari kebanyakan singkatan tersebut, lama-lama sebagian besar singkatan yang digunakan saya akhirnya ingat dan tanpa sadar sering menggunakannya juga.

Di jaman text messaging, mengetik dengan keyboard di handphone yang bukan qwerty sungguh membutuhkan waktu, keterbatasan jumlah karakter dalam 1 pesan juga membuat banyak orang jadi kreatif memakai berbagai singkatan dalam pesannya. Bahkan, kadang-kadang, untuk bisa mengirim pesan lebih banyak, beberapa orang menghilangkan spasi dan menggantikan spasi dengan cara memulai setiap kata baru dengan huruf besar. CthTlsnYgMnclSprtIniBsBcGa? Hahaha kesannya jadi kayak ngirim telegram jaman dulu saja ya.

Sekarang terjadi lagi pergeseran, handphone sudah punya keyboard lengkap qwerty dan tidak ada pembatasan karakter untuk mengirimkan pesan, orang-orang mulai memakai emoticon dan emoji untuk memberikan emosi dari tulisannya. Selain emoticon dan emoji, kadang bisa juga dengan memakai semua huruf kapital sebagai tanda sedang berteriak/berseru. Contoh pemakaian gaya komunikasi sekarang sebagai berikut:

percakapan antara 👧 dan 🧑

🧑: OMG LAMA BANGET SIH !!! 😠😠😠

👧: Maaf, masih macet, udah otw nih 😓🚖

Contoh percakapan di atas, antara seorang wanita dan pria, yang pria sudah marah karena menunggu lama si wanita. Si Wanita minta maaf dengan menunjukkan emosi udah buru-buru kok , tapi masih di taksi. Kira-kira begitulah contoh penjelasan sekarang ini. Masalahnya pemakaian emoji ini bisa muncul berbeda di layar penerima kalau mereka tidak menginstall font yang sama. Lalu muncullah stiker selain emoji.

Dulu saya senang dengan adanya emoticon ini, tapi yang paling sering saya pakai cuma senyum, ketawa, ngantuk atau pakai kacamata menunjukkan serius 🤓 atau sok cool 😎. Sekarang ini bukan cuma emoticon biasa, tapi juga banyak yang berupa gambar bergerak dan terus terang saya kurang suka memakainya karena mencarinya saja butuh waktu lama. Salah satu alasan lain saya malas pakai juga karena saya tidak selalu mengerti makna gambarnya. Bahkan kalau ada yg post menggunakan emoji, saya abaikan gambarnya dan baca pesannya saja.

Salah satu emoji yang sekarang sering dipakai kalau malas ngetik ok adalah jempol begini 👍 tapi ada juga yang salah kaprah memakai jempol ke bawah untuk ok , lalu memakai 🙏 untuk menyatakan terimakasih.

Kalau di FB biasanya setelah saling berkomen, kalau ga mau menjawab panjang lebar, orang hanya pencet like. Penggunaan like ini sudah mewakili dibaca dan disukai atau dibaca dan ga akan dibalas lagi, tapi bisa juga setelah dilike tandanya dibaca, di bawahnya masih di balas lagi.

Dari emoticon jadi emoji jadi sticker dan gambar bergerak .gif ataupun meme. Semua ini sudah menjadi pengganti kalimat-kalimat yang biasanya harus dituliskan dalam interaksi online. Bahasa tulisan ini cenderung mudah salah paham, karena beda meletakkan tanda baca saja bisa berbeda makna, belum lagi ada kemungkinan salah ketik/typo.

Kalau saya malah sering salah ketik kelupaan menambahkan kata “tidak” jadi maknanya berbeda sekali. Hal ini terjadi karena kalimat yang sudah terpikir di kepala dan tangan kalah cepat mengetiknya, lalu mata tidak membaca ulang kalimat yang sudah dituliskan. Hal ini bisa terjadi kalau lagi terburu-buru. Dalam interaksi online, kebanyakan orang sudah tidak memakai tanda baca yang dianjurkan buku tatabahasa. Untuk tulisan status sosmed atau percakapan di halaman chat, hal ini memang tidak perlu terlalu jadi masalah asalkan sama-sama mengerti. Tapi walaupun begitu, pemakaian emoji tertentu bisa beda banget artiya.

Kita perlu hati-hati dalam menggunakan emoji, kalau gak yakin artinya, mungkin ada baiknya gak usah pake gambar macem-macem. Contoh emoji yang sering salah pemakaiannya yaitu gambar yang ini: 💩💩💩. Kira-kira itu maksudnya orangnya kayak lagi sumpah serapah/ngomong jorok atau malah bagi-bagi coklat/icecream? Kalau menurut wikipedia, emoji itu berupa Pile of Poop.

screen capture dari internet

Sekarang ini, emoji itu juga ada di background FB, jadi hati-hati jangan sampai gunakan background itu terlalu sering, kecuali emang mau menunjukan perasaan jijik/ngomong jorok? Jangan nanti jadi seperti detektif Sherlock Holmes di film Elementary.

What’s on your mind? Poop or Chocolate IceCream?

Chiang Mai Crafts Week 2019

Hari ini 7 Februari sampai dengan hari Minggu, 10 Februari 2019, sedang berlangsung acara pameran kerajinan tangan di Chiang Mai (Chiang Mai Crafts Weeks). Tahun ini merupakan tahun ke -4 diadakannya acara ini. Saya yang walau sudah lama ga main benang dan jarum, sejak pameran tahun ke-2 menyempatkan melihat-lihat. Harapannya sih supaya mendapat motivasi memegang jarum dan benang lagi, dan mengingat harta karun yang sudah 8 tahun ini tidak disentuh.

Denah acara tahun ini, terlihat lebih banyak dari tahun sebelumnya

Pameran hari ini mengambil tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Lokasinya cukup dekat dari rumah. Kebetulan hari ini Jonathan ada les 2 jam dan Joshua bisa tidur siang lebih awal, jadi Joshua saya tinggal di rumah sama mbak, dan saya bisa deh melihat-lihat pameran ini dengan tenang tanpa gangguan anak-anak seperti di tahun-tahun sebelumnya.

Entah karena tahun ini saya bisa lihat santai, atau memang event ini tambah banyak peminat, rasanya orang yang berpartisipasi membuka booth lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pengaturan lokasi pameran juga lebih teratur. Yang terasa kurang cuma tempat parkirnya saja. Mungkin karena saya datang di hari pertama, saya pikir yang datang masih akan sedikit, karena toh kami datang di saat jam kerja. Eh dugaan saya salah, malah tadi hampir ga kebagian parkir karena banyak juga loh yang datang siang-siang begini.

Apa saja yang dipamerkan? Kerajinan tangan dari benang dan jarum berupa sulaman, jahitan, quilt, knit dan crochet, recycle bag dan juga leather. Selain itu ada juga glass beads dan marble painting. Hampir setiap booth menawarkan paket workshop, sayangnya ga ada free workshop, jadi tadi saya ga ikutan workshop apapun karena waktunya gak sempat juga.

Melihat benang dan peralatan craft yang dijual di sana, saya jadi ingat dengan tumpukan harta karun yang sekarang ini buat mengaksesnya saja sulit. Tapi ya karena sudah punya, semua yang tadi saya lihat di sanapun masih membuat saya merasakan spark joy hahahaha. Mudah-mudahan tahun ini bisa kembali berkarya dengan benang dan jarum nih.

Mencari Informasi Produk/Jasa di Internet

Tadi di salah satu FB group expat di Chiang Mai ada yang minta rekomendasi tempat servis Lenovo yang rusak. Jadi teringat beberapa waktu lalu, di tempat ngebenerin HP Xiaomi selain tempat servis resmi Xiaomi juga menerima beberapa brand lain. Saya ingat waktu itu saya bertanya dan salah satu brandnya ya Lenovo. Saya masih ingat waktu itu nemu tempatnya dari mencari di internet, dan ingat juga kalau tempat itu ada websitenya. Jadi tadi nyari dulu di Google Maps untuk mencari informasi websitenya, terus membuka websitenya untuk memastikan mereka menerima servis Lenovo juga. Setelah yakin informasinya benar, baru saya jawab pertanyaan di group.

Sekarang ini, sejak adanya internet, mencari informasi untuk membeli sesuatu ataupun jasa perbaikan jadi jauh lebih mudah. Kalau dulu mungkin kita mendapatkan informasi dari koran, dari orang lain dan mungkin harus kembali ke toko tempat membeli untuk bertanya terlebih dahulu. Sekarang ini, kita bisa google dahulu kalau malas nanya ke orang. Tapi banyak juga orang yang lebih suka nanya langsung di group komunitas yang diikuti.

Kalau dari pengalaman, daripada nanya di group yang kadang-kadang belum tentu ada yang jawab, lebih cepat cari di google aja. Dari google, kalau beruntung langsung ketemu website tempat yang dicari, tapi kadang-kadang bisa juga ketemu percakapan dalam forum yang menyebut nama sebuah tempat. Lalu kita harus mencari tau lebih lanjut lagi berdasarkan nama itu untuk mencari tahu informasi kontak, lokasi dan jam operasionalnya misalnya.

Kami pernah di sini mencari dokter THT yang bisa berbahasa Inggris dan buka sore hari, hasil pencarian hanya menemukan namanya saja disebut-sebut di berbagai forum. Berikutnya kami google lagi namanya dan ketemulah informasi klinik dan nomor teleponnya. Selanjutnya daripada salah, biasanya saya menelpon ke nomor yang saya dapatkan, untuk memastikan jam buka tempat tersebut.

Sekarang ini kebanyakan tempat yang menyediakan jasa ataupun produk, menyediakan informasi yang cukup di internet. Kadang hanya berupa listing nama toko dan nomor teleponnya saja, tapi ada juga yang membuat halaman website dengan informasi yang lebih lengkap. Paling sering dijumpai sekarang ini, hampir semua tempat berusaha memiliki halaman Facebook. Di sana mereka mencantumkan nomor telepon, jam operasional dan peta ke lokasinya.

Saya ingat, dulu, untuk membeli handphone atau gadget, kami selalu datang ke banyak toko satu persatu dan bertanya panjang lebar. Kadang-kadang informasi yang diberikan berbeda dengan apa yang dibaca. Sekarang ini kalau mau beli gadget, baca dulu spesifikasinya di internet, baca reviewnya dan juga cari tahu range harganya. Waktu ke toko, udah gak pake banyak tanya, tunjuk barang, bayar dan pastikan ada garansi dan bawa pulang deh hehehe. Beberapa kali malah kalau lihat perbedaan harga beli offline dan online cukup signifikan, kami akan memilih untuk beli online saja (dengan catatan produk tersebut punya garansi walau beli online).

Waktu mau jalan-jalan ke luar kota, mencari informasi penginapan juga lewat internet. Masalahnya terkadang, di sini banyak tempat yang menyediakan informasi dalam bahasa Thai saja. Kalau sudah begini, saya lebih suka langsung telepon saja (masih lebih susah baca daripada ngomong soalnya). Kadang-kadang membaca review berbagai tempat bikin pusing juga, tapi memang kalau pergi ke tempat yang reviewnya bagus, belum pernah kecewa.

Kesimpulannya, di jaman sekarang ini internet sudah jadi bagian dari keseharian kita dalam mencari dan berbagi informasi. Kalau kita mau toko/usaha kita dikenal orang, kita harus menyediakan informasinya juga di internet. Minimal sediakan informasi kontak dan kalau berupa toko ya berikan jam operasional dan peta lokasinya. Jangankan barang jualan, sekarang ini nyari informasi soal sekolahan (terutama uang sekolahnya) orangtua pada umumnya mencari di internet dulu sebelum survey ke lokasi. Kalau ada yang mereview tempat usaha kita, ya sebaiknya kita balas. Kalau ada yang komplain ya diusahakan diperbaiki.

Kadang jadi bertanya-tanya, nanti di masa depan akan seperti apa lagi ya. Sekarang ini semua informasi bisa di dapat dengan mudah di internet asal kita tahu kata kuncinya. Kalau malas mikirin kata kunci, ya akhirnya paling gampang memang bertanya di forum-forum yang ada, lalu duduk manis menunggu jawaban hehehe.

Polusi di Chiang Mai

Sejak beberapa tahun terakhir ini, setiap bulan Februari sampai dengan April, ada tingkat polusi yang cukup tinggi di Chiang Mai. Setiap tahunnya, polusi ini tidak bisa diprediksi walaupun pemerintah Thailand sudah berupaya untuk menguranginya. Asal polusi udara ini awalnya dari para petani yang membakar sisa panen dan mempersiapkan lahannya untuk ditanam kembali.

Biasanya setelah musim hujan berakhir dan memasuki musim dingin, semua sisa panen itu sudah kering. Cara cepat membersihkan sisa panen ya dibakar. Tapi ada juga yang malah membakar hutan untuk membuka lahan baru. Salah satu yang jadi penyebab lagi, ketika membakar untuk membuka lahan baru malah membuat kebakaran hutan yang tidak terkendali.

Status kadar polusi di Chiang Mai hari ini

Dalam kurun waktu 2 bulan, website yang paling sering dikunjungi itu ya website ini. Biasanya kalau tingkat polusinya sudah berwarna merah, orang-orang mulai memakai masker N95 keluar rumah, memilih tinggal di rumah saja, menutup semua pintu dan jendela dan memasang filter udara di rumah. Pemandangan ke arah pegunungan yang biasanya terlihat cerah juga mulai terhalang asap putih. Kalau lagi parah, jarak pandang lagi nyetir juga agak terganggu.

Biasanya, di musim polusi ini akan banyak yang mengalami gangguan pernapasan. Musim polusi di saat suhu udara sedang beralih dari musim dingin ke musim panas juga membuat tubuh rentan sakit. Biasanya dalam 2 bulan ini, kami mempersedikit kegiatan jalan-jalan di luar kecuali tingkat polusinya tidak dalam range merah.

Tahun ini polusinya datang lebih awal, masih akhir Januari angka polusinya sempat agak tinggi. Pendatang baru mulai resah, kalau kami yang sudah lama di sini sudah gak resah lagi karena sudah punya sensor buat ngecek kadar polusi di rumah berapa dan juga filter udara untuk setiap ruangan. Kami udah gak merasa perlu panik seperti masa awal kami mengetahui soal polusi ini. Kalau kadarnya tinggi, ya tinggal tutup semua pintu dan jendela dan nyalakan filter udara. Filter udara juga sudah punya beberapa versi, baik yang DIY maupun yang kami beli sejak Jonathan masih kecil.

Beberapa kali, dalam musim polusi saya batuk parah juga sih, tapi gak musim polusi, kalau saya mulai batuk ya biasanya emang parah hehehe. Paling sering batuk itu kalau harinya lagi ekstrim suhu udaranya. Misalnya pagi dingin 14 derajat, siangnya panas sampai 35 derajat, eh malah drop lagi ke 21 derajat celcius. Hari ini dan 10 hari ke depan harus jaga kesehatan baik-baik nih, soalnya suhunya kira-kira rangenya cukup ekstrim begini.

Prediksi temperatur 10 hari ke depan

Untungnya, waktu oppung datang, udara sejauh ini baik-baik saja dan kami semoga tetap sehat-sehat saja. Hari juga kadarnya masih tidak membahayakan walaupun sudah mulai masuk warna kuning. Biasanya saya cuma ingat warnanya saja, kalau udaranya bersih ya warna hijau, lalu mulai kuning, orange dan merah. Kalau sudah merah berarti kadarnya sudah masuk ke tingkat yang berbahaya.

Biasanya, bulan Februari sampai sebelum Songkran, banyak keluarga yang travelling ke luar dari Thailand atau sekedar ke Bangkok atau ke daerah lebih selatan lagi (Phuket atau sekitar pantai di sana). Keluarga homeschooling yang umumnya jadwalnya fleksible akan memilih tidak tinggal di Chiang Mai daripada harus menghirup udara polusi. Tahun ini tapi entah kenapa Bangkok juga tingkat polusinya malah lebih parah dari Chiang Mai, dan kabarnya ini juga karena sumbangan asap dari kenderaan bermotor dan polusi dari pabrik di sekitar Bangkok.

Kalau ada keluarga yang mau ke Chiang Mai mengunjungi kami di antara Feb – April ini, biasanya kami beri peringatan dulu sebelumnnya dan menyarankan kalau bisa ganti tanggal lain. Tapi sebenarnya, pemerintah Thailand selalu berusaha menanggulangi supaya tingkat polusinya tidak sampai membahayakan warganya. Misalnya mereka mengeluarkan larangan membakar sampah ataupun sisa hasil panen selama sekian puluh hari, dan kalau ada yang ketahuan membakar kita bisa laporkan dan mereka akan di denda cukup besar.

Pemerintah setempat juga mengupayakan membuat hujan buatan. Biasanya, udara akan lebih bersih setelah hujan deras. Beberapa tahun belakangan ini, karena musim hujannya tidak terlalu banyak hujan, kadang-kadang memasuki musim panas akan ada hari di mana tiba-tiba hujan deras. Setiap kali ada hujan deras di tengah musim polusi, rasanya bersyukur banget, karena setidaknya tingkat polusinya akan membaik dan bisa menghirup udara bersih.

Jadi, sekali lagi sebagia informasi, kalau merencanakan liburan ke Chiang Mai ataupun Bangkok, jangan lupa mempertimbangkan faktor polusi udara ini juga. Gak perlu kuatir berlebihan juga sih, tapi kalau memang sensitif terhadap polusi udara, lebih baik datangnya ketika udaranya bersih dan suhu udaranya tidak terlalu panas. Paling ideal emang datangnya bulan Desember atau Januari saja. Kalau mau lihat festival bunga, ya mau tak mau datangnya minggu pertama Februari dan biasanya saat itu polusi udaranya belum parah jadi masih bisa menikmati melihat bunga yang indah.

Dalam setahun, musim polusi ini salah satu musim yang kurang nyaman untuk tinggal di Chiang Mai. Mudah-mudahan, tahun ini polusi udaranya tidak terlalu parah dan di masa yang akan datang ditemukan cara supaya tidak ada polusi udara seperti ini lagi di Chiang Mai dan sekitarnya.

Jalan-jalan itu…

Pepatah berkata: jauh berjalan banyak dlihat, lama hidup banyak dirasai. Gak berasa sudah hampir sebulan mama saya liburan di Chiang Mai dan dengan alasan ada mama saya, kami juga jadi banyak berjalan-jalan melihat ini dan itu diseputar Chiang Mai. Beberapa tempat sebenarnya sudah pernah dikunjungi oppung sebelumnya, tapi kami juga mencari alasan untuk mengunjungi beberapa tempat yang jarang kami kunjungi dan belum pernah dikunjungi oppung sebelumnya.

Jalan-jalan bawa anak-anak itu gak selalu mudah, apalagi kalau anaknya masih belum ngerti diajak foto dan lebih suka bagian jalannya doang dan seperti gak kenal capek. Dipikir-pikir untuk anak-anak, pergi ke tempat baru dan pergi ke tempat yang mereka sudah biasa datangi tidak terlalu berbeda, tapi kalau saya perhatikan, di tempat yang baru mereka lebih aktif dan lebih tak kenal capek, rasa ingin tahu masih tinggi, jadi ya mungkin pengen tahu di mana ujung jalannya hehehe.

Untuk anak berumur 8 tahun, mungkin sudah lebih mudah. Misalnya waktu diberitahu fakta soal bunga Sakura hanya berkembang 2 minggu dalam setahun dan hanya ada ketika musim dingin, fakta itu jadi diingat dan menjadi seperti pengetahuan baru untuk dia. Pengalaman melihat bunganya mungkin biasa saja, tapi kalau ditanya bunganya warna apa, pasti dia ingat. Tapi kalau diajak foto dengan latar bunga-bunga, atau ketika jalan di canopy walk dengan latar belakang dinding kaca bening, ya tetap aja susah buat mendapatkan foto yang bagus.

Sejak teknologi HP makin canggih dan kamera di HP juga makin bagus, sepertinya jalan-jalan itu merupakan kegiatan foto-foto. Masalah apakah fotonya akan dipamerkan atau cuma untuk dilihat kembali sebagai bagian dari memory itu masalah berikutnya. Rasanya memang ingatan kita ini sudah terbatas dan tentunya lebih mudah kalau mengingat suatu peristiwa itu dilengkapi dengan foto-foto.

Jadi nanti mungkin pepatahnya bisa diganti dengan jauh berjalan banyak ambil foto untuk dilihat-lihat kemudian hari jadi kenangan dan bisa mengingat kembali apa yang pernah dirasakan hehehhe.

Me Time Ngapain Aja?

Kemarin di salah satu grup ibu-ibu, saya membaca salah seorang bertanya: apakah ada kelas yang diikuti oleh para ibu, baik itu kelas untuk olahraga ataupun kelas untuk belajar sesuatu. Ini pertanyaan yang jarang sekali muncul dalam grup ibu-ibu. Biasanya pertanyaan yang muncul itu di mana tempat anak umur sekian belajar musik, gambar, sepakbola, dll. Pertanyaan lain juga seputar sekolah yang bagus dengan sekian banyak kriteria yang diinginkan oleh si ibu.

Kalau diingat-ingat, setiap kali saya cerita kalau saya menghomeschool anak-anak, pertanyaan yang paling sering muncul adalah: gimana ijazahnya nanti? dan pertanyaan yang juga lebih sering lagi muncul adalah: gimana sosialisasinya nanti? Tapi gak pernah ada yang bertanya gimana kehidupan sosial ibunya nanti?

Pernah juga baca artikel, kalau katanya jadi ibu homeschooler itu beratnya adalah gak punya lingkungan sosial. Kalau anak dikirim ke sekolah, paling tidak kita punya waktu buat berkegiatan dan di sana pasti punya komunitas sosial, paling tidak ada kumpulan orangtua murid. Nah kalau jadi ibu homeschooler, udah pasti waktunya dipakai buat ngajar anak di rumah, anter anak les yang cuma sebentar doang sehingga gak sempat berkegiatan untuk diri sendiri dan juga pastinya gak ada komunitas orangtua murid.

Saya gak pernah merasa gak punya komunitas, sampai saya baca artikel itu hahaha. Lalu saya berpikir: astaga, ternyata komunitas saya memang sangat sedikit di dunia nyata. Sebagian besar komunitas saya itu adanya online (WA Group dan FB Group). Dan komunitas di online itupun buat saya kadang kurang personal karena sebagian besar belum pernah ketemu secara langsung.

Kembali ke judul, akhirnya dari 1 pertanyaan saya jadi bertanya-tanya ke diri sendiri. Gimana caranya supaya saya bisa punya komunitas dan punya me-time? Dan jawabannya adalah…mencari komunitas homeschooler yang anak-anaknya seumuran dengan anak saya. Mencari komunitas homeschooler di Chiang Mai tidak sulit, yang sulit itu mencari yang hobi dan jadwalnya sama dengan anak-anak saya.

Belakangan ini, saya ketemu satu tempat yang menerima anak-anak homeschooler berumur 3 – 10 tahun 4 kali seminggu. Anak-anak diberikan aktivitas dan juga tentunya bermain bersama dan ada waktu untuk mengerjakan pekerjaan yang di bawa dari rumah dibantu oleh guru di sana. Tentu saja, saya sangat senang ketemu tempat seperti ini, karena artinya Jona dan Joshua bisa di bawa ke sana dan saya bisa punya waktu untuk diri saya sendiri yay. Eh tapi, saya tidak bawa mereka ke sana 4 kali seminggu, karena toh sabtu dan minggu itu waktu buat keluarga jalan-jalan bersama. Sekali dalam seminggu itu dah cukup buat saya hehehe.

Nah terus, kembali ke pertanyaan di paragraph pertama. Kegiatan apa yang bisa untuk ibu-ibu? Sebenarnya ada banyak yang ingin saya lakukan, saya bisa berenang sekali seminggu, dan saya juga dulu rajin merajut dan belajar menjahit walau akhirnya gak jago menjahit. Kalau berenang bisa sendiri, tapi main benang ini rasanya lebih seru kalau ada temannya. Rencananya saya mau gabung dengan komunitas crafter di Chiang Mai sini, tapi entahlah apakah masih bisa merajut nih, rasanya jari-jari udah kaku lama gak sentuh jarum rajutan hahaha.

Kalau ada waktu lebih, sebenarnya saya masih pingin melanjutkan kursus membaca bahasa Thai. Entah kenapa, kalau gak ikutan kelas, kemampuan baca bahasa Thai saya kayak gak maju-maju dan bahkan cenderung mengalami kemunduran karena gak pernah dipakai. Dari dulu juga sudah belajar baca bahasa Thai, dan setiap kali ikut kelas baru ada kemajuan yang berarti. Tiap ikut kelas, tiba-tiba seperti dapat pencerahan dan semakin mengerti hehehe. Mungkin harusnya cari buku untuk dikerjakan juga seperti kurikulum homeschoolnya Jonathan ya.

Nah sekarang saya mau tanya, kalau kamu punya waktu untuk diri sendiri dari jam 9 pagi sampai jam 3 siang, kira-kira kegiatan apa yang akan kamu lakukan? Jangan bilang me-timenya nonton KDrama atau ngabisin serial di Netflix ya hahahaha.