Jonathan dan Global Art

Jonathan dari kecil gak suka mewarnai. Dari dulu kalau menggambar juga ya suka asal-asal saja. Sejak homeschooling, karena saya tidak sabar ajarin teknik gambar warna ataupun yang mengarah ke art, saya daftarkan Jonathan ikutan kelas di Global Art dekat rumah.

Global Art ini franchise international, mereka punya program yang cukup jelas step by stepnya. Tiap level ada buku kerja untuk muridnya, di akhir level anak akan diberi semacam test kecil dan diberi laporan ke orangtua. Sejak ikutan kelas di sana, Jonathan sudah menyelesaikan 2 buku (1 buku kira-kira 10 gambar), dan sekarang sudah hampir menyelesaikan buku ke – 3.

Tujuan saya masukkan Jonathan ke Global Art untuk menjadi bagian dari homeschoolnya karena saya tidak bisa mengajar art. Awalnya saya pikir masa sih mewarnai saja harus dilesin? tapi ternyata setelah sekian lama saya bisa lihat kalau lesnya gak sekedar mewarnai. Ada teknik mewarnai mulai dari menggunakan crayon, pensil warna, cat air dan kadang-kadang ada selingan kelas handicraft juga.

Lanjutkan membaca “Jonathan dan Global Art”

Fishing Game

Mainan ini umurnya udah 6 tahun (dari april 2013), dulunya dibelikan sama temennya Joe buat Jonathan. Waktu itu Jonathan masih berumur 2 tahunan dan mainan ini untuk anak 3 tahun ke atas. Nah kebetulan, sebelum ke Bandung kami sudah beli mainan serupa yang lebih kecil di Depok, tapi karena mainan ini lebih besar, tentunya kami bawa ke Chiang Mai dan masih awet sampai sekarang dan bisa dimainkan sama Joshua juga.

bisa main bareng

Dulunya, mainan ini banyak saya simpan, sesekali dikeluarkan dan setiap dikeluarkan dimainkan sampai baterenya habis. Setelah batere habis, karena gak ada suaranya Jonathan bosan. Sebelum ikan-ikannya hilang, saya rapihkan dan simpan kembali ke dalam kotaknya dan masukkan lemari hahaha.

Setelah ada Joshua, mainan ini sudah beberapa kali dikeluarkan juga. Jonathan juga masih suka memainkannya. Waktu Joshua masih kecil banget, dia senang mendengarkan musiknya dan kebanyakan Jonathan dan papanya yang main pancing-pancing ikan. Mainan ini gak terlalu mudah dimainkan, karena harus nunggu ikannya terbuka mulutnya baru bisa dipancing. Tapi mainan ini cukup seru karena kadang-kadang sudah kepancing eh lepas lagi. Mainan ini bisa dimainkan sampai 30 menitan, sebelum akhirnya bosan dan beralih ke mainan lain.

jangan buang kotaknya, supaya mainannya tidak ada yang hilang

Setelah 6 tahun, karena kami kadang-kadang lupa mengeluarkan baterenya ketika menyimpan, tempat baterenya mulai berkarat. Setelah dibersihkan sama Joe, masih bisa dimainkan dan berjalan dengan baik. Ikan-ikannya juga masih utuh jumlahnya, walau kadang-kadang mulut ikannya ada yang gampang lepas, tapi ya masih bisa dipasang kembali. Pancingnya dari 4 sekarang tersisa 2, sepertinya ada yang patah dan ada juga yang dibuang-buang dan waktu membereskan gak ketemu jadi ya masih ada 2 masih bisa main berdua, jadi cukuplah.

Sekarang ini, Jonathan dan Joshua kadang berebutan juga mainnya. Tapi karena ini mainan untuk 3 tahun ke atas, saya kasih pengertian ke Jonathan kalau ini bukan mainan Jonathan lagi tapi udah jadi mainan Joshua. Untungnya Jonathan mau ngerti dan mungkin dia senang juga dianggap anak besar. Kalau mereka mulai rusuh dan gak mau akur, mainannya saya simpan.

Setelah bosan mancing, biasanya Joshua mulai memainkannya dengan menyusun ikan-ikannya menjadi huruf-huruf. Joshua memang sangat rajin menyusun semua benda jadi huruf dan angka. Tapi biasanya dia akan membiarkan mainannya berbunyi, dan dia sibuk menyusun dari A sampai Z, lalu angka sampai bosan.

apapun mainannya, pasti disusun jadi huruf sama Joshua

Kadang-kadang mereka ingat untuk mematikan mainannya, tapi ya untungnya bunyi mainan ini tidak terlalu kencang. Baterenya memakai batere kecil AAA 3 biji. Sekali ganti batere, mainan ini bisa dimainkan sekitar seminggu. Setelah seminggu saya simpan dan keluar lagi kalau dicariin hehehe.

Mainan ini cukup bagus untuk melatih kesabaran memancing. Tapi kalau gak sabar memancing, ya bisa juga kayak Joshua dipakai untuk menyusun huruf, angka dan bentuk-bentuk. Dulu saya pakai juga untuk mengenalkan warna dan menghitung jumlah ikan yang berhasil dipancing. Ada yang anaknya punya mainan ini? kira-kira anaknya suka mainkannya seperti apa?

Curhat Potty Training

Tiap anak berbeda, tapi ada timeline yang bisa jadi garis besar untuk perkembangan tiap anak. Katanya gak baik membanding-bandingkan anak, tapi ya mau tak mau, punya anak 2 secara gak langsung jadilah membandingkan. Dulu potty training Jonathan juga ga mudah, tapi sebelum 3,5 tahun Jonathan sudah bisa dinyatakan lulus potty training. Setelah agak besar pernah sekali dua kali insiden terutama kalau dia kecapean dan gak ke toilet dulu sebelum tidur, tapi ya masih dalam batas wajar, karena dalam setahun gak lebih dari 3 kali insidennya terjadi.

Sekarang Joshua 3 tahun 8 bulan, tapi masih pakai popok :(. Awalnya sih mikirnya ya santai aja, ada teori baru, anak-anak itu gak perlu di potty train, ntar juga dia akan mengerti dan bisa ngerti untuk ke toilet. Tapi karena badan Joshua cukup besar untuk umurnya, semakin susah mencari popok untuk ukuran dia. Maka kamipun memutuskan waktunya untuk mengajari Joshua ke toilet.

Banyak teori terkait bagaimana cara membawa ke toilet dan kapan waktunya memulai potty train, tapi yang paling penting adalah membawa anak secara rutin dan mengerti apa itu pipis dan di mana tempatnya. Persoalan saat ini adalah: setiap kami bawa ke toilet, Joshua belum pernah mau pipis. Kadang-kadang bangun di pagi hari popoknya masih kering, di bawa langsung ke toilet, tetep aja gak pipis. Mungkin ini juga karena Joshua malas minum, jadi ya memang belum terasa pipis dan gak bisa memaksakan pipis.

Sekarang ini, akhirnya kami memakaikan celana biasa kalau di rumah, dengan resiko kalau dia kepipisan ya basah dan harus ngepel, dan hanya memakaikan popok kalau pergi. Belakangan dia mulai terlihat kayak orang kebelet pipis sambil pegang-pegang gitu, tapi sejauh ini di bawa ke toilet gak pernah mau jadi pipis, malah maunya main-main air. Terus tak lama setelah pasang celana lagi, baru deh dia pipis (dan harus ngepel huhuhu).

Masalah dia jarang minum juga masih harus dipikirkan gimana supaya dia suka minum. Dia suka minum, susu dan semua yang manis, tapi rasanya gak mungkin kan kalau dia dikasih minuman manis terus menerus. Jadi ya sekarang ini harus super sabar saja sampai dia mengerti dan bisa kasih tau dia butuh ke toilet.

Katanya orang-orang, emang lebih susah melatih anak laki-laki untuk potty train. Ya untungnya ini anak ke-2, jadi kami lebih sabar juga sih karena udah punya pengalaman sebelumnya. Tulisan ini juga sekedar jadi catatan buat ingat kapan kami memulai melatih Joshua ke toilet. Di masa depan kalau baca tulisan ini dan masa ini sudah berlalu, tentunya bisa berbagi tips lebih banyak.

Siapa yang lagi melatih anak ke toilet juga? semangat ya ibu-ibu dan bapak-bapak! Oh ya, para bapak, bantuin istri juga ya kalau latih anak ke toilet, apalagi kalau anaknya laki-laki.

Homeschool atau Kirim Anak ke Sekolah?

Kami pernah mengirim Jonathan ke sekolah selama 3 tahun sebelum akhirnya memutuskan menghomeschool Jonathan selama 1,5 tahun terakhir ini. Saya ingat, hari pertama kami mulai mantap menghomeschool ketika kami mulai menggunakan kurikulum dari CLE. Akhir Agustus 2017, Jonathan sering sakit, susah tidur cepat dan berakibat masih ngantuk waktu bangun dan di sekolah sering ketiduran. Di sekolah, Jonathan akhirnya lebih sering tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

Awal memutuskan homeschool, saya sangat khawatir kalau kami jadi terlena dan tidak mengajarkan apapun ke Jonathan, apalagi saya masih belum menemukan kurikulum yang akan kami pakai. Saya khawatir terlalu santai, dan tahu-tahu waktu berlalu tanpa Jona belajar apapun.

Saya sempat sedikit khawatir masalah apakah saya akan kuat secara mental untuk tidak marah-marah kalau Jonathan tidak mengerjakan tugasnya. saya nggak kuatir masalah tidak bisa mengajarkannya atau Jonathan tidak mengerti, saya lebih khawatir Jonathan tidak mau mendengar saya atau menolak mengerjakan pekerjaan sekolahnya.

Lanjutkan membaca “Homeschool atau Kirim Anak ke Sekolah?”

Cerita Jaman Kos

Sebelum tidur, Jonathan suka meminta diceritakan mengenai suatu hal dari masa lalu. Setelah mendapatkan cerita mengenai masa kuliah papanya dan mengenal istilah rumah kos, dia sekarang pengen dengar cerita dari saya juga. Dipikir-pikir, kalau dulu orangtua saya bercerita soal masa dulu waktu mereka sekolah, saya sering ga terbayang kira-kira apa yang akan saya ceritakan ke anak cucu saya. Ternyata dari sejak jaman masih kuliah sampai sekarang, sudah banyak hal-hal yang berbeda sekali dengan yang dialami Jonathan sekarang.

Saya ingat, waktu kost pertama dan ke-4, dapurnya itu gak ada yang namanya kompor gas kayak jaman sekarang. Yang disediakan dari tempat kost hanya kompor minyak tanah pakai sumbu, yang untuk meyalakannya saja butuh waktu dan kalau gak hati-hati pancinya gampang gosong.

Waktu kost pertama, saya dibelikan mama saya kompor gas kecil yang tabungnya bisa dibeli di minimarket, tapi tergolong mahal kalau sering-sering dipakai. Kompor itu dipakai untuk masak indomie saja kalau saya pingin sarapan Indomie. Saya lupa kompor itu akhirnya saya bawa ke Jakarta ke kakak saya atau ke Medan. Kompor jenis itu masih ada sampai sekarang dan biasanya digunakan kalau orang-orang mau kemping saja.

Kompor minyak dari tempat kost disediakan minyaknya sama ibu kost dan dibersihkan sama pembantunya ibu kost. Kami menggunakannya biasanya buat masak air kalau mau mandi air hangat. Pernah suatu kali pulang ospek penuh lumpur, saya harus menunggu air agak panas dulu sebelum mandi padahal itu sudah jam 2 dinihari. Untuk langsung tidur tanpa membersihkan badan bukanlah suatu pilihan. Nah tapi saya ingat juga, besoknya saya bablas ketiduran karena udah enaklah ya badan bersih tidur berselimut hangat. Alarm jam berbentuk ayam yang berkokok tak mampu membangunkan saya walaupun terletak di sebelah saya hahaha. Saya kebangun jam 10 pagi!, dan teman-teman kost saya pada protes karena si alarm ayam berkokok selama 30 menit dan saya tak bangun juga hahaha, mereka pikir saya gak di rumah dan cuma lupa mematikan setelan alarm.

Saya pindah kost beberapa kali di Bandung, saya ingat di kost ke-2 dan ke-3 kami punya kompor gas yang isi tabung gasnya kami beli secara patungan. Tapi walau udah ada kompor gas, ya tetap aja ya, kebanyakan dipakai buat masak indomie atau buat mandi air hangat haahaha. Kost-kostan ke-3 kembali lagi pakai kompor minyak tanah. Saya tadi sampai harus mencari video di YouTube untuk menjelaskan ke Jonathan soal bagaimana menyalakan kompor minyak tanah dan bedanya dengan kompor yang digunakan sekarang.

Jadi setelah bercerita bahwa dulu mama gak semudah sekarang buat menyalakan kompor, saya juga bercerita kalau mesin pemanas air itu bukan hal yang selalu ada di Indonesia seperti di sini. Eh tau-tau dia bergeser pertanyaan ke mesin cuci. Kapan mama pertama kali punya mesin cuci?

Jadilah teringat lagi, kalau dulu itu, walaupun waktu tinggal di rumah orangtua saya ada mesin cuci, tapi di kost-kostan itu tidak ada yang namanya mesin cuci. Kalau masih ada uang saku lebih, paling bayar ekstra untuk mencari mbak yang mencucikan dan menyetrika baju. Kadang-kadang di tempat kost ada yang membatasi sehari hanya boleh mencuci 2 potong pakaian. Ada juga yang bebas berapa banyak tapi bayarnya langsung ke mbaknya. Tapi ada juga tempat kost yang gak ada mbaknya. Jadi ada masa di mana saya mencuci baju sendiri manual!. Untungnya sejak jaman kuliah saya gak punya banyak baju berbahan jeans yang berat-berat, jadi urusan mencuci tergolong enteng.

Saya tahu di banyak tempat mencuci manual itu masih merupakan preferensi banyak orang, tapi kalau sekarang ini saya harus mencuci baju 4 orang tanpa mesin, rasanya udah kebayang pengen nangis karena bakal lama selesainya dan juga kapan keringnya hehehe. Memang ya, kalau kita udah terbiasa dengan teknologi, kembali melakukan hal manual itu kerasa jadi berat, padahal kalau dilakukan mungkin aja gak seberat itu (eh tapi saya ogah ah nyuci manual hahaha).

Ceritanya jadi kemana-mana, tapi memang begitu kalau Jonathan sudah mulai bertanya, bisa gak ada habisnya. Biasanya saya yang harus menyudahi ceritanya dan suruh dia ingat menanyakan lanjutannya di kemudian hari kalau memang masih penasaran. Tapi dari bertahun-tahun hidup sebagai anak kost, ada banyak hal yang gak bisa saya lakukan seandainya saya ga pernah dilatih dari rumah. Mana mungkin tiba-tiba saya bisa menyetrika atau tahu memisahkan mencuci baju luntur dan tidak luntur kalau nggak pernah diberitahu/disuruh kerja sama mama saya. Memang ada kemungkinan beberapa lifeskill bisa dipelajari kemudian dari video yang ada di YouTube, tapi rasanya bersyukur aja dari rumah sudah diajari melakukan berbagai hal, sehingga waktu jadi anak kost bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mencuci baju dan menyetrika.

Saya gak tau apa lagi kemajuan yang akan terjadi di masa Jonathan besar nanti, tapi sepertinya dia perlu juga diajari beberapa keahlian untuk mengurus dirinya sendiri. Siapa tahu nanti dia jadi anak kost juga kalau kuliahnya gak tinggal di kota yang sama dengan kami. Karena saya dan Joe sama-sama jadi anak kost setelah masa kuliah, kami juga mengajarkan ke anak-anak kalau mereka juga harus bisa mengurus dirinya sendiri nantinya setelah umur kuliah.

Joshua, Huruf dan Angka

Sejak berumur 2,5 tahun, Joshua sudah tertarik dengan huruf-huruf dan angka. Dia sudah berusaha menulis ABC di white board, dan menyanyikan lagu ABC sebelum tertidur. Sekarang ini di umur 3 tahun 8 bulan, dia sudah bisa menuliskan alphabet dengan lancar dan menyebutkan namanya dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Dia juga menghapal 44 huruf Thai dan ingat urutannya (saya aja belum bisa). Selain huruf, dia juga menghapal angka dan bisa menghitung 1 sampai 100 (dan sekarang tertarik meneruskan menghitung sampai beberapa ratus).

Saya dan Joe tidak pernah secara khusus mengajari dia untuk mengenal huruf dan angka, menulis ataupun membaca. Tapi karena dia menunjukkan ketertarikan dan selalu bertanya dan meminta kami memberi contoh, ya tentunya kami menjawab keingintahuannya. Metode belajar Joshua biasanya dia akan meminta kami berkali-kali menyebutkan nama dari huruf dan urutannya, meminta diputarkan lagunya, dan tau-tau dia akan berusaha menuliskannya sambil meminta konfirmasi apakah yang dia lakukan sudah benar.

Lanjutkan membaca “Joshua, Huruf dan Angka”

Joshua dan Piano

Joshua sekarang ini berumur 3 tahun 8 bulan. Sejak dulu keliatan punya ketertarikan dengan alat musik. Tapi karena dia belum lancar komunikasinya jadi belum bisa juga dikursusin piano. Beberapa waktu lalu saya iseng ngajarin dia lagu dari buku piano waktu awal belajar piano, cuma pakai 3 key hitam doang. Nah ternyata, dia bisa ingat dan mengulang-ulang lagu itu walaupun masih pake 1 jari saja.

Gaya serius kayak udah jagoan main piano

Setelah dia berkali-kali mainkan lagu yang sama, saya iseng lagi, kenalin dia untuk bisa do-re-mi-fa-so-la-si-do terus dari situ mundur lagi do-si-la-sol-fa-mi-re-do. Nah gak pake lama, dia bisa ingat juga. Kadang-kadang dia suka main asal-asal, terus mulai secara random dan setelah ketemu nada do, dia tau untuk nerusin sampai do tinggi dan kembali lagi ke do tersebut.

Lanjutkan membaca “Joshua dan Piano”