Saya bersyukur kalau mengajarkan matematika ke Jonathan itu mudah sekali. Dengan kurikulum yang kami pakai, seringkali saya tidak harus menjelaskan apa-apa. Jonathan bisa membaca sendiri dan mengerti dengan baik. Dia bisa mengerjakan soal latihan tanpa kesulitan. Kadang-kadang saya sampai berpikir, jangan-jangan kurikulumnya terlalu mudah?
Sebagai gambaran, pelajaran matematika ini dikerjakan 1 unit per-hari, dan dalam seminggu kami mengerjakan 4 pelajaran. Dalam 1 buku, ada 16 pelajaran yang komposisinya 4 pelajaran lalu 1 quiz, 4 pelajaran berikutnya lalu 1 quiz lagi, 4 pelajaran lalu pelajaran ke 15 review, dan pelajaran ke 16 berupa Test dari keseluruhan buku.
Jonathan sekarang kelas 3, ini contoh pelajaran kurikulum yang kami pakai: buku ke-8 (dari 10), pelajaran ke-6. Pelajaran ini sudah sangat jelas sehingga saya gak perlu menambahkan penjelasan apa-apa lagi.
Setiap harinya, ada flashcard yang berganti-ganti, perkalian ataupun penjumlahan. Selain itu ada speed drill. Latihan mengerjakan penjumlahan atau pengurangan atau perkalian dan nantinya juga pembagian sederhana. Menyelesaikan 36 persoalan dalam waktu 1 menit sebanyak-banyaknya.
Akhirnya, hujan yang ditunggu datang juga. Walaupun cuma gerimis kecil dan tidak terlalu lama. Tapi cukup membawa angin segar dan harapan positif dari warga kota ini.
Sejak Februari pertengahan, kadar polusi mulai naik turun. Puncaknya beberapa hari lalu kabut asapnya makin tebal dan kebanyakan orang sudah terkena berbagai efek samping dari polusi. Mulai dari mata pedih, sakit tenggorokan, sesak napas, batuk-batuk, migrain dan bahkan ada yang seperti alergi kulit gatal-gatal.
Efek musim polusi biasanya posting di group lokal sini hampir setiap hari ada yang mengeluhkan kenapa tidak ada tindakan dari yang berwenang. Ada juga yang mengeluhkan kenapa banyak yang mengeluh soal polusi, kalau gak suka kan bisa pergi dari kota ini.
Berbagai reaksi muncul ke permukaan, walaupun ada juga beberapa posting positif membagikan tips-tips tetap sehat di musim polusi, atau berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan polusi di ruangan rumah. Mulai dari memasang filter, meanmabahkan filter di AC, menanam tanaman tertentu dan juga memasang aroma terapi.
Hari ini, sekitar pukul 9 tadi, hampir semua bersorak sorai gembira di sosial media seolah berseru HORE HUJAAAAAN!!! Posting saya ini juga bentuk lain dari kegembiraan turunnya hujan, walaupun masih merasa kurang banyak hujannya.
Karena melihat begitu banyak yang gembira dengan datangnya hujan, saya jadi teringat percakapan saya dan teman saya di kala SMA. Dari sejak dulu saya menyukai aroma hujan, tepatnya saya suka ketika tanah terkena tetesan air hujan dan debu-debupun berkurang.
Waktu itu teman saya mengeluh karena hujan dan tidak membawa payung. Padahal setelah itu, dia jadi dapat tebengan diantar pulang oleh seseorang yang menyukainya. Saya bilang ke teman saya: hujan itu bawa berkat, liat saja kamu malah jadi dianterin pulang kan, lalu diapun tersipu malu gak bisa mendebat lagi.
Saya suka hujan, karena banyak hal bisa diingat ketika ada hujan. Saya ingat, pertama kali datang ke Chiang Mai sering kena hujan dadakan tiba-tiba. Hujan yang bukan cuma gerimis tapi super deras dan hanya bertahan 5 menit. Hujan yang kalau kita lagi jemur cucian dan gak ingat mindahin sebenernya bakal ngeselin hahaha.
Saya ingat juga, pernah lagi naik motor sama Joe, waktu itu masih pacaran, eh tiba-tiba hujan deras, padahal udah dikiiiit lagi sampai tujuan. Alhasil, karena mikir ah tanggung tinggal dikit lagi, kami gak minggir buat buka jas hujan, dan ya pastinya basah kuyup. Tapi jadi ada memory manis di bawah rintik hujan hahahha.
Kemarin baru menyelesaikan nonton kdrama Goblin. Di film itu juga digambarkan, hujan itu biasanya ada hubungannya dengan keresahan hati si Goblin. Trus temen saya bercerita, ada loh yang abis nonton Goblin jadi baper tiap liat hujan turun. Tuh kan bukti lagi kalau hujan itu memorable hehehe.
Beberapa scene romantis yang memorable di kdrama juga berkaitan dengan hujan dan payung. Ayo buat penggemar kdrama, pasti bisa sebutkan 5 kdrama yang ada payung dan hujannya.
Haduh jadi kemana-mana deh ngomongin hujan. Tulisan ini juga buat mencatat kapan hujan turun di Chiang Mai, buat referensi tahun-tahun berikutnya ketika mengamati pola polusi di Chiang Mai.
Siapa yang tidak suka hujan? saya rasa lebih banyak orang yang suka hujan daripada yang tidak suka hujan. Walaupun mungkin banyak juga yang suka hujan dengan catatan tertentu (asal punya payung), asal gak sepanjang hari, asal gak berhari-hari sampai bikin cucian gak kering dan alasan lainnya.
Hujan itu bawa berkat, hujan itu bawa inspirasi, hujan itu menyejukkan hati. Kalau punya memory di bawah rintik hujan, silakan berbagi di komentar ya 🙂
Seperti halnya di Indonesia, air keran di Chiang Mai tidak bisa langsung di minum. Kalau dulu, sebelum musim air dalam galon atau air kemasan, kami memasak air keran sampai mendidih, lalu didinginkan untuk jadi air minum.
Sejak tinggal di Chiang Mai, kami tidak pernah memasak air keran. Di sini praktek yang umumnya dilakukan orang adalah membeli air minum, baik itu kemasan galon isi ulang, atau membeli filter air untuk dipasang di keran air.
Awalnya dulu, kami membeli air dalam botol 5 literan, tapi tentunya terasa mahal, karena minum air itu butuhya banyak. Akhirnya kami beralih ke air botol dalam galon besar. Harga air dalam galon di sini bervariasi mulai dari 18 baht/galon sampai 30 an baht/galon. Air kemasan galon ini bukan seperti merk Aqua yang klaimnya air mineral, tapi merupakan air yang sudah difilter oleh perusahaan yang menjual air minum. Biasanya filter yang dilakukan menggunakan reverse osmosis (RO) .
Selain membeli kemasan air dalam botol kemasan 5 literan, Pilihan untuk air minum yang lebih ekonomis ada 3:
Membeli sendiri filter system dipasang dirumah
Mengisi ulang ke vending mesin RO yang tersedia di banyak tempat
Berlangganan isi ulang air yang sudah difilter diantar ke rumah setiap minggunya.
Masing-masing pilihan ini ada plus minusnya. Kalau membeli sendiri filter RO tentunya mahal, pilihannya akhirnya jatuh ke filter level berikutnya. Misalnya filter merk pure berikut ini:
Filter air ini ada berbagai jenis, harganya juga bervariasi. Setiap beberapa bulan filternya harus diganti. Ada yang 3 tabung, atau 4 tabung atau plus sinar uv. Kami pernah membeli filter begini untuk dipasang di rumah, tapi entah kenapa saya tetap gak yakin untuk meminumnya, apalagi karena saya orangnya kurang rajin mengingat sudah berapa bulan dan filter tabung mana yang harus diganti. Harga ganti tabung filternya juga tidak murah, tapi pilihan ini praktis asal ingat untuk ganti filter secara berkala.
Mengisi ulang ke mesin RO sebenarnya cukup murah, dengan 20 baht kita bisa mengisi 1 galon besar. Kalau seminggu kebutuhan memakai 3 galon berarti seminggu cukup 60 baht untuk membeli air. Tapi piihan mengisi ulang ke vending machine itu repot hehehe, dan terlalu berat kalau saya yang melakukannya sendiri.
Pilihan kami saat ini adalah mengisi ulang botol kemasan dengan mobil yang datang mengantarkan ke rumah sekali seminggu. Ada banyak perusahaan yang menyediakan jasa isi ulang air minum yang sudah di filter ini, botol kemasannya juga banyak pilihan. Biasanya pertama kali kita diminta untuk “membeli” dengan botolnya, lalu berikutnya tinggal membeli air isi ulangnya saja. Botol bisa dikembalikan ke mereka kalau kita berhenti berlangganan.
Dari beberapa tahun di Chiang Mai, kami sudah berganti rumah beberapa kali, dan tiap berganti rumah akhirnya berganti langganan air minumnya juga. Sekarang ini kami berlangganan dari perusahaan DewDrop, salah satu yang menyediakan kemasan botol yang bening dan botol kaca.
Umumnya perusahaan air minum lain menjual minuman kemasan dalam botol berwarna putih. Harganya juga lebih murah. Sekarang ini untuk mengisi botol kaca (12 botol) harganya 35 baht, sedangkan mengisi galon bening harganya 30 baht.
Satu hal sangat berasa bedanya dengan air galon di Indonesia adalah, di sini mereka tidak menyediakan tissue basah untuk lap botolnya. Jadi ya, kita lap aja sendiri pakai kain kita yang bersih.
Satu produk yang kami bawa dari Indonesia untuk memudahkan menuang air galon ke dispenser bikin tukang antar air kami terkagum-kagum. Tutup botol ini saya gak tahu sebutannya apa di Indonesia, tapi dulu saya memang bawa dari Indonesia dan tidak menemukannya di Thailand sini.
Waktu terakhir pulang ke Depok, kami melihat kalau sekarang sudah ada dispenser yang tidak perlu mengangkat galon ke atas, tapi cukup disimpan di laci bawahnya saja. Entah kapan dispenser model begitu masuk ke Thailand, tapi sepertinya kalau ada bisa lebih praktis supaya gak harus repot waktu tukar galon.
Tinggal di Chiang Mai itu menyenangkan, asal gak ada musim polusi. Kemarin dan hari ini, merupakan hari dimana kadar polusinya paling tinggi selama kami di Chiang Mai, dan mudah-mudahan gak ada lagi yang lebih tinggi di kemudian hari.
Kemarin pagi, melihat keluar saja terasa banget kabut pekat. Sinar matahari terhalang asap. Waktu keluar rumah, terasa seperti ada tetangga lagi bakar sampah. Cek di website, wah diatas 300, udah level hazardous. Cek pakai sensor yang kami punya, wah ternyata diatas 500!. Pantesan bangun pagi tenggorokan yang dari kemrin mulai terasa gatal semakin parah.
Saya gak tahu persisnya kenapa tiba-tiba kemarin polusinya meninggi. Saya belum dapat berita persisnya, tapi biasanya kalau sampai tinggi begini karena ada kebakaran hutan. Musim panas yang sangat kering membuat hutan cenderung mudah terbakar. Beberapa tahun lalu biasanya yang terjadi ada yang membakar sisa ladang, lalu ada juga yang membuka lahan di hutan untuk bertanam jamur, lalu tanpa sengaja menyebabkan kebakaran hutan.
Sebenarnya pemerintah Thailand sudah mengeluarkan larangan dan menerapkan denda untuk siapa yang ketahuan membakar sisa panen sejak 1 Maret sampai 31 Maret, tapi sepertinya orang-orang nekat bakarnya malam-malam sembunyi-sembunyi. Kabarnya juga, asap ini gak sepenuhnya dari kota di utara Thailand, tapi juga sebagian dari negara tetangga di utara Thailand.
Untungnya sudah punya filter udara. Tutup semua pintu dan jendela dan nyalakan semua filter. Supaya efektif, saya usahakan filter bekerja di ruangan yang kecil saja. Jonathan ada ujian taekwondo kemarin, jadi Joe dan Jonathan mau tak mau harus ke mall.
Di mobil, kami juga punya filter udara, dulunya filter udara ini dapat gratis waktu beli filter besar 8 tahun lalu, dan berasa sekali kegunaanya kalau lagi polusi begini. Lokasi taekwondo Jonathan itu di mall, memang mall itu indoor, tapi karena di mall tidak ada filter udara, banyak orang di dalam mall tetap pakai masker penutup hidung.
Mask yang disarankan untuk menghadapi polusi saat ini itu harus yang bisa memfilter PM2.5, jadi bukan sekedar mask biasa. Joe sudah beberapa hari ini pakai setiap jalan ke kantor karena dia sempat batuk parah.
Saya dan anak-anak biasanya cuek, dan akhirnya memutuskan membeli mask untuk Jonathan pakai di mall. Sebenarnya harga mask nya gak mahal, yang Joe beli harganya 150 baht dan cukup bagus, tapi ya makai mask itu tidak nyaman. Jonathan sudah cukup besar untuk diberi pengertian tetap memakai mask walau tidak nyaman, tapi Joshua sampai sekarang gak suka disuruh pakai mask, jadi memang lebih aman untuk di rumah saja.
Seperti kata teman saya, asap ini asalnya pasti karena ada api, walau tidak tau apinya dari mana, saya bersyukur sore hari ini walau belum ada hujan tapi ada angin yang cukup untuk membuat kadar polusi jauh berkurang di bawah 100.
Joshua yang sudah bosan selama berhari-hari gak boleh main di luar rumah, sejak pagi beberapa kali sudah pengen main di luar. Setelah cek kadar polusi pm2.5 hanya sekitar 60, kami pun ijinkan dia main di luar.
Banyak orang asing di Chiang Mai yang selama ini merasa Chiang Mai sangat menyenangkan, langsung berubah pikiran ingin pindah saja dan kembali ke negerinya masing-masing. Tapi kalau kami sih sejauh ini masih gak merasa kecut dengan polusi begini. Yang penting siapkan perlengkapan menghadapi polusi, toh polusinya gak sepanjang tahun.
Tahun ini, Joshua dan Joe sudah duluan batuk pilek sejak beberapa minggu lalu, saya baru kena minggu ini dan kalau liat di memory facebook saya selalu tumbangnya tanggal segini ini. Tahun ini mudah-mudahan Jonathan tetap sehat, sejauh ini dia yang paling sehat di antara kami ber-4.
Harapannya 2 hari ini merupakan puncak polusi, dan setelah ini hujan turun, atau angin kencang dan polusi segera berlalu. Saya ingat sejak beberapa tahun lalu, menjelang akhir Maret akan ada hujan beberapa hari, dan awal April udara berangsur-angsur semakin bersih dan semua kembali normal.
Tulisan ini juga buat mengingat lagi, tahun-tahun berikutnya sebaiknya tanggal segini pergi liburan dari Chiang Mai mengungsi dari polusi hehehe. Kalau pembaca ada yang niat jalan-jalan ke Chiang Mai juga supaya tahu, jangan datang di musim polusi ke Chiang Mai (sekitar Februari pertengahan sampai awal April).
Posting ini cuma mau mendokumentasikan beberapa cara Joshua bermain dengan angka, supaya ingat kapan dia semakin mengenal angka. Semua ini mau-maunya dia saja dan gak pernah kami suruh, jadi dia memang kreatif kalau mau belajar sesuatu bisa menemukan caranya sendiri.
Sekarang ini Joshua sudah lancar berhitung sampai beberapa ratus, bahkan menghitung mundur dari 100 kembali ke nol juga dia sering lakukan dengan sabar (saya yang ga sabar nungguin dia ngitung mundur hehehe).
Oh ya, Joshua paling lancar menghitung dalam bahasa Inggris. Tapi juga dia bisa berhitung sampai 20 dalam bahasa Indonesia dan Thailand. Beberapa waktu lalu dia mulai mempelajari menghitung dalam bahasa Mandarin sampai 10, dan waktu saya belajar angka dalam bahasa Korea, dia juga ikutan menghitung dalam bahasa Korea sampai 20, hehehe.
Joshua saat ini berumur 3 tahun 9 bulan. Dia sudah bisa berhitung sampai 100 dari beberapa bulan yang lalu, saya lupa persisnya. Setiap kali dia sedang semangat dengan 1 hal, dia akan mengulang-ulang hal yang sama setiap harinya sampai dia merasa menguasai hal tersebut atau ada hal lain yang lebih menantang buat dia.
Setelah beberapa waktu lalu dia berusaha menghapal tabel perkalian, dia kembali lagi tertarik dengan angka. Kali ini dia punya hobi baru, main playdough. Cetakan playdoughnya ada angka dan huruf, entah kenapa dia cuma mau bikin angka saja. Saya coba tawarkan, mau bikin a b c, dia bilang nggak, mau angka saja.
Sudah beberapa hari ini dia dengan tekun main playdough bikin angka 0 sampai 10, lalu diteruskan sampai beberapa belas. Awalnya tentunya dia minta kami yang bantuin, tapi belakangan dia mulai bisa main sendiri. Pemilihan dough juga ternyata membantu membuat dia bisa main sendiri.
Sebelumnya, kami main playdough homemade. Lalu karena saya belum bikin lagi, papanya inisiatif beliin playdough merek Crayola. Playdough Crayola ini ternyata gampang sekali mengering. Baru dimainkan pagi hari, sorenya sudah jadi kepingan keras seperti sengaja dikeringkan.
Pengalaman mengeringnya playdough crayola, membuat kami membeli merk PlayDoh. Tapi ya ternyata kalau dimainkannya seharian dan gak langsung disimpan, keesokan harinya doughnya terasa agak mengering walau gak seperti Crayola.
Tadi pagi, Joshua insist mau main playdough yang orange, selama ini dia tidak menunjukkan punya warna favorit, ternyata sekarang dia mulai punya warna favorit.
Tulisan ini buat catatan kalau jalan-jalan di Chiang Mai, belanja oleh-olehnya di mana dan apa saja?
Ada beberapa tempat untuk belanja oleh-oleh, tergantung apa yang dicari. Di sini tidak ada pasar serba ada seperti pasar Chatuchak di Bangkok, tapi ya seperti di banyak tempat, selain pasar tradisional, ada yang namanya pasar malam dan atau pasar dadakan.
Masing-masing tempat punya produk unggulan sendiri dan kisaran harga yang berbeda. Jadi akhirnya kembali lagi mau beli apa? Biasanya pasar yang sifatnya dadakan harganya lebih murah, karena mereka tidak harus membayar sewa tempat. Tapi karena pasar dadakan ini umumnya banyak turis, bisa juga kita salah membeli dan dapat harga turis alias jadi mahal.
Berikut ini tempat saya mencari oleh-oleh kalau mau pulang ke Indonesia atau kalau ada yang minta dianterin beli oleh-oleh. Sekian lama tinggal di Thailand, saya kadang takjub banyak benda yang biasa aja di sini ternyata dijadikan oleh-oleh di bawa ke Indonesia hehehe.
Warorot dan Hmong Market
Pasar warorot ini merupakan 3 pasar jadi 1, disana ada jual bunga, buah dan berbagai pakaian yang harganya tentu lebih murah daripada beli di mall. Di lokasi yang sama dengan pasar warorot, ada lokasi khusus yang menjual pernak pernik tradisional dari hill tribe/hmong market.
Kalau mencari oleh-oleh berupa kain-kain tradisional atau dompet dan tas dengan motif tradisional, bisa dicoba ke hmong market ini. Harganya jelas lebih murah daripada di tempat lain. Kalau kita beli dengan jumlah yang banyak, biasanya bisa tawar harga dan dapat lebih murah dari harga satuan.
Untuk yang mencari pashmina, atau silk Thailand, kebaya ala Thailand atau sepatu/sendal, pasar warorot ini juga bisa jadi tempat mencari benda-benda tersebut.
Selain kain dan sepatu, di pasar buah juga tersedia banyak buah lengkeng dan buah manisan lain yang sudah dikeringkan, daun stevia kering, berbagai bunga kering termasuk bunga chrysantemum kering.
Manisan, bunga kering, mainan kayu ini biasanya ada juga di tempat lain, tapi harganya jauh lebih murah di warorot. Mungkin karena biasanya yang belanja ke pasar ini orang lokal dan bukan turis, jadi mereka memberikan harga lokal.
Oh ya, hampir lupa dengan durian kering dan aneka teh herbal, balsem wangi, semua ini ada di pasar warorot.
Pasar warorot ini buka dari pagi sekitar jam 8 sampai sore sekitar jam 5. Jadi memang kalau cuma punya beberapa hari di Chiang Mai, siang hari itu waktunya jalan-jalan, mungkin akhirnya gak punya kesempatan belanja ke sini ya.
Night Bazaar
Sesuai namanya, Night Bazaar ini bukanya malam hari. Tepatnya mulai sekitar jam 4 sore, sampai tengah malam. Tempat ini menjual segala jenis oleh-oleh dan yang paling populer tentunya kaos bertuliskan Chiang Mai selain kain-kain khas Thailand.
Tempat ini memang sengaja diperuntukkan untuk turis, jadi kadang harganya mereka tawarkan cukup mahal. Kita bisa tawar menawar di sana, tapi ya kadang-kadang tergantung mood tukang jualannya juga.
Selain belanja oleh-oleh, di sana ada banyak restoran dan juga pertunjukkan tari-tarian atau live music. Ya benar-benar pasar malam untuk hiburan turis yang mencari oleh-oleh atau sekedar cari makan setelah siang harinya jalan-jalan ke tempat wisata di sekitar Chiang Mai.
Walaupun tempat ini relatif lebih mahal daripada pasar warorot, kadang-kadang desain kaos nya yang unik bikin kami mau gak mau ya belanjanya ke sini.
Di sini karena tokonya sudah fix, saya sampai punya langganan toko yang tanpa sengaja jadi tempat saya beli kaos. Awalnya saya ga ngeh kalau itu toko yang sama, tapi penjualnya yang sangat ramah bisa ingat kalau saya pernah ke situ dan dia bisa detail ingat saya datang beli apa aja. Ya lumayan kalau kayak gitu bisa dapat diskon deh belanjanya hehehe.
Saturday Market
Saturday Market ini sesuai namanya hanya ada di hari Sabtu. Pasar ini merupakan pasar kaget di sepanjang salah satu ruas jalan di dekat kota tua Chiang Mai. Karena sifatnya yang pasar kaget, banyak produk kerajinan tangan yang di bawa oleh produsen dari perkampungan sekitar dijual dengan harga murah di sana.
Biasanya pilihanya gak lebih banyak daripada warorot ataupun night bazaar. Tapi kalau beruntung bisa menemukan benda-benda unik dengan harga murah. Satu waktu saya beli tas kulit dengan harga 100 baht saja (sekitar 45 ribu rupiah). Tas kulitnya ya bukan kulit buaya, tapi asli kulit loh, bukan kulit plastik hehehe.
Sunday walking street
Seperti halnya Saturday market, Sunday Walking Street ini juga bukanya hanya malam hari dan merupakan pasar dadakan. Dan sesuai namanya pasar ini hanya ada di hari Minggu. Bedanya apa dengan pasar yang hari Sabtu? lokasinya beda. Ruas jalan yang digunakan lebih panjang untuk Sunday walking street.
Produknya gimana? ya produknya mirip-mirip dengan Saturday Market, dan harganya juga bisa lebih murah. Tapi kalau mencari kaos dengan desain Chiang Mai, harganya bisa lebih mahal daripada Night Bazaar.
Di Sunday walking street ini selain belanja oleh-oleh ada banyak juga makanan dan pertunjukan alias orang ngamen. Selain itu ada beberapa tempat pijat juga untuk yang sudah cape jalan kaki beli oleh-oleh.
Tesco Lotus dan Big C
Nah ini sebenarnya supermarket biasa. Saya baru tahu kalau sabun beras, bedak ponds, beberapa model sendal juga merupakan oleh-oleh yang sering dicari. Selain benda tersebut, tentunya tak lupa Teh Thai Instan, Lemon tea ala thai instan atau berbagai kopi instan yang rasanya beda dengan yang ada di Indonesia.
Benda-benda seperti sabun beras, bedak ponds,atau masker wajah ada juga di minimarket 7 eleven.
Mall
Kadang-kadang mungkin kita gak pengen ke pasar yang di luar dan panas. Mall di sini juga ada yang menjual berbagai oleh-oleh khas Thailand termasuk sabun dari buah, Pashmina, silver ataupun batu giok. Biasanya kalau ada rombongan turis, mereka akan bawa ke Northern Village di Central Airport Plaza. Untuk harganya tentu saja lebih mahal daripada di pasar warorot.
Selain barang khas Thailand, mungkin ada juga yang mencari baju/sepatu merk tertentu yang kalau di Indonesia jadi mahal karena jasa impornya. Mall di sini sering ada sale untuk barang bermerk Anello, Crocs, atau sekedar beli baju-baju di Uniqlo. Kalau mencari elektronik juga ya biasanya di mall ini. Ada beberapa mall di Chiang Mai, tapi isinya ya hampir sama-sama saja.
Toko barang bekas dari Jepang
Selain oleh-oleh khas Thailand, belakangan ini di Chiang Mai ada banyak toko barang bekas dari Jepang. Kami dulu sempat sering ke sana untuk mencari mainan anak-anak atau game sega jaman dulu.
Selain mainan, kalau beruntung bisa menemukan tas bermerk yang masih cukup bagus dengan harga murah. Atau yang juga sangat banyak adalah piring dan mangkok keramik yang lucu-lucu dan tentunya dijual dengan harga jauh lebih murah daripada beli baru di toko.
Untuk list toko barang bekas dari Jepang ini mungkin akan saya posting terpisah, karena sudah agak lama gak jalan-jalan ke sana hehhee.
Selamat belanja oleh-oleh, hati-hati over bagasi hehehe.