Salah satu manfaat dari homeshooling yang kami rasakan adalah, anak-anak bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Seperti sekolah biasa, saya menetapkan jam sekolah setiap harinya dan ada jadwal mingguan. Jam sekolah kami setiap hari selesai sarapan lalu mandi, sekolah dimulai sampai jam 12 siang. Kalaupun belum selesai, bisa dilanjutkan sampai jam 1.30 lalu tidur siang. Dalam prakteknya, ada hari-hari di mana bangun kesiangan lalu tidak bisa menyelesaikan target harian sebelum makan siang. Saya juga menetapkan jadwal hari libur, tapi ya hari libur inipun bisa digeser kalau memang ada keperluannya.
Chiang Mai sekarang ini sedang dingin terutama di pagi hari. Sore hari udaranya cukup enak, matahari bersinar tapi suhu udara tidak terlalu panas. Cuaca yang sangat bagus untuk lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Biasanya, kalau memang ada janji main bareng temen di playground, jadwal belajar bisa digeser ke sore dan malam hari, atau ya diliburkan saja hari itu.
Hari ini ajakin oppung jalan-jalan ke Hidden Village Chiang Mai. Terakhir kami ke sana sekitar akhir tahun 2017, dan ternyata kali ini ada banyak perubahan yang cukup menarik di tempat ini. Dulunya, waktu tempat ini baru dibuka, kesan pertama dari tempat ini adalah tempat untuk melihat animatronik berbagai jenis Dinosaurus. Hari ini, bisa dibilang tempatnya sudah lebih fun dan bukan sekedar melihat pajangan Dinosaurus yang itu-itu saja.
Tiket masuk ke tempat ini ternyata membedakan harga lokal dan harga turis asing. Untuk harga lokal diatas 100 cm dikenakan biaya 50 baht/orang. Anak di bawah 100 cm gratis. Untuk harga asing ada 3 level harga, di bawah 100cm gratis, anak sampai dengan 130 cm 100 baht, dewasa 200 baht. Seperti biasa, dengan jurus bertanya dalam bahasa Thai, kami dapat harga lokal (lumayan masuk kantong deh sisanya hehehe).
Hal terbaru yang langsung menarik perhatian kami adalah, restorannya menyediakan menu buffet. Kami sudah beberapa kali makan di restoran di dalam hidden village, dan dulunya selalu merasa tempat itu terlalu sepi dan makanannya sering lama datangnya. Rasanya sih lumayan oke walau harganya sedikit agak mahal. Salah satu tujuan hari ini ke sana emang mau jalan-jalan sekalian makan malam.
Tulisan besar-besar yang kami lihat mengenai harga buffet semuanya pakai huruf Thai. Setelah melihat foto-foto di tempat pembelian tiket, saya baru menyadari kalau skema harga untuk makanan buffet nya juga membedakan harga lokal dan harga asing. Untuk buffetnya, anak-anak di bawah 100 cm sama-sama gratis. Untuk harga lokal anak di bawah 130 cm bayar 129 baht, sedangkan dewasa bayar 259 baht/orang. Nah harga asingnya menurut saya terlalu mahal:anak di bawah 130 cm harganya 250 baht, dewasa 400 baht.
Menu buffetnya lumayan sih, bukan cuma makanan yang sudah tersedia seperti spaghetti, sosis, salad dan buah-buahan saja, tapi juga kita bisa memesan steak, pizza dan bahkan menu nasi goreng ala makanan Thailand. Tadinya kami berencana membeli makanan biasa aja dan gak usah beli buffet nya, tapi karena mereka bilang Joshua boleh gratis, ya…akhirnya kami beli juga deh buffet untuk 3 dewasa. Hasilnya rusak diet hahaha, tapi ya senang juga sih karena penutupnya ada eskrim juga hehehe. Ini beberapa contoh makanan yang kami pesan. Katanya makanan ini bisa di pesan lebih dari 1 porsi per orang kalau emang kuat makannya hahaha.
Haduh, malah jadi cerita makan-makannya lebih banyak dari tempatnya. Oke kembali ke cerita lokasi hidden villagenya seperti apa sih. Tambahan yang baru yang menarik untuk anak-anak, sekarang ini ada yang namanya animal village. Di animal village ada ayam, kelinci dan kolam ikan Koi. Dengan membayar sekitar 20 baht, anak-anak mendapat kesempatan untuk memberi makan ayam, kelinci atau ikan. Yang di beli itu biasanya tempat makanannya. Tadi, karena anak-anak lebih pengen main di playground dan toh kemarin baru dari zoo feeding berbagai farm animal juga, jadilah kami putuskan tidak berhenti di bagian itu.
Selain animal village, ada tambahan permainan seperti komidi putar. Ada juga pet village. Di pet village ini anak-anak bisa memberi susu ke babi atau sapi. Bisa juga naik kuda pony dengan biaya tertentu. Di tempat ini juga kami gak berhenti, soalnya berasa agak bau kayak di peternakan hahaha.
Selain animal village dan pet village, area hidden village yang luas ini berisi banyak display yang unik seperti serangga raksasa, kupu-kupu raksasa ataupun bunga rafflesia. Tempat ini intinya sih kebanyakan buat foto-foto orang dewasa. Untuk anak-anak tempat ini cocok untuk lari-larian, bermain di playground, mengenal berbagai farm animal dan juga belajar mengenai nama-nama dan bentuk dinosaurus.
Tujuan berikutnya ke Dinosaurs Village. Nah di sinilah ada banyak animatronic dinosaurs. Oppung yang sebelumnya belum pernah melihat seperti ini awalnya kaget. Oppung jadi bertanya-tanya itu gimana mereka menggerakkannya. Jonathan yang sudah beberapa kali dibawa ke sana pun menjawab dan berusaha menjelaskan ke oppung dengan bahasa Indonesia.
Di dalam Dinosaurs Village, selain melihat dinosaurus, anak-anak bisa bermain dengan inflatable playground dengan membayar 20 baht saja. Selain itu ada juga tempat yang lebih cocok untuk anak yang lebih muda soft play area dengan tambahan biaya 40 baht/20 menit. Soft play area membutuhkan kaus kaki sebelum anak masuk ke dalamnya. Selain 2 tempat bermain ini, ada lagi permainan seperti naik dinosaurus besar tapi saya lupa memfoto dan mengingat harganya.
Tadi kami sampai di sana sekitar jam 4.30, matahari masih cukup terang tapi sudah tidak panas lagi. Setelah berlari-larian dan bermain-main di playground sambil melihat-lihat display yang ada, anak-anak pun merasa lapar. Walau belum jam 6 kami putuskan untuk makan saja. Sekitar jam 7.20 kami pun pulang dengan perut kenyang hehehe.
Kalau mau makan buffetnya, mungkin ada baiknya datangnya agak pagi. Tempat ini buka jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Jadi pagi bisa jalan-jalan dulu, setelah lelah ya makan sambil ngadem (restorannya ber ac). Abis makan, kalau anak-anak belum habis tenaganya masih bisa lanjut bermain lagi hehehe. Tadi akhirnya memutuskan makan buffet alasannya karena udah lama gak makan steak hahaha. Sepertinya bisa jadi tempat yang bisa dijadwalkan untuk dikunjungi di tahun 2019 ini.
Hari ini kami ke Art in Paradise Chiang Mai lagi. Sebenarnya sudah beberapa kali ke sana, dan setiap kali menunda posting karena banyaknya foto yang diambil. Beberapa foto pernah di posting cerita liburan akhir tahun 2013. Sebenarnya sebelum hari ini, sudah pernah juga ke art in paradise, tapi ya waktu itu gak di posting di blog, tapi di posting di FB doang.
Sedikit tips sebelum ke tempat ini, karena tempat ini merupakan museum yang berisi gambar-gambar dengan teknik yang memberikan ilusi 3dimensi, maka siapkan kamera dengan batere yang cukup dan juga kapasitas penyimpanan yang lega. Kami belakangan ini hanya memakai kamera di HP, karena toh sudah berkali-kali ke sana. Kalau bawa anak kecil yang sangat suka berlari-lari seperti anak kami, yaa…bisa ga puas emang foto-fotonya, tapi bisalah gantian 1 orang ngejar dan 1 orang memfoto anak yang gak berlari-larian haha.
Tiket masuk ke tempat ini membedakan harga orang Thai dan orang asing. Seperti biasa, dengan modal berbahasa Thai plus nunjukin driving license Thai, kami bisa dapat harga lokal. Kalau mau dapat harga lebih murah, bisa juga check di traveloka atau klook. Kemarin saya cek, harga traveloka lebih murah daripada harga klook, tapi ya kami tadi beli pake harga Thai jadi lebih murah lagi hehehe.
Ada banyak sekali lukisan yang bisa di foto, tapi setiap kali kami ke sana kami gak berhasil berfoto di semua tempat. Biasanya ga bisa foto di semua tempat karena banyak pengunjung, jadi ya kadang harus antri buat foto, tapi belakangan ini gak bisa foto dengan tenang karena si kecil gak mau nunggu dan selalu lari duluan.
Kegiatan foto-foto bawa anak kecil emang cukup menantang, tapi kalau kita standby anak-anak itu ngerti kok apa yang harus dilakukan tanpa harus disuruh. Mungkin karena mereka juga bisa melihat ilusi jembatan ini, mereka langsung lari-larian melompat dari 1 kayu ke kayu lainnya. Untungnya papanya sudah siap sedia memfoto ke bagian itu. Lumayanlah ya, bisa pas banget seolah-olah mereka sedang berusaha melewati jembatan sampai ke seberang. Pada dasarnya mereka melewati jembatan itu berkali-kali. Dan setelah berkali-kali foto, dapatlah foto yang lumayan begini hehehe.
Perbedaan yang paling signifikan yang ditambahkan setelah terakhir kami ke sana adalah: sekarang ada aplikasi yang menambahkan ARmode untuk memfotonya. Di hampir banyak lukisan, diberikan petunjuk di mana titik untuk mengarahkan AR Scannya. Untuk gambar di atas, dengan AR mode ada kesan salju turun. Efek salju turun ini tidak kelihatan kalau tidak menggunakan aplikasi AR nya.
Berikut ini juga bisa dilihat perbedaan foto diambil dengan AR dan tanpa AR. Dengan mode AR, majalahnya terlihat lebih realistis karena terletak di atas meja. Sedangkan mode tanpa AR ya memang terlihat seperti majalah, tapi sekitarnya kosong.
Museum dengan lukisan 3Dimensi ini sebenarnya sudah ada banyak di berbagai tempat. Tempat ini cukup fun kalau mau jalan-jalan tapi gak bisa jalan di luar karena hujan. Waktu yang dibutuhkan untuk melihat semuanya sekitar 1 sampai 3 jam. Kami tadi menghabiskan waktu sekitar 1 jam, cukup express karena Joshua yang lari dan gak mau nunggu. Tapi itupun udah cukup capek karena gedung museum 3D nya ada 2 lantai. Naik turun tangganya saja sudah lumayan lah ya hehehe.
Kalau ke Chiang Mai dan cuma punya waktu sebentar nunggu pesawat setelah check out hotel, bisa lah jalan-jalan ke sini buat foto-foto. Eh tapi, jangan datang sendiri, karena di sini gak bisa foto selfie. Kalau datang sendiri wajib bawa tripod. View pointnya biasanya beberapa meter di depan lukisannya. Gak mungkin kan untuk setiap foto minta tolong sama yang lewat hehehe.
Hari ini anak-anak dititipkan ke tempat di mana mereka bisa bermain dengan anak-anak lain supaya saya dan mama saya bisa jalan-jalan ke pasar Warorot. Pasar ini merupakan pasar yang sangat besar dan gak cukup 1 hari untuk mengeksplorasinya. Saya bukan orang yang sering ke pasar Warorot, terutama karena sering nyasar ketika mencari jalan ke tempat yang sebelumnya pernah didatangi untuk membeli sesuatu. Untungnya tadi ada temen yang udah paham seluk belum warorot datang menyusul bantuin jadi guide hehehe.
Area pasar warorot ini sangat luas karena seperti beberapa pasar jadi satu. Ada tempat menjual buah dan bunga, ada menjual bahan mentah untuk di masak, ada bagian menjual baju sekolah atau baju yang dipakai sehari-hari dan belakangan saya baru tahu ada tempat khusus yang menjual baju motif tradisional. Biasanya sekarang ini kalau membeli oleh-oleh ya belanjanya di area pasar kain motif tradisional ini (Hmong Market)
Setiap kali ke pasar Warorot untuk membeli oleh-oleh, walaupun sebagian besar yang dilihat itu masih sama-sama saja dengan yang sudah pernah saya beli, tapi selalu ada saja hal baru yang sedang trend. Kalau bukan modelnya dan motifnya, ya kadang-kadang harganya baru (bisa lebih murah atau lebih mahal). Datwaktu di lewati terlihat lucu dan bagus dan pengen beli.
Kebanyakan tempat di Chiang Mai tidak dikenakan biaya parkir. Semua mall yang saya tahu tidak ada biaya parkir. Pasar warorot merupakan salah satu tempat dari sedikit tempat yang mengenakan biaya parkir. Selain 1 area yang merupakan parkir resmi dengan biaya 20baht/jam, ada beberapa tempat parkir yang dikelola pribadi dengan harga parkir bervariasi dari 30baht – 50 baht per jam.
Karena besarnya area pasar warorot, kalau ke sana biasanya saya parkir menyesuaikan dengan traffic atau barang yang ingin dibeli. Hari ini, saya dan mama saya berkeliling pasar warorot selama 4 jam lebih 3 menit menurut itungan jam di tempat parkir. Rasanya terkadang sayang banget kalau baru masuk hitungan jam berikutnya, tapi ya kalau harus keliling lagi sampai 40 menitan lagi rasanya kaki sudah lelah.
Sekarang ini sudah mulai ada bis dengan rute di Chiang Mai yang pasti melewati pasar warorot. Terkadang saya terpikir untuk naik bis saja kalau mau ke pasar supaya tidak bayar parkir, toh bis nya cuma 20 baht / trip. Sampai sekarang belum jadi juga naik bis ke pasar warorot karena tidak ada halte deket rumah dan kalau akhirnya harus jalan jauh dulu atau nantinya bis nya berhenti menunggu penumpang penuh, sepertinya lebih cepat waktunya langsung nyetir dan bayar parkir saja ke warorot.
Pertimbangan lain lebih enak bawa mobil sendiri ke pasar walaupun parkirnya mahal tentu saja masalah bawaan belanjaan. Kemungkinannya bisa ketinggalan kalau dipegang-pegang naik kenderaan umum. Kalau bawa mobil pribadi, mau bawa belanja sebanyak apapun, asal udah sampai di mobil pasti gak akan ketinggalan lagi.
Kalau mau cari oleh-oleh dari Chiang Mai, saya pasti ke pasar warorot ini selain ke night bazaar. Beberapa benda yang sama harganya bisa sangat jauh berbeda antara night bazaar dan pasa Warorot. Hari ini saya perhatikan banyak orang asing yang berbelanja ke pasar warorot.
Di pasar warorot pedagang mulai mencantumkan harganya di hampir setiap barang. Kemungkinan mereka malas terlalu sering ditanya harganya berapa. Bedanya dengan tempelan harga belanja di mall, walau di pasar ada tempelan harga, ya kita masih tawar menawar apalagi kalau kita membeli barang agak banyak di 1 toko.
Hari ini gak berasa menghabiskan waktu 4 jam untuk mengeksplorasi sepersekian bagian dari pasar warorot. Untungnya ada food court juga di sana, jadi bisa sekalian makan siang sebelum pulang untuk menjemput anak-anak. Untungnya walau eksplorasi 4 jam, belanjanya ga banyak. Ya tujuan utamanya emang jalan-jalan cuci mata doang sih, tapi itupun ada juga beberapa kantong plastik di bawa pulang. Kalau ada yang di cari biasanya bisa-bisa lebih lama lagi karena gak tau tempat mencarinya hehehe.
Hari ini dapat surat dari panitia pemilu luar negeri perwakilan Bangkok berisi bukti pendaftaran pemilih untuk pemilu 2019. Tahun ini merupakan kali ke-3 kami mengikuti pemilu di Thailand. Kalau diperhatikan, dari masa ke masa sepertinya kegiatan sosialisasi untuk pemilu bagi kami yang merantau ini makin lama semakin baik.
Karena kami jauh dari Bangkok, kami memilih lewat surat suara yang dikirimkan melalui kantor pos. Biasanya di dalamnya selain surat suara juga disediakan amplop yang sudah berisi perangko untuk mengembalikan surat suara kembali ke Bangkok. Gak ada alasan deh untuk tidak bisa ikut pemilu karena tidak berdomisili di Indonesia.
Sosialisasi pemilu yang paling banyak informasinya itu tahun ini. Sebelumnya juga sudah cukup banyak, tapi mungkin dengan semakin mudahnya akses informasi melalui HP, panitia pemilu juga berusaha untuk memanfaatkan internet untuk penyebaran informasi dan juga mengontak per orang. Buat kami yang jauh dari kedutaan, panitia pemilu juga mendatangi kami untuk memberikan informasi secara langsung (siapa tau pada malas baca website hehehe).
Awalnya biasanya dihimbau untuk mendaftarkan diri secara online. Lalu kemudian kalau ada yang tadinya ragu-ragu mau daftar atau kelewat daftar, masih ada lagi pendaftaran susulan. Panitia pemilu juga secara aktif berusaha menanyakan keberadaan warga yang punya hak pilih untuk memastikan semua orang bisa menggunakan hak pilihnya.
Pemilu tahun ini akan diadakan serentak 17 April 2019 di wilayah Indonesia, tapi untuk masyarakat Indonesia yang di luar negeri, biasanya pemilu di kedutaan di adakan lebih awal dari jadwal di Indonesia. Yang dikirimkan via pos, menerima surat suara lebih awal lagi dari jadwal pemilihan di kedutaan. Jadwal penghitungan surat suara biasanya akan disamakan dengan penghitungan surat suara di Indonesia.
Seingat saya, selain memilih presiden, kami yang di luar negeri ini juga mendapat surat suara untuk anggota DPR Pusat. Saya juga ingat, pemilu 5 tahun lalu, karena ada serombongan mahasiswa sedang mengunjungi Chiang Mai, KBRI mengatur supaya mereka tidak kehilangan hak suara dan mengirimkan panitia pemilu dari Bangkok untuk datang membawa kotak suara dan jadilah kegiatan pemilihan dengan bukti mereka menunjukkan kartu identitasnya. Buat warga Indonesia yang di Chiang Mai waktu itu juga bisa memasukkan surat suara yang sudah mereka pilih ke kotak suara yang di bawa khusus tersebut, jadi tidak perlu dikirimkan lewat pos lagi.
Warga Indonesia di Chiang Mai tidak terlalu banyak, tapi ketika beberapa waktu lalu diadakan pertemuan untuk sosialisasi menghindari terdaftar sebagai pemilih ganda, yang datang kira-kira lebih 20 orang. Belum cukup banyak untuk membuat panitia pemilu mengirimkan petugasnya datang ke Chiang Mai membawa kotak suara.
Memilih dengan mengirimkan kembali via Pos sebenarnya lebih enak. Kita bisa dengan santai melihat surat suara lalu menimbang-nimbang siapa yang mau dipilih. Untuk memilih presiden mungkin gak butuh waktu lama untuk menimbangnya. Kebanyakan orang sudah bisa langsung menentukan pilihannya di masa kampanye ketika mendengarkan visi misi dan juga argumen dalam acara debat. Memilih wakil rakyat di DPR lebih sulit karena ga semua orang bisa ditemukan informasinya di google. Tapi sepertinya untuk tahun ini banyak juga caleg yang menyediakan banyak informasi melalui website ataupun media sosialnya.
Semoga acara pemilihan umum bulan April nanti berjalan dengan lancar dan siapapun yang terpilih bisa menepati janjinya dan membawa Indonesia lebih baik lagi dari sekarang, jadi kalau mudik ke Indonesia rasanya bisa lebih nyaman lagi deh. Ayo yang udah terdaftar sebagai pemilih, jangan sampai hak pilihnya gak dipakai ya.
Hari Anak di Thailand dirayakan setiap hari Sabtu ke-2 di bulan Januari. Perayaan hari anak di Thailand sudah ada sejak tahun 1955, tapi kami baru mengikuti kegiatan hari anak setelah Jonathan berumur sekitar 4 tahun.
Kegiatan Perayaan Hari Anak setiap Tahunnya di Chiang Mai
Sebelumnya, sepertinya kami kebetulan tidak pernah keluar rumah di hari Sabtu ke-2 bulan Januari, makanya kami gak menyadari mengenai adanya perayaan hari anak ini.
Perayaan hari anak di Thailand cukup meriah, hampir semua pusat perbelanjaan mengusung tema tertentu dan memberikan kegiatan dan hadiah untuk anak-anak.
Kegiatan di Pangkalan Udara Chiang Mai
Kegiatan yang paling ramai dikunjungi di Chiang Mai setiap tahunnya di pangkalan angkatan udara yang lokasinya dekat dengan bandara Chiang Mai.
Kegiatan di sana mulai dari pesawat tempur yang mengadakan show, berbagai panggung pertunjukan dan kesempatan untuk naik ke dalam pesawat tempur dan berfoto di sana.
Tempat-tempat rekreasi dan restoran yang biasanya ramai dikunjungi oleh keluarga dengan anak-anak, biasanya semakin ramai karena pada hari Anak diberikan kesempatan masuk secara gratis untuk anak-anak (orang tuanya tetap harus bayar).
Untuk restoran mereka juga memberikan menu spesial atau bahkan bisa juga makan gratis untuk anak-anak. Intinya di hari Anak, semua orangtua wajib bawa anak-anak keluar rumah karena banyak tempat menyediakan berbagai hal supaya anak-anak bisa bersenang-senang tanpa biaya.
Tahun-tahun sebelumnya kami sudah pernah ke lapangan udara melihat dan berfoto dengan pesawat tempur. Kegiatan di sana benar-benar ramai dan banyak jalannya. Kami juga pernah terjebak macet dari rumah ke mall yang biasanya hanya 10 menit jadi 1 jam karena berangkat kesiangan.
Kegiatan kami di Hari Anak 2019
Hari ini kami sudah tahu kalau kami gak kepingin terlalu capek berjalan jauh tapi ya pingin anak-anak menikmati juga perayaan hari anak di Thailand.
Walaupun kami berangkat masih cukup awal (sekitar jam 10.15), tapi lalu lintas sudah cukup macet karena arah mall yang kami tuju sama dengan arah airport di mana kegiatan paling ramai diadakan. Sampai di mall jam 11-an, mall nya juga sudah ramai banget.
Kegiatan di mall Airport Plaza di hari Anak
Tahun ini beberapa mall merayakan hari anak 2 hari. Kami tidak berencana datang lagi besok, tapi mungkin mereka membuat acaranya 2 hari supaya yang anaknya belum puas bersenang-senang bisa datang lagi besoknya.
Tema acara di mall yang kami datangi berjudul “Take Me to the Sea”. Ada panggung pertunjukan yang dihias dengan balon berbentuk seperti aneka binatang laut maupun karang laut.
Pertunjukan putri duyung
Ada juga pertunjukan putri duyung di dalam aquarium besar yang ada di dalam mall, tapi tadi kami cuma lihat dari lantai atas.
Karena lantai dasar sangat ramai, kami memilih untuk melihat-lihat di lantai atas dulu dan makan siang. Salah satu toko tempat biasanya Jonathan dan Joshua bermain lego mengadakan acara permainan sendiri dan relatif lebih sepi.
Tiap lantai ada kegiatan
Kami lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas daripada di lantai bawah. Joshua dan Jonathan bergantian main lego, main puzzle, dan sama-sama dapat hadiah susu, permen dan gelas.
Selesai bermain di atas, kami lihat lantai bawah sudah tidak terlalu ramai. Jonathan cuma mau ngantri untuk mendapatkan cotton candy. Joshua sudah capek jadi dia main-main dengan papanya saja sambil menunggu Jonathan ngantri cotton candy.
Sayangnya saya tidak tahu di mana toko yang menjual cotton candy selain di zoo dan atau di kegiatan-kegiatan anak-anak begini. Kalau saya tahu di mana toko yang selalu menjual cotton candy, pasti saya bujukin Jonathan untuk beli saja daripada ngantri.
Ngantrinya lumayan lama karena entah kenapa semua anak pengen cotton candy dan biasanya gak setiap hari mereka diijinkan makan cotton candy hehehe.
Jona menyusun puzzle
Joshua dibantu menyusun puzzle
Jona memutar roda memilih hadiah
Jona menikmati cotton candy, Joshua main balon
Dipikir-pikir, sebenarnya jadi anak-anak itu paling menyenangkan ya. Mereka sehari-hari tidak punya banyak persoalan dalam hidup. Apalagi kalau masih kecil banget dan belum sekolah, belum ada yang namanya harus bangun pagi supaya berangkat ke sekolah ataupun mengerjakan pr dari sekolah.
Penutup
Kalau udah sekolah tapi sekolah di rumah juga masih cukup enak, asalkan nurut aja pas diajarin sama emaknya hehehe. Anak-anak itu tugasnya bermain sepuas-puasnya, supaya nanti kalau sudah besar bisa lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan bukannya main minesweeper atau game online di jam kerja hehehe.
Mari kita berikan anak-anak kesempatan bermain setiap harinya, jangan cuma disuruh ngerjain PR doang (ngingetin ke diri sendiri).
Katanya kita ga bisa membandingkan 2 hal yang memang berbeda. Depok itu bukan Jakarta, tapi tetap saja lokasinya dipinggiran kota Jakarta, beberapa hal di Depok terjadi ya gak lepas dari lokasinya yang gak jauh dari Jakarta, ibukota negara yang penduduknya sangat padat.
Chiang Mai lokasinya jauh dari Bangkok, walaupun disebut sebagai kota terbesar di utara Thailand, tapi kalau dibandingkan sama Bangkok, jauh lebih kecil dan bahkan masih bisa ditemukan sawah di sini. Saya mau membandingkan dari kesan selama liburan kemarin di Depok dan Jakarta.
Walaupun Depok bukan Jakarta, tapi kesan banyaknya volume kendaraan di jalanan ya selama di Indonesia hampir sama aja, banyak mobil dan terutama motor. Setelah seminggu kembali ke Chiang Mai, saya bisa merasakan kalau Chiang Mai ini sangat sepi kalau dibandingkan dengan Depok.
Untuk kegiatan jalan-jalan ke Mall, di Depok dan Jakarta itu jauh lebih mahal dibandiingkan di Chiang Mai. Banyak hal di mall di Chiang Mai merupakan fasilitas gratisan terutama seputar tempat bermain untuk anak-anak sampai dengan kereta api yang muterin mall.
main lego gratisan
Kalau di Chiang Mai, kami bisa ke mall itu cuma keluar duit untuk makan. Makannya juga cukup kurang dari 800 baht untuk 1 keluarga dan sudah termasuk makan di restoran yang mahal. Untuk kegiatan bermain, anak-anak bisa naik kereta api gratis, main di playground gratisan dan termasuk bermain lego di salah satu toko yang menjual permainan anak-anak.
indoor train di Margo City Depok
Di Depok dan Jakarta, main ke mall itu habisnya lumayan mahal, untuk bermain di tempat bermain harus membayar mulai dari 100rebu/anak. Untuk makanan, biasanya duit yang setara 800 baht itu belum makan kenyang. Saya jarang menemukan tempat bermain gratis di mall Depok dan Jakarta, dan untuk naik kereta api yang keliling mall juga tidak ada yang gratis. Oh ya waktu kami ke Jakarta Aquarium kami menemukan tempat bermain gratis di dalam Central yang sepertinya Central yang sama dari Thailand.
indoor train gratisan di Central Aiport Plaza Chiang Mai
Perbedaan kegiatan ngemall yang cukup berasa adalah waktu masuk parkiran, di Depok dan Jakarta, mencari parkiran itu butuh keahlian supaya dapat. Bayar parkir di mall juga cukup berasa untuk kantong, sedangkan kalau di Chiang Mai, parkir di Mall itu gratis. Beberapa mall di Chiang Mai menerapkan gratis hanya untuk 5 jam pertama, tapi ya kalaupun ngemall sampai lebih dan bayar, udah wajar lah ya rasanya. Mall yang sering kami kunjungi sih bebas parkir walau lebih dari 5 jam, tapi ya tidak diijinkan untuk meninggalkan mobil menginap di parkiran mall.
Di Depok dan Jakarta, waktu masuk ke dalam mall selalu ada pemeriksaan tas dan barang bawaan. Mobil sebelum masuk ke dalam komplek mall juga sering di minta untuk di cek bagian bawahnya. Selama bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, saya tidak pernah ingat ada pemeriksaan mobil ataupun tas waktu masuk ke dalam mall.
Satu hall yang saya heran, mall di Indonesia di akhir pekan padat sekali. Ya di Chiang Mai juga pernah sih melihat mall padat, terutama waktu mall nya baru buka, tapi sepadat-padatnya mall di Chiang Mai, rasanya mall di Indonesia jauuuuuuh lebih padat. Mungkin karena perbedaan kepadatan penduduknya juga ya, dan kalau semua orang kegiatan akhirn pekannya ngemall, ya akhirnya sudah pasti mall nya juga padat.
Sebagai kesimpulan, sepertinya kalau kami tinggal di Depok/Jakarta, saya gak akan suka kalau harus tiap minggu ke Mall mengantar anak kursus tertentu. Lebih baik mencari tempat kursusnya yang bukan di area mall. Tapi kalau di Chiang Mai, kegiatan ngemall untuk anter anak kursus itu masih cukup oke dan bahkan kadang saya anggap sekalian hari libur masak dan makan di luar hehehehe.