Joshua sudah 6 tahun, sudah waktunya belajar lebih terstruktur. Buku pelajaran yang sudah dibeli sejak tahun lalu akhirnya mulai diberikan.
Tapi, karena Joshua ini sudah tahu banyak dibandingkan apa yang ada di buku, terkadang terpikir untuk tidak harus mengerjakan bukunya secara berurutan dan langsung ke bagian. yang dia belum tahu.
Beberapa hari ini, salah satu kegiatan Joshua di pagi hari adalah mewarnai. Buku yang dipakai buku bergambar dari cerita Alkitab. Joshua mewarnai, saya membaca ceritanya sambil mengarahkan supaya dia mewarnai. Joshua tidak terlalu suka mewarnai, tapi sebenarnya kalau menemukan caranya, dia bisa mewarnai dengan cukup cepat dan mulai rapi.
Hari ini saya menemukan dadu emosi yang pernah dia kerjakan di kelas global art. Saya mencoba menggunakan cara baru untuk membuat dia lebih bersemangat mewarnainya.
Joshua saat ini baru berumur 5 tahun 5 bulan. Tulisan hari ini hanya sedikit catatan tentang hal yang sedang disukai oleh Joshua.
Selain menyukai huruf dan angka, belakangan ini Joshua menyukai berhitung. Dia senang sekali mempelajari berbagai hitungan yang bisa dia temukan. Entah bagaimana caranya mengingat berbagai fakta matematika, tapi dia bisa dengan cepat mengerti ketika diajarkan kalau perkalian itu adalah perjumlahan yang berulang. Dia juga sudah berusaha mempelajari pembagian sebagai kebalikan dari perkalian.
Hari ini, Jonathan mengikuti Tantangan Bebras 2020 yang diadakan oleh Bebras Indonesia. Tantangan Bebras tahun ini merupakan kali ke-2 Jonathan berpartisipasi secara online mengikuti kegiatan ini.
Tahun lalu, kami mendapatkan informasinya dari Oma Inge. Jonathan ikut kegiatan ini agak dadakan. Tapi karena Jonathan sudah sering menyelesaikan jenis puzzle seperti dalam permainan Professor Layton, Jonathan bisa cukup cepat mengerti dan mengikuti Tantangan Bebras 2019 dengan baik.
Mungkin ada yang bertanya-tanya apa sih maksudnya Tantangan Bebras itu? Buat singkatnya, Tantangan Bebras ini merupakan kegiatan menantang para pelajar untuk berpikir secara komputasional. Kalau mau lebih jelas tentang berpikir komputasional, bisa dibaca tulisan saya Cerita dari Webinar Merdeka dan PANDAI dengan Computational Thinking bagian 1 dan bagian 2 .
Pandemi sudah berlangsung berbulan-bulan, dan belum diketahui sampai kapan berakhir. Walaupun tidak bisa sekolah tatap muka seperti biasa, pendidikan tidak bisa berhenti dan harus mulai dipikirkan bagaimana bentuk belajar jarak jauh yang tidak selalu harus menggunakan internet, gawai, dan yang terpenting, bagaimana setiap siswa bisa tetap belajar sesuatu dari rumah.
Dalam tulisan kali ini, saya akan menceritakan berbagai metode belajar jarak jauh yang sudah ada, dan apa kira-kira kelebihan dan kekurangan dari metode belajar jarak jauh. Saya tidak spesifik membahas belajar jarak jauh untuk siswa sekolah di masa pandemi ini. Kegiatan belajar jarak jauh yang saya maksud dalam tulisan ini adalah kegiatan di mana pengajar dan siswa yang belajar tidak secara fisik berada dalam lokasi yang sama dalam waktu yang sama.
Ada beberapa hal yang mudah-mudahan bisa diadaptasi untuk kegiatan belajar para siswa sekolah yang sekarang ini tidak bisa belajar di sekolah dan bertatap muka dengan guru-guru.
Setelah 3 tahun Homeschooling dengan memakai kurikulum dari CLE, saya baru menyadari kalau saya belum pernah menuliskan tentang kurikulum ini dalam 1 tulisan. Dalam beberapa tulisan, seperti di sini dan khusus tentang pelajaran matematika sudah pernah saya tuliskan sedikit tentang kurikulum ini, tapi saya akan mencoba menuliskan lebih banyak tentang kurikulum CLE dan kenapa kami memutuskan untuk tetap menggunakannya sampai sekarang.
Tentang Kurikulum CLE
Christian Light Education merupakan bagian dari Christian Light Publisher yang menyediakan kurikulum belajar berbasis ajaran Kristen untuk digunakan di sekolah atau di rumah. Materi belajar ini dikembangkan sejak tahun 1969 (50 tahun) dan terus menerus diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan.
Pandemi Covid-19 masih belum ada tanda-tanda berakhir. Kegiatan belajar di rumah yang tadinya dipikir hanya beberapa minggu saja, ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi salah satu yang paling sibuk di masa pandemi ini untuk mempersiapkan supaya pendidikan tetap berjalan. Salah satunya dengan mempersiapkan modul belajar yang bisa dipergunakan sekolah-sekolah.
Saat ini untuk tahun ajaran 2020/2021 sepertinya masih belum tahu kapan bisa mulai kelas tatap muka. Walaupun sudah ada beberapa keputusan yang memperbolehkan sekolah di buka di berbagai zona, tapi tetap saja pelaksanaannya masih butuh persiapan. Menunggu bisa sekolah tatap muka lagi, program belajar dari rumah tetap harus berlangsung.
Mulai dari guru, orang tua dan siswa semua sibuk dengan kegiatan belajar di rumah. Ada berbagai keluhan dari siswa yang merasa stress karena seharian harus di rumah mengerjakan tugas-tugas dan tidak bisa bermain dengan teman. Ada keluhan orang tua yang juga masih harus bekerja sambil mendampingi anak belajar, lalu masih harus merekam video atau foto anaknya melakukan kegiatan untuk dikirimkan ke guru. Ada keluhan guru yang harus mempersiapkan materi dan tumpukan pekerjaan murid yang harus diperiksa.