Setelah ditunda-tunda dan sempat membatalkan rencana liburan, akhirnya jadi juga mudik liburan tahun 2024 ke Indonesia.
Anak-anak tadinya sih gak keberatan kalaupun nggak pergi berlibur, tetapiĀ tentu senang banget waktu tau akhirnya jadi berlibur ke Indonesia. Sebenernya sih yang butuh liburan itu papa mamanya kayaknya hehehe.
Coffee shop yang satu ini unik, sesuai namanya, untuk mencapai tempatnya kita harus berjalan dulu alias take a walk. Rute jalan yang dilalui juga bukan biasa-biasa saja. Tetapi setelah melalui perjalanan, tempat yang ditemui juga cukup membuat anak-anak senang melihatnya.
Tempat ini kami kunjungi sebelum pulang ke Chiang Mai dari staycation tahun baru awal tahun 2023 ini. Haha, sudah tanggal segini masih cerita tahun baru. Eh, masih tahun baru nggak sih? Januari belum habis kan? Hehehe..
Tempatnya masih di Doi Saket tentunya, tetapi arahnya sebenarnya berlawanan dengan Chiang Mai dan lebih ke utara lagi, tetapi ya tidak terlalu jauh dari kota Chiang Mai.
Hari ini Jonathan bersia 12 tahun. Tahun depan resmi jadi teenager. Masih seperti tahun-tahun pandemi, kami tidak mengadakan perayaan undang teman tapi hanya merayakan bersama sebagai keluarga saja.
Kebetulan juga hari ini dia mengikuti Tantangan Bebras 2022. Selain itu juga ada kegiatan lain yang harus dilakukan jam 3 – 4. Puji Tuhan, hari ini Jonathan tetap bisa menikmati hari ulang tahunnya, walaupun tidak dirayakan dan tetap banyak kegiatan.
Saya termasuk beruntung, tidak perlu susah payah mengenalkan huruf, angka dan membaca ke Joshua. Saya lupa persisnya sejak umur berapa dia menunjukkan ketertarikan dengan huruf dan angka. Tapi di umur belum 5 tahun, dia masih suka sekali dengan huruf dan angka dan sudah bisa membaca.
Nggak ke sekolah bukan berarti gak belajar. Anak-anak belajar dari bermain. Jadi untuk orangtua yang anaknya masih di bawah 6 tahun, gak usah pusing dengan tugas berjibun dari sekolah. Anak gak akan belajar kalau dipaksa, mending juga diajak main.
Beberapa mainan yang selalu dimainkan oleh Joshua tanpa bosan dalam mempelajari huruf dan angka. Siapa tahu bisa jadi inspirasi untuk masa-masa di rumah saja ini. Sebagian besar mainan sudah kami punya dari Jonathan kecil, tapi rasanya Joshua lebih banyak memainkan semuanya tanpa bosan.
Kalaupun di rumah saja, saya belum mengatur apa saja yang harus dikerjakan Joshua. Biasanya dia akan memilih sendiri apa yang dia mau. Rumah berantakan tidak masalah, selesai bermain bisa diajak untuk merapihkan. Berikut ini beberapa mainan yang sering dimainkan Joshua siapa tahu bisa jadi inspirasi dalam masa social distancing
LEGO
Lego selain bisa membentuk-bentuk sesuai petunjuk, bisa juga untuk dipakai bikin huruf dan angka. Kalau anak suka dengan hal yang lain, ajak dia membentuk hal-hal lain dengan menggunakan lego.
Catatan: tulisan ini bukan penjelasan rumus pythagoras ataupun cara mencari akar kuadrat, tapi tentang anak yang suka iseng menghitung apa saja untuk latihan soal.
Anak-anak senang sekali bermain di kamar kerja papanya. Mereka kadang-kadang ikut sibuk mengganggu papanya yang sibuk sementara mamanya pura-pura sibuk di dapur atau kadang memang lagi sibuk nulis blog. Ceritanya, papanya baru beli monitor komputer. Jadi tadi dia sibuk mengukur-ukur monitor papanya dan menghitung-hitung di kertas. Saya pikir: kenapa tidak langsung diukur pakai meteran juga diagonalnya? Tapi ya begitulah, kadang-kadang Jonathan suka menantang dirinya sendiri.
Ternyata, Jonathan terinspirasi untuk menghitung diagonal dari monitor itu dengan menerapkan rumus pythagoras dan menghitung akar kuadrat yang dipelajari dari buku The Murderous Maths yang dia baca. Selesai menghitung, dia melaporkan ke papanya, dan papanya cerita ke saya.
Sejak kecil, Jonathan sudah kami ajak berbicara dengan bahasa Indonesia. Di masa awal, dia sudah bisa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dari lagu-lagu yang dia dengarkan dan buku yang kami bacakan.
Sekitar umur 3,5 tahun, kami masukkan Jonathan ke preschool Thai, dan dia pun mulai bisa berbahasa Thai selain Indonesia dan Inggris.
Setelah umur 4,5 tahun, kami masukkan dia ke sekolah Australia yang hanya menggunakan bahasa Inggris. Sejak saat itu, Jonathan hanya mau berbicara bahasa Inggris (dengan aksen Australia) dan semakin jarang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Thainya.
Sejak mulai homeschool, Jonathan mulai lagi berbicara bahasa Indonesia di rumah selain menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Thainya tetap jadi nomor 3 karena dia tidak punya teman bermain orang Thai (teman Thainya bisa berbahasa Inggris juga). Teman-temannya dari berbagai negara di grup homeschool umumnya bisa berbahasa Inggris. Jadi kalau di luar dia menggunakan bahasa Inggris, sedangkan di rumah bahasa Indonesia bercampur bahasa Inggris.
Polusi di Chiang Mai sudah membuat kami lebih sering di rumah saja daripada keluar rumah. Musim panas juga bikin tambah malas keluar rumah. Tapi sepertinya Joshua mulai bosan di akhir pekan kalau hanya di rumah saja. Entah ide dari mana, dia mengajak papanya untuk mencari tulisan atau bentuk ABC di sekitar lingkungan rumah. Dia menyebutnya Nature Walk ABC. Beberapa kali karena polusi, kami menolak ajakannya. Ketika polusinya hanya di level moderate, papanya ajak dia jalan keliling komplek.
Saya tidak suka memakai masker, dan Joshua juga tidak suka memakai masker. Memang memakai masker ini tidak nyaman. Makanya kami juga mengurangi jalan-jalan di luar rumah dan memilih di rumah saja dengan memasang filter udara. Kami sudah berusaha menjelaskan sebelumnya, tapi setiap kali kami pasang maskernya, Joshua akan langsung melepaskannya.