Joshua sudah 6 tahun, sudah waktunya belajar lebih terstruktur. Buku pelajaran yang sudah dibeli sejak tahun lalu akhirnya mulai diberikan.
Tapi, karena Joshua ini sudah tahu banyak dibandingkan apa yang ada di buku, terkadang terpikir untuk tidak harus mengerjakan bukunya secara berurutan dan langsung ke bagian. yang dia belum tahu.
Hari ini mau cerita tentang tempelan di dinding yang tadinya tulisannya untuk ulang tahun Joshua dan tidak pernah kami lepaskan sejak beberapa tahun lalu.
Sebenarnya sudah terpikir untuk melepaskan bebeberapa huruf dan menyisakan Happy Day saja, tapi akhirnya baru dilaksanakan sekarang.
Oh iya, sekalian juga mau cerita, setelah bertahun-tahun gak punya meja kerja yang proper, akhirnya saya punya tempat tetap untuk menulis blog. Tepatnya sih, kami memutuskan untuk membeli meja kerja untuk bisa bekerja bersama di dalam satu ruangan.
Tulisan ini bukan iklan, cuma mau cerita tentang kejadian yang baru saja terjadi di rumah kami ketika makan KitKat.
Selesai makan malam, Joe membagi Kit Kat buat saya dan anak-anak. Joe membuka 2 KitKat yang masing-masing terdiri dari 4 bar, untuk dibagi 4 orang. Jadi, setiap orang mendapatkan 2 bar KitKat.
Nyemil KitKat
Karena saya sedang di depan komputer, saya tidak berencana membelah KitKat lagi jadi 2, tapi langsung saja menggigit KitKat nya. Jadi, begitu saya terima KitKat dari Joe, langsung saya masukkan mulut hendak saya gigit.
TIba-tiba, Joshua datang mau mengambil KitKat yang masih berada di gigitan saya. Padahal, dia sudah dapat bagian sendiri loh. Saya pikir, bagian dia sudah habis dan dia mau mengambil bagian saya.
Ternyata… ketika saya sedang terheran-heran kenapa Joshua mengambil KitKat dari gigitan saya. Joe menjelaskan kalau cara saya makan KitKat itu salah. Katanya, caranya harus sesuai dengan iklan KitKat.
Peribahasa bahasa Jawa “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” ini diartikan sebagai Cinta hadir karena terbiasa. Sebelum kenal dengan Joe, saya sudah tahu dengan peribahasa ini (walaupun saya orang Batak). Tapi siapa sangka kalau saya malah menikah dengan orang Jawa dan mendapatkan pasangan setelah awalnya terbiasa dengannya.
Perkenalan saya dengan Joe juga dimulai dari terbiasa bersama-sama. Ceritanya dulu itu kami satu tempat kerja dan satu kelas juga waktu kuliah S2. Kebetulan juga, ada proyek di mana kami sama-sama terlibat di dalamnya yang membuat saya dan Joe mulai sering ngobrol.
Tapi tentunya pada saat itu, saya tidak terpikir sedikitpun bakal memiliki pasangan orang Jawa. Pada saat itu, saya mikirnya tidak mau repot nyari pacar beda suku, ntar kalau terlanjur sayang dan orangtua gak setuju karena beda suku kan repot. Tapi mungkin ini yang namanya bukan kita yang memilih cinta, tapi cinta yang memilih kita (minjem kata-kata dari mana ini, hehehe).
Joe dan saya lebih mengenal satu sama lain dimulai dari terbiasa makan siang bersama di bulan puasa (karena cuma kami berdua yang tidak puasa). Lalu kemudian kadang-kadang makan malam bersama sebelum pulang ke tempat kos masing-masing.
Setelah sering ngobrol tentang berbagai hal, termasuk membaca isi blog masing-masing, barulah kami memutuskan untuk lebih mengenal satu sama lain alias pacaran.
Apa yang membuat saya berubah pikiran dari tidak mencari pasangan beda suku jadi menerima Joe jadi pacar? Tentu saja karena saya merasa walaupun kami berbeda suku, tapi setelah sering bersama-sama dan ngobrol berbagai hal, saya merasa Joe itu pria ideal buat jadi pasangan saya.
Komunikasi adalah kunci. Bersama-sama kalau tidak berkomunikasi, ya sama saja tidak semakin mengenal. Jadi mungkin peribahasanya bisa ditambahkan cinta datang karena terbiasa dan terjalinnya komunikasi yang baik, atau kalau istilah jaman sekarang bilangnya harus nyambung ngobrolnya. Harus sefrekuensi juga.
Selamat Ulang Tahun Papa Joe
Tanggal 17 Mei 2021, Joe ulang tahun ke-41, tapi rambutnya udah hampir putih semua. Dia tidak mau cat rambut, karena katanya dia bangga dengan rambut putihnya. Rambut saya juga mulai memutih sebagian, tapi lebih banyak Joe, hehehe. Rambut putih itu mahkota, tanda diberi umur panjang katanya.
Walaupun Chiang Mai sudah masuk zona oranye dan bisa makan di restoran lagi, kami memilih untuk merayakan ulang tahunnya di rumah saja. Sebenarnya, sempat terpikir untuk ke mall dekat rumah dan makan di sana seperti tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, mengingat jumlah kasus covid-19 yang masih naik turun, lebih baik memilih amannya saja alias di rumah saja.
Karena udara di Chiang Mai masih sangat panas sampai sekarang, saat yang tepat untuk memesan kue es krim. Biasanya sih kami beli kue es krim ini hanya di saat ulang tahun Joshua di bulan Juni, tapi ya sesekali bapaknya ultahnya juga dibeliin kue es krim juga.
Setelah lama tidak membuka aplikasi pesan makanan online, hari ini buka aplikasi dan pesan online deh. Pilihan jatuh pada kue es krim rasa coklat yang coklat banget. Lumayan, ada promosi juga, jadi bisa sekalian beli kue yang agak besar. Anggap saja stok es krim untuk beberapa hari ke depan.
Seperti biasa, jumlah lilin terlalu banyak kalau harus memasang 41 lilin, jadi Jonathan memasang lilin dengan hitungan binner 101001 alias 32 + 8 + 1. Jadi jangan heran kalau di foto terlihat lilinnya tidak menyala semuanya.
Tahun ini Joshua paling semangat meniup lilin, sepertinya bulan depan bakal makan kue es krim lagi nih buat ulang tahun Joshua, hehehe. Apalagi kuenya rasa coklat, kegemarannya Joshua, makanya dia duduk paling depan dan paling semangat meniup lilin.
Selamat ulang tahun Papa Joe, semoga kita panjang umur dan tetap sehat dan walau sibuk dengan pekerjaan tetap mau main dengan anak-anak.
Semoga juga kita tetap sayang satu sama lain, dan karena sudah terbiasa makin sayang dan makin cinta. Tetap bisa ngobrolin berbagai hal-hal random (sampai anak-anak pun terkadang ikutan ngobrolin hal yang agak random juga hehehe).
Hari ini, 13 Maret 2021, ada 2 hari besar keagamaan jatuh pada hari yang sama. Umat Muslim merayakan Idulfitri, sedangkan umat Kristiani Memperingati Kenaikan Isa Al-Masih.
Saya bayangkan kalau kondisi sedang tidak pandemi, pastilah lalu lintas di Indonesia sangat ramai di pagi hari. Sebagian besar sibuk untuk pergi sholat Ied, sebagian lagi pergi ibadah ke gereja. Lalu, pulang ibadah, semua akan saling mengunjungi.
Tanggal di atas, merupakan tanggal pertama kami tiba di Chiang Mai. Tahun 2007 yang lalu, untuk sampai ke Chiang Mai dari Jakarta belum banyak pilihan. Bahkan dengan pesawat yang mahal seperti Singapore Airlines sekalipun, kami harus transit 1 malam di Singapur.
Rumah Pertama di Chiang Mai
Sejak beberapa tahun yang lalu, setiap tahun, saya berusaha mengingat kembali awal mula kami tiba di sini, dan menuliskannya di blog ini. Sayangnya, waktu itu kami belum join FB, kamera ponsel pun belum sekeren sekarang. Jadi tidak ada reminder di FB tentang memori 14 tahun yang lalu.
Hari Kartini tahun 2021 ini, ada yang terasa berbeda. Biasanya, setiap hari Kartini, 21 April, kami menelpon ke Indonesia untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada emak mertua yang kami panggil Eyang girl.
Tahun lalu ternyata menjadi kesempatan terakhir kami mengucapkan selamat ulang tahun. Emak sudah menghadap sang pencipta di akhir April 2020 yang lalu.