Sudah lama rasanya tidak menuliskan tentang situasi Covid-19 di Thailand. Alasannya sih karena memang tidak ada yang bisa diceritakan. Setelah 65 hari tanpa transmisi lokal, Thailand masih sangat ketat dengan aturan penggunaan masker dan pencatatan aplikasi penelusuran kontak. Emergency Decree juga diperpanjang lagi sampai akhir Agustus 2020.
Saat ini walau tidak ada transmisi lokal, setiap harinya masih ada kasus positif yang ditemukan, biasanya tak lebih dari 10 dan semuanya berasal dari orang yang datang dari luar negeri dan masih berada di karantina wajib. Buat saya ini masih tetap misteri, mengingat mereka sudah wajib tes dulu sebelum berangkat dari negara asal. Tapi sepertinya bisa saja mereka terkena di perjalanan.
Sudah aman, tetap wajib pakai masker
Bedanya situasi emergency decree saat ini dibandingkan di awal merebaknya penularan Covid-19 di Thailand adalah, masyarakat bebas untuk berkegiatan di luar. Kegiatan di semua sektor termasuk sekolah juga sudah kembali berjalan seperti biasa. Perbedaan utamanya adalah tetap harus pake masker, disarankan rajin mencuci tangan dan setiap tempat umum harus menyediakan hand sanitizer untuk pengganti cuci tangan.
Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan tentang staycation pertama kami. Tanpa disadari, tahun lalu, di akhir pekan yang sama kami juga berlibur di dalam negeri Thailand. Bedanya, tahun lalu kami pergi ke Phuket dan menginap beberapa malam. Kemarin, karena tujuannya masih dekat dari rumah, kami sengaja menginap 1 malam, bersantai di penginapan dan sebelum pulang ke rumah barulah berjalan-jalan ke tempat wisata di sekitar tempat menginap.
Setelah lelah berenang di hari sebelumnya, kami tidur awal dan akibatnya anak-anak bangun kepagian! Jam 6 pagi mereka sudah bangun. Rencana awal, mau berenang dulu di pagi hari. Tapi anak-anak sudah kelaparan, jadi kami mengubah rencana untuk sarapan sebelum berenang. Tapi ternyata restorannya baru buka jam 8 pagi. Restorannya juga tipe pesan dulu baru disiapkan. Alhasil, sekitar jam 8.30 baru bisa menikmati sarapan pagi. Untuk yang biasa sarapan jam 8 pagi, perbedaan 30 menit ternyata cukup terasa, hehehe.
Sebenarnya ide staycation alias nginep di tempat yang cuma beberapa kilometer dari rumah tidak pernah menarik buat saya. Tapi, setelah terjadi pandemi dan Thailand aman kembali, baiklah kita membantu menggerakkan roda ekonomi sambil menyenangkan hati anak-anak.
Jonathan baru saja menyelesaikan semua pelajaran homeschooling kelas 4 nya, sebelum mulai kelas 5, kami memutuskan untuk memberi hadiah berupa liburan yang tidak terlalu jauh dari rumah. Lagipula perjalanan ke Bangkok yang kami lakukan akhir bulan Juni tidak bisa dianggap liburan, karena fokusnya ya urus passpor saja.
Tujuan liburan kali ini beneran dekat dari rumah. Menurut Google Map cuma sekitar 40 km dari rumah, tapi karena macet ya hampir 1 jam di jalan.
Salah satu kelebihan tinggal di Chiang Mai, tidak jauh dari rumah masih banyak sawah dan daerah yang serasa di kampung halaman. Tapi, karena kami tidak berniat ikut bercocok tanam, ya tentunya mencari penginapan yang walau lokasi suasana desa, tapi fasilitas modern. Wifi dan kolam renang, selain rumah yang kokoh dengan kamar mandi yang bersih tentu saja syarat utama.
Hari ini, untuk pertama kalinya saya terpikir untuk mencari tahu apa sih makna tumpengan itu sebenarnya. Di Indonesia, kegiatan tumpengan ini mungkin hal yang biasa setiap kali ada syukuran ya. Nah, bertahun-tahun merantau, baru belakangan ini bertemu teman yang jago masak makanan Indonesia dan bisa bikin nasi tumpeng lengkap begini. Ayo, siapa yang pernah mencari tau lebih banyak soal tumpeng dan kenapa bentuknya kerucut?
Sejak tanggal 18 Mei 2020 lalu, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah Thailand untuk mengatasi penyebaran Covid-19 adalah mengenalkan aplikasi penelusuran kontak di tempat-tempat umum seperti mall, toko, restoran, taman kota, dan tempat wisata lainnya. Aplikasi ini disebut dengan nama Thai Chana.
Kita bisa saja tidak menginstal aplikasinya, karena pada dasarnya kita bisa menscan QR Code menggunakan QR Code reader apapun yang kita punya di ponsel kita, hasil scan QR Code otomatis kita akan membuka situs untuk mencatat kalau kita check-in ke tempat tersebut. Tapi untuk kepraktisan dan kemudahan check-out, saya memilih untuk menginstal aplikasinya.
Aplikasi ini dikenalkan sebagai bagian dari tahapan melonggarkan aturan untuk kembali ke normal. Sebelumnya, semua toko dan mall ditutup dan semua orang di rumah saja. Nah, setelah semua dibuka kembali, harus ada cara untuk mengetahui siapa saja ada di satu tempat pada waktu yang sama.
Sebenarnya Joe pernah menuliskan soal protokol yang disiapkan oleh Google dan Apple, akan tetapi kebanyakan orang terlalu khawatir dengan privacy. Kebanyakan orang merasa tidak suka kalau pergerakannya selalu diketahui, padahal apa sih yang mau disembunyikan, hehehe.
Aplikasi ini tujuannya apabila didapati pasien positif Covid-19, maka semua orang yang ada di tempat yang dikunjungi oleh orang tersebut pada saat yang sama akan dihubungi untuk diperiksa juga. Pada dasarnya aplikasi ini hanya mencatat nomor telepon kita. Untuk yang tidak memiliki ponsel, akan diminta untuk mencatat nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi, ketika masuk ke tempat umum tersebut.
Reaksi awal dengan aplikasi ini, tetap saja banyak yang khawatir privasinya dilanggar. Tapi ada jaminan kalau datanya hanya disimpan selama 60 hari. Kemarin, data untuk tanggal 18 Mei 2020, sudah dihapus karena sudah 60 hari, lalu setiap hari data yang lebih dari 60 hari akan dihapus dari server.
Aplikasi ini sebenarnya mirip dengan aplikasi Foursquare, bedanya kalau Foursquare itu biasanya dilakukan buat berbagi ke teman kita di media sosial kalau kita mengunjungi tempat tertentu. Aplikasi Thai Chana ini dipakai untuk menscan QR Code dari tempat yang kita datangi, dan otomatis nomor kita beserta jam saat kita menscan akan tercatat mengunjungi toko tersebut di server.
Caranya sebenarnya hanya mempermudah kita mencatat toko apa yang kita kunjungi dan jam berapa. Bisa saja semua orang disuruh membuat catatan pergerakan masing-masing, tapi tentunya belum tentu semua membaca berita ketika ada sebuah supermarket misalnya yang dikunjunginya ternyata dikunjungi oleh pasien positif juga pada saat yang sama. Jadi dengan adanya catatan terpusat, pemerintah bisa menghubungi nomor yang tercatat berada di tempat yang sama pada saat yang sama dengan pasien positif Covid-19.
Contohnya ketika kemarin ada kasus tentara Mesir yang masuk ke Thailand dengan ijin khusus dan tanpa karantina 14 hari dan mengunjungi tempat umum di Rayong. Ternyata ketika sudah meninggalkan Thailand, dari hasil pemeriksaan sebelum dia berangkat, diketahui hasilnya positif. Awalnya sempat membuat banyak orang resah, bahkan sekolah di Rayong ditutup sementara untuk mencegah penularan infeksi Covid-19.
Dengan menggunakan data yang ada dari server Thai Chana, orang yang tercatat mengunjungi tempat-tempat yang dikunjungi pasien tersebut dihubungi, diperiksa dan dihimbau untuk isolasi mandiri 14 hari. Sampai hari ini, sudah lebih 6000 orang diperiksa swab Covid-19, dan sejauh ini 5200 orang hasilnya negatif, dan sisanya masih menunggu hasil. Harapan saya, semoga saja semua hasilnya tetap negatif. Kalau mau positif thinking, semoga pasien positif tersebut patuh memakai masker ketika dia ke tempat umum di Rayong.
Apakah wajib untuk menggunakan aplikasi Thai Chana ini? Saya perhatikan, beberapa minimarket tidak terlalu mewajibkan pengunjungnya untuk check-in dan check-out. Tapi sebenarnya, ini untuk kebaikan kita sendiri, jadi saya memilih untuk tetap menscan QR Code dari tempat yang saya kunjungi, dan tetap berharap tidak ada kasus transmisi lokal di Thailand.
Sampai tanggal 19 July 2020, sudah 55 hari tidak ada transmisi lokal di Thailand. Total pasien terdeteksi positif sebanyak 3.249 orang, sebanyak 3096 orang sudah sembuh, 95 orang masih dirawat dan 58 orang meninggal. Dengan tidak adanya transmisi lokal selama hampir 2 bulan, aktivitas anak-anak sudah kembali seperti dulu, bedanya: wajib memakai masker ketika di tempat umum.
Hari Senin yang lalu, merupakan hari libur di Thailand. Tapi kantornya Joe tidak libur. Jonathan ada kegiatan homeschool grup dengan teman-temannya. Setelah mengantar Jonathan, saya ajak Joshua jalan-jalan berdua.
Saya bawa Joshua ke taman kota, mumpung udara cerah. Tujuan utamanya ya tentu saja main di playground. Saya pikir akan ada banyak anak-anak bermain di sana. Tapi mungkin saya datang kepagian, anak-anaknya belum banyak yang datang bermain di sana.
Mungkin karena tidak banyak teman bermain, Joshua tidak terlalu bersemangat main di playgroundnya. Selain kami, ada 2 anak perempuan yang agak lebih besar main di sana. Tapi anak-anak itu mainnya bukan meluncur ke bawah, tapi memanjat ke atas.
Sebenarnya, saya ingat sebelumnya waktu kami ke sini bersama Jonathan, Joshua dan Jona juga mainnya bukan cuma meluncur ke bawah, tapi manjat ke atas baru meluncur ke bawah. Main dengan cara ini bagus untuk motorik kasar anak-anak, selama tidak membahayakan anak lain, seringnya saya biarkan mereka main perosotan dengan cara memanjat dulu baru merosot.
Setelah hampir 4 bulan di rumah saja, mulai dari gara-gara polusi sampai dengan pandemi Covid-19, hari Minggu kemarin kami ngemall lagi. Bersyukur kalau di Thailand tidak ada polusi lagi dan penyebaran infeksi Covid-19 sudah tidak ada transmisi lokal selama 40 hari lebih.
Semua yang dulu ditutup sudah mulai dibuka kembali. Semua sudah terasa normal, bedanya selama di luar setiap orang disarankan memakai masker. Sebelum masuk mall tetap ada pemeriksaan suhu tubuh dan check-in dengan aplikasi. Kalau masih ada kasus infeksi setiap harinya, pastinya kami masih di rumah saja.
Saya perhatikan, check-in aplikasi ataupun mendaftarkan nama dan nomor telepon sebenarnya bisa saja tidak dilakukan. Tapi kami memilih tetap melakukannya, supaya kalau tiba-tiba ada penyebaran kasus baru, kami bisa dihubungi dan segera diperiksa. Tidak berharap ada kasus baru sih, tapi namanya juga lebih baik menjaga daripada terkena.