Review Speaker Mini dari Xiaomi

Hari ini giliran saya mengantar Jonathan taekwondo, Joe dan Joshua tinggal di rumah. Untuk mengisi waktu menunggu, saya jalan lihat-lihat toko gadget di lantai 3 Chiang Mai Central Airport Plaza. Walau sering ke mall ini, tapi kesempatan untuk melihat-lihat dengan santai itu tidak bisa dilakukan kalau harus sambil ngejar-ngejar Joshua hehehe. Tadinya tujuan utama mau mencari jam tangan mi band 4 dari Xiaomi, tapi malah menemukan speaker kecil lucu tapi powerful.

Ternyata sekarang ada toko khusus Mi di mall Airport Plaza ini. Xiaomi ini merk dari China, dulunya waktu baru ada HP saja, saya agak skeptis dan lebih memilih Samsung, apalagi awalnya belum ada garansi resmi di Indonesia ataupun Thailand. Setelah Xiaomi beredar resmi di Thailand dan ada tempat service resminya, baru saya mulai melirik merk ini dan sejauh ini cukup senang dengan pilihan HP Xiaomi maupun mi band 3 dari Xiaomi.

Nah, di toko resmi Xiaomi ini saya tidak mendapatkan mi band 4, tapi malah jadi lihat-lihat benda-benda lucu lainnya. Ada timbangan, ada obeng elektrik, ada lampu yang otomatis menyala jika malam hari dan ada gerakan orang lewat. Ada filter udara (ini penting di musim polusi). Dan yang menarik perhatian saya speaker bluetooth.

Sejak berlangganan apple music, saya jadi lebih sering dengar musik di mobil. Kalau di rumah, sambil masak di dapur dengar musik pakai speaker phone saja, tapi kadang-kadang suaranya kalah dengan suara exhaust fan dari atas kompor. Waktu melihat speaker bluetooth, jadi kepikiran untuk beli. Ada banyak pilihan, tapi sebelum ketemu speaker mini ini, harga termurahnya itu sekitar 770 baht. Waktu memutuskan untuk pulang dan menunda membeli speaker bluetooth, saya melewati speaker mungil ini.

Saya minta mbak penjaganya pasang musiknya via speaker mini ini, dan ternyata cukup powerful. Lihat harganya yang 299 baht, sayapun langsung memutuskan beli dan membayangkan Joshua pasti bakal menjadikan speaker ini seperti mainan dia.

speaker bluetooth mini 299 baht, klaimnya bisa sampai 6 jam
bisa dicharge dan klaimnya sih batere tahan lama
kotaknya aja kecil

Benar dugaan saya, waktu saya test speaker mini ini di rumah, Joshua langsung ambil dan bawa ke sana kemari sambil ikut bergoyang. Dia terlihat antara kagum dan senang ada benda kecil lucu yang mengeluarkan suara lagu-lagu yang dia kenal.

Beberapa kali speaker ini jatuh dibikin oleh Joshua. Sekali dia lempar ke lantai, mungkin dia mau lihat apa yang akan terjadi kalau dia lempar. Saya pikir, aduh masa baru beli rusak sih gara-gara dijatuhin. Eh ternyata walau jatuh beberapa kali, speakernya tetap menyala dan suaranya tetap jernih.

Saya belum tahu apakah klaim batere tahan 6 jam ini benar adanya. Nanti setelah saya coba lebih lama, akan saya tuliskan review lanjutannya. Kesan sejauh ini sih cukup memuaskan, baik kualitas suaranya maupun faktor tahan bantingan Joshua hehehe.

Blogwalking di Blog sendiri

Hari ini saya sedang terlalu banyak yang ingin dituliskan seputar relationship, pasangan dan pernikahan. Tapi karena seringkali hal-hal yang ingin dituliskan itu sudah pernah ditulis, supaya ga terlalu banyak pengulangan akhirnya saya melakukan pencarian ke tulisan-tulisan kami yang lama.

Awalnya, kepikiran nulis soal persiapkan pernikahan sebelum itu dimulai termasuk persiapan biaya pesta. Gimana caranya biar pesta pernikahan gak membuat kehidupan pernikahan nantinya jadi susah karena harus bayar hutang ke rentenir demi biaya pesta. Terus adalagi baca berita soal wanita yang mengakhiri hidupnya karena pengantin pria gak punya cukup uang untuk mas kawin sesuai permintaan keluarganya. Tapi sepertinya hal itu dibahas di lain hari saja.

Tanpa sengaja saya jadi menemukan tulisan-tulisan lama yang dituliskan Joe dan saya. Tulisan terbaik hasil blogwalking malam ini jatuh ke tulisan tentang memahami kehidupan. Tulisan ini tulisan Joe di tahun 2008, pandangan tentang hubungan antar manusia (relationship). Sebenarnya hampir keseluruhan tulisan pengen saya kutip kembali, tapi dari semua paragraph, bagian ini kira-kira mendasari semuanya:

Hal yang membuat hidup indah adalah karena kita bisa berbagi dengan banyak orang. Tapi ada hal yang membuat hidup kadang nggak enak dijalani, yaitu karena kita harus berhubungan dengan banyak orang. Menurutku manusia itu pada dasarnya jahat, tapi sebagian besar bisa menampakkan hanya sisi baiknya saja ke orang lain. Pemahamanku yang pertama mengenai manusia adalah: berhati-hatilah pada orang lain.

YN

Jadi pada dasarnya orang lain itu bikin hidup ini indah tapi juga bisa gak enak. Mungkin akan banyak yang tidak setuju tentang bagian: manusia itu pada dasarnya jahat. Tapi dasarnya jahat bukan berarti jahat banget, kita juga selalu berusaha menunjukkan sisi baik kita. Makanya peringatannya berhati-hati aja sama orang sambil menikmati keindahan berbagi hidup. Ah kalimatnya jadi rumit yah, tapi ya kira-kira begitulah. Manusia membutuhkan manusia lainya – baik ataupun jahat.

Tulisan berikut yang juga nemu dari hasil blogwalking malam ini mengenai pasangan hidup yang ditulis Joe di tahun 2014. Tulisan ini sebenarnya lebih kurang sama dengan yang akan saya tuliskan, tapi saya minta Joe yang nulis karena dia biasanya lebih bagus struktur nulisnya. Kesimpulan dari tulisan itu mengenai pasangan ideal juga sebenarnya hasil diskusi berdua.

Bagi saya, pasangan hidup saya adalah semuanya: sahabat, orang yang sepadan untuk saya ajak diskusi, orang yang terdekat bagi saya, orang yang bisa saya percaya sepenuhnya, dalam hal keuangan, rahasia dan semuanya. Secara singkat: saya berbagi hidup dengan orang tersebut.

YN

Tulisan di blog ini hanya sepersekian dari obrolan kami setiap harinya. Kami itu ngobrolin dari A sampai Z, mulai cerita perkembangan anak, gadget yang baru release, game yang menarik buat dimainkan, masalah di kantor, sampai cerita yang terjadi di belahan bumi lain juga bisa jadi topik obrolan, dan sejauh ini kami selalu punya pandangan yang sama (adakalanya di mulai dengan berbeda pandangan tapi berakhir dengan yang satu ikut yang lain hahaha).

Tulisan terakhir yang saya baca malam ini dan pingin saya bagikan ulang adalah tulisan tentang menikah dan usia. Kalau ini tulisan saya di tahun 2007, waktu itu baru 2 bulan menikah tapi tulisannya masih berlaku sampai sekarang. Bagian yang ini saya kutip sebagai berikut:

Kembali ke para remaja 20 tahunan yang sudah memikirkan menikah, mungkin mereka kebanyakan nonton sinetron yang selalu happy ending, atau mungkin mereka hanya membaca cerita serial cantik ataupun dongeng pengantar tidur di mana ceritanya selalu berakhir bahagia. Apakah mereka pernah membaca tentang “bagaimana mengelola keuangan”, sedangkan mungkin saja mereka selalu mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari orangtua mereka tanpa mencari. Atau.. “peran suami dan istri dalam rumahtangga”, atau..”masalah-masalah yang mungkin timbul dalam keluarga” atau “cara berargumen yang baik”. Semua judul itu fiktif, tapi..setidaknya semua itu sudah harus terpikirkan sebelum menikah (selain masalah bagaimana membesarkan anak dsb).

RN

Untuk bagian ini, tulisannya bisa diedit untuk semua yang sedang mempersiapkan diri untuk menikah, sudahkan Anda mempersiapkan diri untuk mengetahui kalau menikah itu bukan happy endingnya kisah fairy tale. Menikah itu titik awal, jadi belajarlah mengenai judul-judul fiktif yang saya sebutkan diatas, mungkin sekarang sudah banyak buku-buku soal mengelola keuangan rumahtangga, peran suami istri dalam keluarga, masalah yang mungkin timbul dalam pernikahan dan juga cara berargumen dengan pasangan Anda.

Kalau kami dulu sebelum menikah, membaca buku Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan Itu Dimulai. Dalam buku itu dibahas berbagai hal termasuk hal-hal yang saya sebut di atas.

Hal yang perlu disadari oleh orang-orang yang akan menikah adalah pesta pernikahan itu bukanlah segalanya, jadi jangan sampai berhutang demi pesta yang terlihat wah. Lebih penting kehidupan setelah pernikahan (marriage) daripada hari pesta pernikahan (wedding) itu sendiri. Jangan karena pesta yang cuma beberapa jam, kehidupan pernikahan jadi serasa seperti neraka.

Sekarang ini persiapan pernikahan lebih banyak memperhatikan foto prewedding, gedung pesta, cetak undangan yang indah dan bulan madu impian. Semua itu membutuhkan biaya!. Kehidupan pernikahan nantinya juga lebih banyak biayanya loh, apalagi kalau sudah punya anak. Jadi jangan sampai memulai kehidupan rumahtangga dengan hutang ataupun langsung mengakhiri hidup karena calon pasangan gak menyanggupi mahar, padahal kan harusnya bisa menunda pernikahan sampai duit cukup, atau ya meyakinkan keluarga kalau mereka itu bukan sedang jual anak maka harus pasang harga.

Tulisan kali ini saya akhiri dengan salah satu kutipan di diktat kuliah, lupa persisnya buku mana dan oleh siapa tapi kira-kira sebagai berikut: Hidup ini adalah kesediaan menerima akibat dari pilihan.

Langit di bulan Juni

Coba lihat keluar, bagaimana langit di kota Anda. Sepanjang bulan Juni, langit kota Chiang Mai sangat indah. Bukan hanya ketika matahari bersinar cerah, bahkan ketika mendung menggulung di langit kelam semuanya terlihat indah. Setiap kali melihat keindahan langit yang terbentang di depan mata, ingin rasanya mengabadikannya menjadi foto yang dipigura indah, berdecak kagum dengan indahnya ciptaan Tuhan. Foto-foto ini saya ambil ketika sedang dalam perjalanan sekitar Chiang Mai, ketika jalanan kosong jadi berani untuk menjepret langit dengan kamera handphone. Ada juga yang dijepret Joe ketika dia dan Jona bersepeda.

Saya tidak pernah bosan melihat langit biru, baik itu langit biru bersih ataupun dengan hiasan gumpalan awan putih atau hitam tanda hujan kan datang.

Dulu pernah belajar namanya ada cumolus, stratus, cumolonimbus maupun cirostratus. Sekarang sudah lupa mana yang namanya siapa, harus buka contekan biar tau yang mana. Tapi apapun namanya, langit bulan Juni di kota ini terasa sangat istimewa. Coba tebak, dari cuplikan langit yang ada, sedang musim apakah di kota ini?

Kalau ditanya langit mana yang jadi favorit, saya tidak bisa memilih. Pengennya lebih banyak lagi menjepret langit, apa daya saat menyetir itu keselamatan lebih utama.

Melihat langit biru dengan hiasan putih atau kelabu terlalu indah untuk disimpan sendiri. Mengakhiri bulan Juni, saya bagikan foto langit Chiang Mai yang berhasil diabadikan di bulan Juni 2019. Siapa tau bisa jadi inspirasi atau malah jadi puisi untuk yang mampir ke blog ini.

Tentang Trauma Masa Kecil

Tulisan hari ini masih ada hubungannya dengan ngomongin kdrama. Salah satu formula kdrama itu dalam ceritanya tokoh utamanya punya pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan. Beberapa kdrama terakhir yang saya tonton, selalu aja ada unsur si tokoh tidak punya memori sebelum umur tertentu. Ada yang efeknya jadi terpecah kepribadiannya, ada juga yang sering diganggun mimpi buruk, ada juga yang karena lupa sama sekali dia jadi pribadi dewasa yang baik-baik saja dan ceria.

Dari nonton kdrama dan cara mereka mendramatisir trauma masa kecil ini (ada yang umur 5 tahun, 7 tahun, atau bahkan 15 tahun). Saya terkadang jadi mikir sendiri. Bersyukur saya tidak mengingat punya trauma apapun di masa kecil, tapi kadang jadi bertanya-tanya, apa saya termasuk kategori melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan dan hanya mengingat yang menyenangkan saja? Saya tidak bisa mengingat semua hal dengan detail dari masa kecil saya. Saya tidak ingat umur berapa saya mulai bisa naik sepeda, saya tidak ingat siapa saja nama teman bermain saya waktu masih kecil, tapi saya ingat saya dulu sering nangkapin ikan kecil-kecil diparit depan rumah hahahaha.

Respon terhadap trauma masa kecil yang saya suka dari kdrama adalah kalau mereka tidak berlama-lama dalam mode sedih, marah atau mempersalahkan orang lain. Saya lebih suka kalau ceritanya tokohnya bisa tetap bersyukur dengan keadaan sekarang walaupun masa lalunya mungkin menyedihkan. Tidak cuma di film, dalam kehidupan ini pun saya berusaha untuk tidak terlalu terpaku dengan apa yang sudah lewat dan sudah terjadi dan tetap bersyukur untuk hari ini, waktu ini, sekarang ini dan berharap hari esok dan masa depan bisa lebih baik lagi.

Jadi ingat dengan buku 10 aturan dalam hidup. Katanya hidup ini adalah pelajaran yang tidak ada habisnya. Kita akan mendapatkan pelajaran yang sama terus menerus sampai kita lulus dari pelajaran tersebut dan setiap pelajaran itu tidak bisa diskip tapi harus diselesaikan. Mungkin yang namanya trauma itu seperti pelajaran yang belum lulus juga, dan kita dinyatakan lulus kalau sudah bisa menerima dan move-on dari hal yang kita anggap trauma.

Ah ini tulisan random bener ya, bukan tulisan dari ahli-nya soal trauma hehehe. Tapi kalau dipikir-pikir, kalau kita merasa hidup ini gak maju-maju karena sesuatu di masa kecil/masa lalu, ada baiknya juga kita selesaikan dulu dan berdamai dengan masa lalu. Kalau memang kita merasa ada andil orang lain yang membuat kita jadi trauma, mungkin bisa dicoba dengan jurus memaafkan dan melupakan. Teorinya gampang yaaaa, tapi ya sebenarnya daripada kita terus menerus dalam lingkaran trauma, bukankah memaafkan itu lebih baik dan supaya kita bisa move-on juga? Kalau udah dimaafkan ya udah dilupakan, jangan tiap ada masalah kembali ke reffrein kayak lagu.

Kalau dari contoh kdrama, sepertinya tidak ingat dengan pengalaman kurang menyenangkan itu merupakan anugerah. Dengan tidak ingat dan lupa, kita tidak mengalami mimpi buruk dan tidak terus menerus dalam lingkaran masalah. Tapi ya kalau memory buruknya muncul lagi, ya diselesaikan dan menerima hal yang sudah terjadi tidak bisa diubah lagi, yang bisa kita lakukan itu ya untuk hari ini, untuk sekarang ini dan demi masa yang akan datang.

Kalau level traumanya memang sudah sangat mengganggu sampai kita merasa depresi dan tidak bisa bekerja dengan baik, sebaiknya cari bantuan ke profesional. Trauma dan depresi itu gangguan yang tidak bisa dianggap enteng dan gangguan kesehatan yang serius. Memaafkan dan move-on itu tidak selalu gampang, kadang kita butuh bantuan profesional untuk menemukan cara memaafkan dan move-on.

Udah tulisannya segini dulu, buat teman-teman di Indonesia yang sedang merencanakan mudik dan atau liburan, hati-hati di perjalanan dan selamat melepas rindu dengan keluarga dan handai tolan.

Waffle Instan

Beberapa waktu lalu beli waffle maker, nyobain bikin pakai resep sendiri tapi kok ya gak berhasil. Nyoba pakai tepung pancake instan juga kurang sip. Waktu belanja beberapa waktu lalu melihat ada tepung waffle instan juga ternyata. Jadi ya dengan niat mencoba marilah kita masak.

Di dalam kotak ada 2 kemasan masing-masing 200 gram. Di belakang kotak ada petunjuk untuk menanbahkan 1 telur dan 120ml air untuk 200 gram tepung instan. Kalau tepung pancake instan instruksinya tambahkan susu dan telur, mungkin memang beda campuran tepungnya. Aduk-aduk sebentar, setelah rata ya masak di atas waffle maker yang sudah dipanaskan.

Awalnya saya suka gak sabar pengen lihat sudah selesai belum, padahal lampu indikator waffle makernya juga belum mati. Lama-lama jadi tau kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasaknya. Adonan 200 gram tepung waffle instan ini hasilnya kira-kira 3 kali masak alias 6 lembar waffle. Cukuplah untuk cemilan anak-anak. Kalau lebih banyak dari itu nanti jadi cemilan papa mamanya hehehe.

Baru selesai masak, saya letkakan di meja. Belum disuruh eh tau-tau udah ada yang ambil. Tadinya saya pikir adonannya akan kurang manis, jadi mau saya olesin nutella lagi, eh tapi ternyata manisnya udah cukup dan Joshua nyemil 2 hahaha.

diam-diam nyomot habis 2 hahahaha

Sebenarnya masih penasaran pengen bikin adonan sendiri, tapi kalau harus menakar sendiri emang lebih ribet, jadi ya kalau untuk cemilan sesekali boleh juga sedia tepung waffle instan di rumah. Telur biasanya kan selalu ada juga. Lain kali mau cobain makan wafflenya pake es krim, pasti lebih nikmat lagi hahaha.

Waffle maker yang saya beli ini hasilnya juga terlalu tipis dan garisnya tidak tipis kalau dibandingkan dengan waffle maker yang bulat. Tapi ya kemaren nyoba beli waffle makernya juga karena murah hehehe. Kabarnya waffle ini bisa dicampur dengan berbagai buah ataupun sayuran di blender ke adonannya untuk menyelipkan nutrisi sayuran ke anak-anak. Tapi saya belum coba, kapan-kapan kalau sudah dicoba akan saya ceritakan lagi.

Review dan Rating

Kenapa saya suka menulis review/opini tentang sebuah produk/layanan? Karena sebelun membeli sesuatu, menonton film, membaca buku atau mencoba sesuatu saya suka mencari tahu apa pendapat orang lain terlebih dahulu. Review yang saya tuliskan sudah tentu bersifat opini pribadi, karena saya tidak selalu bisa membandingkan produk tersebut dengan produk sejenis. Dengan membaca review dari orang lain saya mendapat gambaran dari yang mau saya beli, jadi saya menulis review juga untuk membantu orang lain yang mencari informasi mengenai produk tertentu.

Saya juga sering memperhatikan berapa bintang peringkat yang paling banyak diberikan orang-orang. Khusus untuk layanan restoran/penginapan saya juga sering membaca bagian komentar negatifnya. Hal ini tentunya untuk mencari tahu apakah kemungkinan terburuk yang dihadapi kalau membeli produk tersebut. Namanya opini, tiap orang bisa jadi memiliki pendapat yang berbeda-beda untuk sebuah produk, tapi kalau kebanyakan orang kasih bintang 5 tapi ada juga yang kasih bintang 1, saya simpulkan mungkin dia lagi kurang beruntung saja, atau memang punya standar lebih tinggi dari orang kebanyakan.

Berbeda dengan kebiasaan mencari tahu review yang kurang bintang, saya malah jarang menuliskan sesuatu yang menurut saya tidak saya sukai. Tapi sejauh ini, saya tidak pernah menemukan produk yang bikin saya ingin mereview kejelekan sebuah produk habis-habisan sih. Kalaupun ada produk yang biasa-biasa saja, biasanya ya paling kasih bintang pertengahan dengan komentar apa yang bikin bintangnya berkurang.

Bagaimana dengan memilih film yang ingin ditonton? Nah kalau ini sih biasanya saya membaca reviewnya setelah selesai menonton, karena biasanya review film itu lebih seru dibaca kalau ada spoilernya hehehe. Jadi apa yang membuat saya memutuskan menonton sebuah film? ya biasanya liat trailernya, lalu baca ringkasan ceritanya, lihat siapa yang main, dan kalau itu film seri seperti kdrama saya tonton episode pertamanya.

Teman saya bilang: jangan menilai sebuah film seri dari 1 episode, tapi buat saya kalau episode 1 tidak membuat saya tertarik menonton lanjutannya, ya mending nonton serial lain hehehe. Ada juga kalau beberapa menit pertama sudah bikin saya tak tahan menontonnya karena jalan cerita yang terlalu lambat, ya udah saya berhenti menontonnya. Kalau ada sedikit rasa penasaran, saya akan tonton episode terakhirnya dulu sebelum akhirnya kembali ke depan. Saya memang gak terlalu terganggu dengan spoiler, karena buat saya yang penting itu jalan ceritanya bukan akhir ceritanya saja.

Kalau baca buku lain lagi yang menentukan. Biasanya saya baca buku kalau judulnya menarik dan banyak review dari orang-orang. Pernah juga saya baca bukunya supaya gak ketinggalan kalau temen lagi ngobrol. Duluuuuu saya gak tertarik dengan Harry Potter. Tapi karena teman-teman saya kalau ngumpul sibuk membahas Harry Potter, saya jadi mencoba baca. Walaupun bacanya tersendat-sendat karena waktu itu saya belum terbiasa baca buku dalam bahasa Inggris, akhirnya saya selesai juga membacanya dan jadi mengerti kalau teman saya lagi seru ngobrol. Ternyata setelahnya, pas ketemu sama Joe jadi bisa melanjutkan membaca buku Harry Potter bareng waktu buku berikutnya keluar hehehhe.

Selain film dan buku, yang sering saya baca reviewnya itu aplikasi. Biasanya sebelum menginstal sebuah aplikasi di handphone, saya suka baca reviewnya juga untuk melihat kalau mencoba versi gratisnya apakah akan sangat terganggu dengan iklannya atau tidak. Beberapa aplikasi bisa tetap dipakai tanpa bayar, beberapa aplikasi meminta kita memasukkan informasi kartu kredit untuk mendapatkan masa percobaan gratis dalam periode tertentu. Untuk aplikasi yang meminta informasi pembayaran di awal biasanya tidak jadi saya pakai dan saya cari aplikasi sejenis.

Hampir kelupaan, duluuuu saya suka membaca review gadget. Masa di mana smart phone terlihat sangat smart dengan variasi harga yang bisa sangat terasa, penting untuk membaca rincian spesifikasi mana yang paling optimal dengan harga terjangkau. Sekarang ini saya sudah gak terlalu baca lagi karena biasanya sudah tau mau gadget apa dan budget berapa. Selain itu biasanya hal begini saya serahkan sama Joe, saya tinggal pakai hehehe.

Untuk review tempat wisata ataupun penginapan, kami tidak terlalu sering juga jalan-jalan kecuali di Chiang Mai, jadi yang saya tulis lebih ke cerita jalan-jalannya bukan reviewnya hehehe.

Kadang-kadang mereview sesuatu ini terkesan mempromosikan sesuatu tanpa dibayar. Memang kalau banyak yang memberi review positif tentunya banyak yang akan memilih produk tersebut, tapi tentunya sebuah produk dapat banyak review positif karena memang cukup baik, bukan karena orang lain ikut-ikutan saja. Saya sih gak keberatan mempromosikan produk yang saya rasa berguna tanpa dibayar, sukur-sukur produk itu akan semakin baik dikemudian hari dan harganya juga bisa semakin terjangkau.

Nostalgia di Sekolah Dasar

Hari ini saya sedang melatih diri untuk mencoba mengingat seberapa ingatan saya sekarang tentang masa kecil saya. Kalau mengingat secara spesifik, rasanya kok sulit, tapi ada beberapa hal yang saya ingat secara random.

Saya gak pernah diberi uang jajan dari kecil. Waktu SD kelas 1, lokasi sekolah itu dekat dari rumah jadi saya bisa jalan kaki. Orang tua saya gak pernah memberi saya uang jajan. Saya juga ga punya kebiasaan jajan. Ada sih warung-warung di depan sekolah, ada juga yang jual mainan, tapi saya tidak pernah punya keinginan untuk membeli apa-apa.

Nah tapi seperti pernah saya tulis sebelumnya, waktu SD kelas 1, tanpa saya mengerti beberapa teman menyerahkan uang jajannya 100 rupiah sehari ke saya karena mereka menyontek PR dari saya. Saya sudah gak ingat lagi PR jaman SD itu kayak apa ya? rasanya saya gak pernah juga berlama-lama ngerjain PR. Biasanya bahkan pulang sekolah saya tinggal main-main saja. Uang yang diberi teman saya itu ya saya kumpulin aja. Kalau sudah banyak saya tukar dengan lembaran uang 1000-an ke mama saya. Uangnya saya kumpulkan di dompet di rumah.

Setelah kelas 3 SD, saya diberikan ongkos becak atau bemo untuk sekolah karena kami pindah rumah agak jauh dari sekolah. Saya ingat kelas 3 SD itu saya masuk sekolah jam 1 siang sampai jam 5 siang. Iya saya sekolahnya SD Negeri Inpres yang bangkunya gak cukup untuk semua kelas masuk bersamaan. Jadi kelas 1 itu masuk sekolah jam 10 – 12, kelas 2 masuk jam 7.45 – 12, kelas 3 – 5 masuk siang jam 1- 5, lalu kelas 6 SD masuk pagi lagi.

Kelas tertentu saya bisa sharing becak dengan kakak saya, sisanya ya saya kadang jalan kaki setengah jalan supaya bayar angkotnya lebih murah dan sisanya saya kantongi. Ada kalanya juga saya naik sepeda ke sekolah. Saya gak ingat umur berapa saya bisa mahir naik sepeda, tapi saya ingat sering naik sepeda itu kelas 4 atau 5 SD.

Saya ingat, kadang-kadang ada les tambahan dari gurunya untuk acara sekolah, misalnya menari atau les tambahan ketika kelas 6 SD. Les tambahan ini wajib. Jadi sekolah pagi sampai jam 1, semua disuruh pulang dulu lalu datang lagi jam 3- 5. Saya ingat kadang-kadang saya bermain sepeda cukup jauh juga dengan teman-teman saya sepulang dari les tambahan. Tapi kalau sekarang ditanya daerah mana dulu sepedaanya, saya gak ingat lagi hehehe.

Ada memor yang juga saya ingat banget, waktu itu datang dokter untuk vaksinasi gratis. Saya yang sebenarnya takut bilang ke guru kalau menurut orangtua saya, saya sudah dapat imunisasi lengkap, jadi saya gak perlu lagi disuntik. Ada beberapa teman yang juga gak ikut imunisasi lagi, dan kami mengetawai teman-teman yang nangis ketika disuntik (padahal sendirinya kabur hahahha).

Memori paling berkesan waktu kelas 6 SD itu ketika saya masuk TV untuk acara cerdas cermat, walaupun kami kalah dan cuma dapat juara 3. Nah tapi hadiahnya dipakai sama kepala sekolahnya dan gak dikasihin ke kami huhuhuhu. Saya ingat banget kalau saya ajak 2 teman saya yang ikutan tim cerdas cermat untuk menghadap kepala sekolah meminta hadiah yang diberikan, tapi ya waktu itu saya belum bisa menang argumen lawan kepala sekolah hehehehe.

Gimana dengan teman-teman masa SD, masih ada yang ingat? Yang saya ingat paling teman yang masuk ke SMP yang sama. Teman yang ikut cerdas cermat bahkan sampai SMA masih ketemu lagi walau cuma 1 orang yang sekelas sama saya. Sekarang masih kontak? masih sama 1 orang, yang 1 lagi nggak tau kabarnya. Ada beberapa nama teman-teman SD yang masih saya ingat, tapi waktu saya coba cari di FB saya tidak menemukannya.

Salah satu hal yang juga lucu kalau diingat, waktu SD itu pertemanan bisa dari deket banget lalu jadi musuhan (eskete), terus nanti baikan lagi dan jadi deket banget lagi. Penyebab musuhannya apa? saya ga ingat lagi. Namanya juga anak-anak ya, hal-hal kecil aja bisa bikin ribut.

Setelah menulis beberapa kenangan SD ini, ada banyak kenangan lain muncul di kepala, misalnya kenangan masak air sampai gosong di ruang guru, berantem sama temen 1 kelompok karena masalah pinjam tip-ex, jadi mata-mata di kelas yang suka disuruh guru mencatat siapa yang ribut ketika guru perlu keluar ruangan sebentar. Di suruh membantu ibu guru nulis di papan tulis (padahal tulisan saya gak bagus-bagus amat). Bikin guru berantem karena saya sebel dijadiin kurir bolak balik buat menyampaikan pesan mereka ke guru lain (ini sebenarnya dasar aja gurunya hubungannya udah ga bagus, terus ngapain juga saya harus mondar mandir menyampaikan pesan dengan awalan: kata bu A bla bla bla).

Ternyata memori itu bekerjanya butuh dipancing ya, kalau udah ingat 1 hal, bisa jadi kemana-mana hahahhaa. Sepertinya tulisan random ini harus diakhiri sebelum tambah random lagi :). Menyenangkan juga mengingat-ingat masa kecil, siapa tau nanti ada teman SDN 060855 nyasar ke blog ini dan ingat saya hehehe.