Memilih buku untuk dibaca

Ada banyak sekali buku yang menarik untuk dibaca, tapi tidak cukup waktu untuk membaca semuanya (apalagi kalau sambil online, pasti jadinya teralihkan deh perhatiannya. Maka saya menantang diri sendiri untuk membaca buku sampai tuntas. Setelah berhasil membaca beberapa buku (dan menuliskan sedikit catatan tentang buku yang dibaca di blog), saya jadi semakin bersemangat untuk menantang diri sendiri membangun kebiasaan membaca.

Biasanya buku yang direkomendasikan begini pasti menarik untuk dibaca

Saat ini saya punya banyak sumber buku untuk dibaca. Buku-buku yang dibeli ketika pulang ke Indonesia, buku dari hasil big bad wolf dan juga buku elektronik di Kindle, ipusnas dan Gramedia Digital. Supaya tidak sia-sia, semua itu akan dibaca, tapi ya perlu niat untuk bisa menyelesaikan membaca buku-buku yang ada.

Buku Fisik Vs E-book

Buat saya, tidak masalah buku itu fisik atau digital, yang lebih penting buku itu isinya bisa dibaca dan menarik untuk dibaca. Ada beberapa masalah ketika membaca buku fisik ataupun buku elektronik.

Lanjutkan membaca “Memilih buku untuk dibaca”

Baca Buku: Show Your Work!

Setelah membaca buku pertama dan ketiga dari Austin Kleon, tadinya hampir tidak membaca buku ke-2 ini. Tapi ya, karena sudah dipinjam dari ipusnas, saya pikir tidak ada salahnya saya baca juga. Ternyata…isinya tidak kalah menarik dari buku ke-3. Jadi memang mungkin lebih enak bacanya kalau berurutan ya, masing-masing buku membuat saya tetap mengangguk-angguk setuju.

Oh ya, jadi ada 3 buku Austin Kleon (dan semuanya sudah saya baca):

  1. Steal Like An Artist atau mencuri seperti seorang seniman. Berisi tips-tips untuk meniru orang lain sambil menemukan gaya berkreasi diri sendiri.
  2. Show Your Work! ini buku yang akan saya tuliskan di sini. Isinya tentang bagaimana “pamer karya” dan membuat orang tertarik dengan karya kita.
  3. Keep Going. Bagaimana kalau kita sudah berkarya dan sudah mulai merasa berhasil, lalu mengatasi perasaan mentok ketika kita merasa karya kita tidak sebaik sebelumnya.

Nah, sebenarnya beberapa hal yang dibahas di buku ketiga itu ada sebagian di buku pertama, makanya tadinya saya hampir tidak membaca buku ke-2. Tapi tetap saja ada hal-hal yang terasa baru dan menyemangati diri untuk tetap berkarya.

Ah kepanjangan pendahuluan nih, langsung aja deh ke bagian-bagian yang menurut saya menarik.

Lanjutkan membaca “Baca Buku: Show Your Work!”

CDrama: Find Yourself

Kemarin iseng-iseng liat Netflix, eh ada drama baru yang tulisannya new episodes weekly. Berhubung belum nemu kdrama ongoing yang mau ditonton, baiklah kita coba chinese drama (cdrama). Berbeda dengan memilih tontonan kdrama yang biasanya saya baca reviewnya dan siapa pemainnya, untuk cdrama saya langsung nonton saja. Saya juga lagi malas mencari tahu nama pemain utama ataupun pemain pendukungnya.

Tokoh Utama: Wanita Karir Sukses dan Single di umur 32

Ternyata awal ceritanya cukup menarik. Tokoh utama wanita, berumur 32 tahun, seorang wanita karir yang sudah cukup mapan dan punya jabatan di kantornya. Sampai berumur 32 tahun, dia masih sendiri dan belum pernah pacaran sama sekali. Jangan pikir dia tidak cantik, tokohnya digambarkan cantik, cerdas, disiplin dan cukup ramah, tapi ya dia belum ketemu saja orang yang dia suka. Walaupun semua orang sudah menganggap dia sudah terlambat menikah, tapi dia juga tidak mau menikah tanpa cinta. Dia memilih tidak menikah daripada menikah tanpa cinta. Saya tertarik meneruskan film ini karena digambarkan si wanita punya prinsip.

Si wanita ini dikisahkan di masa mudanya rajin ke perpustakaan untuk baca komik. Di perpustakaan dia bertemu dengan seorang pria yang mengejar dia dengan gigih tapi ya akhirnya mereka jadi teman baik saja. Alkisah si pria ini menyukai pinguin dan bercita-cita untuk bekerja di Kutub Selatan supaya bisa meneliti pinguin. Sebelum si pria berangkat ke Kutub Selatan, dia meminta tokoh wanita berjanji. Janjinya kalau di umur 35 tahun mereka masih sama-sama single, maka mereka akan menjadi pasangan satu sama lain.

Ah, jadi ternyata, si wanita belum menemukan orang yang dia suka karena ternyata dia masih hidup di alam mimpi masa remaja seperti yang ada dalam komik yang dia baca. Ternyata diam-diam si wanita ini menyukai pria yang pergi ke kutub selatan itu dan tanpa sadar menanti pria itu walau sampai umur 35 tahun. Tentunya cerita drama tidak menarik kalau berhenti sampai disitu. Si pria itu memang kembali di saat mereka masih berumur 32 tahun, tapi ternyata pria itu sudah menemukan wanita lain dan akan segera menikah. Tentu saja si wanita terpukul sejenak karena penantiannya sia-sia selama ini.

Setelah menerima kenyataan pahit tentang pria yang dia tunggu selama 10 tahun, dia tetap harus melakukan pekerjaannya. Di saat melakukan tugasnya, dia bertemu dengan 2 pria yang nantinya sama-sama tertarik dengannya.

Cinta pandangan pertama vs Takdir

Pria pertama: masih mahasiswa, umur 22 tahun, sedang magang di perusahaan di mana si wanita bekerja. Mahasiswa magang ini merupakan murid dari saudara kembar si wanita, dia memperoleh kesempatan magang atas permintaan dosennya ke kembarannya (saudara kembarnya ini laki-laki). Si mahasiswa tertarik dengan tokoh wanita dari pandangan pertama. Mereka tidak sengaja bertemu di tangga kampus ketika si tokoh wanita menunggu kembarannya di kampus. Saat itu, dia belum tau kalau si tokoh wanita itu adalah kembaran dari dosennya yang akan jadi bosnya magang.

Pria kedua: sudah jadi bos di perusahaan periklanan yang bekerja sama dengan kantor si wanita bekerja, umur 37 tahun, single dan belum pernah menikah. Alasan si bos iklan ini belum menikah karena dia menunggu jodoh yang menjadi takdirnya. Pria ini punya anjing kecil lucu yang hilang pada suatu hari, dan ditemukan si tokoh wanita. Ada kesalahpahaman di awal pertemuan, tapi setelah beberapa kali bertemu tanpa sengaja, si bos iklan ini mulai berpikir jangan-jangan si wanita itu takdirnya.

tulisannya coming weekly, padahal ada episode baru tiap hari

Informasi Lainnya

Waktu mulai menonton kemarin, saya tidak kepikiran mencari tahu berapa banyak jumlah episode dari drama ini. Biasanya kalau terlalu banyak, saya udah malas duluan. Tadi baru lihat kalau drama ini ada 41 episode. Untungnya drama ini durasinya hanya 45 menit per episode, kalau kita skip bagian awal dan akhir, mungkin jadi sekitar 35 menit 1 episodenya. Drama ini tayang setiap hari sampai tanggal 20 Februari 2020. Kalau ga sempat nonton 2 episode / hari, artinya punya tontonan setiap hari (gak usah nunggu lama kayak kdrama hehe).

Drama ini genrenya romantis komedi. Ratingnya untuk 13 tahun ke atas. Sejauh 4 episode yang saya tonton, dramanya cukup menghibur. Tidak selambat cerita Go Go Squid dan ya ada beberapa bagian komedinya juga.

Sehari 2 episode, sampai 20 February 2020

Pilih mana, pria 1 atau 2?

Drama ini sebenarnya bisa jadi dari kisah nyata. Bagaimana kalau kamu masih single di umur 32 tahun diberi dilema untuk memilih pria umur 22 (mahasiswa magang) atau pria 37 tahun (bos kantor iklan). Kalau ini kdrama, saya bakal tahu akhirnya pasti dengan pemeran utama prianya. Tapi karena saya tidak tahu ini pemeran utamanya yang mana, saya juga jadi gak bisa nebak berdasarkan pemeran utama.

Secara kepantasan, sepertinya akan banyak yang memilih si bos iklan saja. Apalagi mereka bertemunya berkali-kali tanpa sengaja seperti takdir saja. Tapi entah kenapa, saya melihat trend asian drama belakangan ini berusaha mendobrak pandangan tradisional soal perbedaan umur. Ada kemungkinan akhirnya si wanita akan memilih pria yang lebih muda. Daripada menebak-nebak, ditonton sajalah dan dinikmati buat hiburan. Ada yang sudah mulai nonton juga gak?

.

Baca Buku: Steal Like an Artist

Waktu buka-buka aplikasi ipusnas, saya menemukan kalau 2 buku Austin Kleon yang dia tulis sebelum buku Keep Going ada versi terjemahannya di sana. Langsung deh dipinjam. Saya pilih baca buku Steal Like an Artist yang terbit tahun 2012 terlebih dulu. Buku Show your work belum dibaca tapi sudah dipinjam.

Ada 2 buku Austin Kleon di ipusnas

Oh ya, aplikasi ipusnas ini agak berubah-ubah aturannya. Kalau dulu bisa pinjam cuma 3, belakangan ini bisa pinjam 2 buku/hari. Terus kalau dulu misalnya kita tidak suka dengan isi buku yang kita pinjam, bisa kita kembalikan langsung, tapi sekarang kita hanya bisa mengembalikannya 24 jam kemudian. Kalau dulu bisa pinjam agak lama, sekarang hanya bisa dipinjam 3 hari. Kalau dalam waktu 3 hari belum selesai, ya bisa pinjam lagi.

cover buku di aplikasi ipusnas

Judul bukunya tetap bahasa Inggris, tapi isinya sudah berbahasa Indonesia semua kok. Ini bisa dilihat daftar isinya.

Lanjutkan membaca “Baca Buku: Steal Like an Artist”

Liburan ke Pantai Atau ke Gunung?

Kalau dulu, ditanyakan ke saya: mau liburan ke pantai atau ke gunung? dengan cepat saya akan menjawab pantai, tapi pantai danau ya, bukan pantai laut.

Tadi pagi, tiba-tiba saya terpikir lagi dengan pertanyaan ini, dan saya tidak bisa menjawab dengan cepat. Ada begitu banyak pertimbangan kalau ke gunung bagaimana, kalau ke pantai bagaimana. Waktu saya tanya ke Joe, dia juga jawabannya: ada pilihan lain gak? pengennya yang datar aja ga harus ekstrim gunung atau pantai.

Kalau Liburan ke Gunung…

Alam pegunungan itu biasanya sejuk dan hijau. Suasananya juga terasa lebih indah dengan kicauan burung ataupun suara aneka hewan yang hidup di alam yang bisa terdengar sesekali. Semuanya membuat suasana terasa lebih santai untuk beristirahat dan melepas penat. Oh ya, ini bukan cerita naik gunung yang hiking ya, tapi ke daerah pegunungan saja. Seperti misalnya ke Doi Inthanon kalau di Chiang Mai.

Doi Inthanon

Pemandangan dari tempat yang tinggi biasanya juga cukup indah. Bisa melihat daerah di sekitar kaki gunung. Salah satu yang saya ingat dari liburan ke daerah pegunungan juga biasanya sayuran dan buah-buahannya semua enak, karena biasanya banyak petani di sekitar daerah pegunungan.

Terus kenapa gak memilih ke daerah pegunungan kalau memang indah, nyaman, sejuk dan semua alasan di atas?

Untuk sampai ke area pegunungan, biasanya kita harus melalui jalanan tanjakan dan berbelok-belok. Jalan menanjak sih gak masalah ya, karena toh kita bukan jalan kaki dan biasanya naik mobil. Tapi belok-beloknya itu loh kadang-kadang yang agak memabukkan. Belum lagi, kalau jalanannya bukan jalan yang mulus ataupun sempit. Rasanya agak ngeri gak sih kalau lewat jalan kecil dan berliku dengan kanan kiri itu jurang?

Biasanya, sinyal hp di gunung juga kurang bagus, apalagi kalau gunungnya bukan tempat yang sudah ada bts provider yang kita gunakan hehehe. Lah katanya mau liburan, kok mikirin sinyal sih? ya, kan walau liburan kita tetap butuh akses internet buat nonton film santai-santai. Ah kalau mau nonton film di rumah aja sana, gak usah ke gunung! Banyak alasan aja ya hehehe.

Kalau Liburan ke Pantai…

Waktu kecil, setiap liburan kenaikan kelas, saya pasti diajak orangtua saya ke Danau Toba. Sepertinya, karena liburan ke Danau Toba inilah saya selalu kepikiran liburan ke pantai itu menyenangkan. Untuk mencapai lokasi pantainya, tentunya harus melewati gunung dulu, lalu turun lagi. Jadi sama aja dong dengan ke gunung? nggak juga, karena setelah sampai di bawah, kita bisa dapat pemandangan ya pantai, ya gunung. Jadi pemandangannya terasa lebih indah.

Danau Toba tahun 2008

Walaupun dari kecil sampai lulus SMA saya tinggal di Medan, dan Medan itu adalah kota yang ada pelabuhannya, saya tidak pernah ke pantai laut. Pantai yang saya kenal itu ya pantai dari Danau Toba.

Saya senang ke Danau Toba untuk bermain air, berenang di danau, naik sepeda air, speed boat dan pernah belajar naik soluh (sejenis canoe). Selain itu tentunya makan indomie rebus, ikan bakar, mangga kecil-kecil (gak tau namanya apa) dan ya senang aja dengan semilir angin yang berhembus sepanjang hari yang terasa sejuk. Pulang dari Danau Toba biasanya kulit pada gosong dan mengelupas hehehe.

Pertama kali ke pantai laut itu waktu jalan-jalan kelas 2 SMA ke Parang Tritis. Nah, melihat deburan ombak yang keras dan angin yang terasa lengket di kulit, tidak ada keinginan untuk main air sedikitpun. Main pasir aja rasanya ogah. Sejak itu, keinginan untuk bermain ke pantai berkurang.

Sampai sekarang, setelah beberapa kali liburan ke pantai laut seperti Bali, Pattaya, Ancol dan Phuket, perasaan tentang pantai laut tetap sama. Saya hanya senang melihat-lihat saja, tidak ada keinginan berenang atau bermain air. Tidak ada keinginan untuk menghabiskan waktu seharian bermain air.

Pantai di Phuket

Saya mulai agak takut dengan pantai laut sejak banyak bencana tsunami. Tapi ya ketakutan ini gak bikin jadi gak mau ke pantai laut sama sekali sih. Namanya bencana bukan hanya terjadi di laut saja, jadi kalau ada kesempatan berlibur ke pantai laut, ya dinikmati juga dan lupakan takutnya.

Jadinya Pilih ke Mana?

Karena Chiang Mai jauh dari pantai, ya sekarang ini kami cukup senang dengan jalan-jalan sekitar kota Chiang Mai yang waktu tempuhnya tidak terlalu lama. Kalaupun ada waktu, ya libur ke gunung atau ke pantai sama menyenangkannya untuk melihat pemandangannya, tapi tidak ada perasaan lebih ingin ke salah satunya.

Kalau mau libur ke gunung ataupun ke pantai, yang jelas tidak dilakukan di musim hujan. Musim hujan mendingan kita ke mall aja deh daripada gak bisa enjoy hehehe.

Satu hal yang paling penting juga, kalau mau liburan ke manapun, sekarang ini yang perlu dipertimbangkan adalah anak-anak. Mereka perlu melihat gunung, pantai, danau, lembah, sungai, hutan, tapi ya tentunya diperkenalkan sesuai dengan kesiapan mereka menerimanya.

Untuk sekarang ini, kami belum menanyakan ke anak-anak lebih suka ke gunung atau pantai, kami yang memutuskan untuk membawa berganti-ganti supaya mereka mempunyai pengalaman di berbagai tempat. Karena kalau ditanya, jangan-jangan jawabannya malah: di rumah aja lebih enak hahahaha.

Kdrama: Chocolate

Kdrama Chocolate ini baru selesai tayang di Netflix hari Minggu lalu, sebelum lupa saya mau tuliskan sedikit review dan opini tentang drama ini. Seperti biasa, mudah-mudahan tidak ada spoiler, dan ya namanya opini sifatnya subjektif hehehe.

poster dari wikipedia

Drama sebanyak 16 episode ini awalnya saya mulai nonton karena judulnya. Saya pikir isinya akan berupa cerita seputar bikin coklat melulu, tapi ternyata saya salah. Coklat merupakan awal dari cerita cinta pasangan utamanya.

Cerita bergenre melodrama romantis ini sebenarnya bukan tipe drama yang bikin saya betah nontonnya. Dari beberapa genre sejenis yang pernah ditonton, saya paling tidak tahan melihat scene yang dilama-lamain dan sedih bukan kepalang. Tapi drama Chocolate ini, walaupun saya akui ada bagian yang berasa dilambat-lambatin, tapi ya masih menarik untuk dilihat karena biasanya pemerannya mikir sambil masak.

Teaser Chocolate dari YouTube The Swoon

Ada banyak jenis masakan yang ditunjukkan dimasak di drama ini, bukan cuma coklat doang. Kebanyakan makanan seperti lauk pauk gitu deh. Cara bercerita sambil tokohnya menyiapkan makanan ini cukup menarik, mulai dari mengupas, mengiris, mencuci, urutan memasukkan bahan-bahan ke dalam panci ataupun kuali sampai dihias di atas piring untuk disajikan. Ini bukan acara master chef, bukan juga acara masak memasak, tapi ya tampilan makanan yang dimasak dan disajikan bisa bikin saya betah menonton drama melodrama ini. Makanan yang disebutkan bukan cuma ramen, atau jajangmyon, ataupun teokbukki yang sering disebut-sebut di drama lain saja. Tapi saya lupa nama-namanya hahaha.

Setting lokasi cerita ini ada beberapa tempat. Ceritanya juga berusaha menceritakan dari kisah pertemuan pertama tokoh wanita dan prianya. Cerita 2 episode pertama kita harus memperhatikan tahun peristiwanya, karena ada bagian ceritanya maju mundur.

Garis besar ceritanya seorang anak perempuan yang kelaparan diundang makan oleh seorang anak laki-laki baik hati yang senang membantu ibunya memasak. Anak ini juga senang memasak coklat dan punya keahlian masak, jadi setelah pertemuan pertama itu, si anak ini mengundang teman barunya itu untuk datang lagi makan coklat shasha. Tapi karena satu dan lain hal, mereka tidak bisa bertemu lagi di hari yang dijanjikan. Si anak laki-laki pindah ke kota besar dan menjadi seorang dokter ahli saraf, sedangkan si anak perempuan memilih jadi chef karena terkesan dengan makanan yang disajikan di restoran si anak laki-laki itu. Tujuan jadi chef nya juga karena ingin bisa memasak coklat shasha.

Setelah bertahun-tahun kemudian, dengan berbagai kesedihan yang terjadi dalam kehidupan masing-masing, akhirnya mereka bertemu kembali. Tapi tentu saja mereka tidak langsung saling mengenal. Pertemuan pertama itu hanya sebentar, dan mereka hanya saling berkenalan nama. Dengan banyakan peristiwa yang terjadi dalam hidup masing-masing, sebenarnya agak aneh kalau mereka langsung mengenali satu sama lain.

Cerita dalam drama ini mengambil tempat di Greece juga selain di Korea. Ceritanya, si cewe belajar masaknya di Greece. Salah satu daya tarik drama ini selain penyajian makanannya ya pemandangan alamnya.

Kalau didaftarkan di sini, banyak sekali kesedihan yang dihadapi 2 tokoh utama ini. Proses mulai dari pertemuan pertama, sampai mereka menyadari siapa satu sama lain juga lama banget. Ceritanya juga sebenarnya klise banget, kisah cinta pertama dari sejak kecil dan itu hasil pertemuan sekali saja. Terlalu mengada-ngada ya sepertinya. Tapi ya, namanya drama (ini kalimat yang akan sering ada kalau ngomongin drama), saya kagum dengan kemampuan penulis membuat rangkaian kesedihan dalam kehidupan 2 tokoh utama sambil memikirkan menyajikan pemandangan alam yang indah dan makanan yang terlihat menarik.

Endingnya gimana? apakah mereka akhirnya bersama? Ada kisah cinta segitiganya gak? atau ada nenek sihir jahatnya gak? eh emang ini cerita apaan sih pake nenek sihir segala, ini bukan kisah Hansel dan Gretel. Tapi seperti semua drama, pasti adalah orang jahatnya. Bagian yang ini bisa ditonton sendirilah. Kalau gak suka dengan klise nya, coba liat makanannya deh. Kalau gak suka makanannya, ya udah ga usah ditonton hehehe.

Ada banyak pesan kehidupan juga dalam drama ini, apalagi karena salah satu settingnya adalah rumah sakit untuk pasien-pasien yang penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Rumah sakit itu lebih untuk membantu pasien supaya tidak terlalu menderita di masa akhir hidupnya. Setting lokasi rumah sakit ini yang bikin makin terasa melodramanya. Kalau gak suka melodrama, gak suka makanan, gak suka klise cinta pertama, ya udah cari drama lain, ada banyak kok hehehe.

Dengan berakhirnya drama ini, saya perlu mencari drama baru yang masih tayang untuk ditonton. Ada yang mau kasih rekomendasi?

Baca Buku: Dilan 1990

screen capture cover dari aplikasi ipusnas

Dalam rangka memaksa diri membaca buku. Kemarin ingat lagi buat buka aplikasi ipusnas setelah sekian lama gak dibuka. Setelah melihat-lihat sekian lama dan tidak ada buku yang menarik untuk dibaca, eh tiba-tiba liat buku Dilan ini. Jadi ingat, buku yang sudah difilmkan ini pernah ramai dibicarakan di grup.

Kesan pertama: eh ini buku diceritakan dengan sudut pandang seorang gadis SMA kelas 2 dengan setting tahun 1990 di Bandung. Karena pernah tinggal di Bandung, beberapa tempat yang diceritakan bisa dibayangkan. Tapi karena di Bandungnya bukan masa SMA, jadi gak bisa juga bayangkan kehidupan anak SMA di Bandung seperti apa.

Gaya bahasa di buku Dilan ini terasa aneh buat saya. Karena sudah pernah menonton filmnya sekilas, jadi kebayang sih cara Milea dan Dilan berbicara (walaupun sudah lupa wajah-wajah pemerannya). Waktu menonton Dilan juga saya sebenarnya agak geli dengan gaya bahasanya. Tapi waktu itu saya tonton juga buat sekedar tahu hehehe.

Mungkin karena masa SMA sudah lama berlalu, agak sulit menerima kegombalan Dilan. Kalau saya jadi Milea, dari pertama Dilan datang mendekati dengan motornya, pasti saya udah lari menjauh. Waktu tau Dilan anak geng motor ataupun suka melawan guru, pasti saya bakal lebih gak suka lagi.

Waktu ada cerita ternyata Milea sudah punya pacar di Jakarta, nah ini kok saya makin gak suka dengan Milea. Jelas-jelas Milea ini tipe wanita gak setia (ups banyak yang protes gak ya hahaha). Beni, pacar Milea yang di Jakarta juga sepertinya bukan pemuda yang oke. Tipe cemburu buta tanpa bertanya, dan kata-katanya kasar. Saya setuju Milea putusin tuh Beni. Eh tapi karena Milea tidak pernah ceritakan apa yang bikin dia suka dengan Beni, saya tidak bisa menilai lebih banyak selain yang diceritakan Milea saja. Beni itu digambarkan kasar omongannya. Cowok kasar dibandingkan dengan cowok gombal seperti Dilan, tentu saja anak SMA bakal kesengsem sama yang pintar bermain kata.

Terlepas dari jalan ceritanya, betapa Milea lebih memilih Dilan si anak geng motor dibanding teman sekelasnya yang pintar, atau guru les nya yang anak ITB, cerita Dilan ini menarik karena ditulis oleh pria dengan mengambil sudut pandang wanita anak SMA pula. Sepertinya kisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Bisa jadi penulisnya sebenarnya menggambarkan Dilan sebagai dirinya di masa SMA.

Saya tahu buku Dilan ini ada lanjutannya. Tapi saya kurang ingin cari tahu kelanjutan kisah Milea dan Dilan apakah bahagia selamanya atau cuma sampai di situ saja hehehe. Saya malah kepikiran, kira-kira berapa banyak anak SMA yang terinspirasi memberikan hadiah buku teka-teki silang yang sudah diisi ke pacarnya dengan alasan: supaya kamu gak pusing mikirinnya. Atau berapa banyak anak SMA yang malah jadi pengen pacaran dengan anak geng motor karena berharap mereka seperti Dilan?

Buat saya, Dilan itu tetap bukan tokoh ideal. Walaupun kata-katanya gak kasar, tapi dia suka main kekerasan (berantem dengan guru dan sibuk mengatur penyerangan geng motor buktinya). Kalau masih SMA suka kekerasan, gimana nanti besarnya?

Dari keseluruhan cerita itu, yang paling saya suka ibunya Dilan. Saya tapi tetap gak mengerti ibunya Dilan yang diceritakan seorang guru juga, ibu yang baik dan lembut begitu bisa membiarkan anaknya ikut geng motor. Ah namanya juga cerita ya, lebih baik dinikmati saja. Diambil baiknya dan belajar untuk menghindari yang gak baiknya.