Salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi di Pattaya adalah sebuah taman yang luas sekali. Awalnya di tahun 1954 taman ini luasnya hanya 1500 rai (2.4 km persegi), seiring dengan berjalan waktu dan dibuka untuk umum di tahun 1980, taman ini bertambah luas menjadi 1700 rai km persegi (2.73 km persegi). Informasi lengkap mulai dari sejarah sampai lokasi tempat ini tentunya bisa diakses dari situs Nongnooch Tropical Garden Pattaya.
Tanggal 15 Mei 2022 yang lalu, kami berkesempatan mengunjungi tempat ini. Awalnya ketika melihat di website, agak ragu-ragu karena berpikir jauh-jauh ke Pattaya, kok ngeliatnya taman bunga dan patung dinosaurus lagi. Toh di Chiang Mai juga ada Hidden Vilage yang dinosaurusnya malahan bisa bergerak-gerak. Kalau mau melihat bunga, di Chiang Mai juga bisa ke Royal Flora Rajapreuk atau ke Queen Sirikit Botanical Garden. Tapi untung saja kami memutuskan untuk tetap mengunjungi Nongnooch Tropical Garden ini, karena tentu saja tempat ini berbeda dengan semua tempat yang sudah pernah dikunjungi sebelumnya.
Sebelum jadi semakin lama dan terlupakan, saya akan menuliskan kelanjutan tentang liburan ke Pattaya dan Bangkok bulan Mei 2022 yang lalu. Karena tujuan pertama adalah Pattaya, maka saya akan menuliskan tentang hotel D Varee – Jomtien Beach, tempat kami menginap selama di Pattaya.
Kami menginap 2 malam di D Varee Hotel ini. Sejak awal memesan, kami mengincar family room yang memiliki 2 kamar tidur, ruang tamu dan dapur, akan tetapi karena kami menginap di saat hari libur panjang dan menjelang berakhirnya masa libur sekolah, harganya juga jadi naik drastis.
Akhirnya kami memesan 2 kamar Superior saja tanpa ruang tamu dan dapur, asalkan lokasinya bersebelahan. Memang, sejak anak-anak semakin besar, kami tidak bisa lagi tinggal dalam 1 kamar. Bisa saja menyewa 1 kamar dengan extra bed, tapi rasanya biayanya sama saja dengan memesan 2 kamar biasa.
Hari ini, kami sekeluarga terbang dari Chiang Mai ke Don Mueang Bangkok untuk mengurus paspor saya dan anak-anak ke kedutaan di Bangkok. Sayangnya, paspor Joe masih belum bisa, tapi ini cerita untuk esok hari.
Sejak minggu lalu, kami sudah pesan tiket dan hotel untuk ke Bangkok dan mencari tau situasi penerbangan saat ini. Kami perlu menginap 1 malam di Bangkok, herannya waktu cari hotel kok family room pada penuh ya.
Dengan tidak adanya kasus transmisi lokal lebih dari sebulan di Thailand, perasaan agak tenang untuk perjalanan membawa anak-anak. Tidak ada kewajiban untuk test Covid-19 dulu dan tidak ada karantina di tempat tujuan. Protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan social distancing tetap ditekankan.
Pesawat paling pagi dari Chiang Mai itu berangkat jam 8.30, karena rumah cukup dekat kami berangkat jam 7 dari rumah. Suasana di luar airport sangat sepi, pintu masuk ke bagian internasional malahan kosong sama sekali.
Masuk ke bagian domestik masih seperti biasa, tidak ada antrian terlihat. Walau sudah check-in online, kami belum print boarding pass, jadi saya ke counter Air Asia untuk cetak boarding pass.
Hari Sabtu kemarin, untuk memenuhi undangan menikmati makanan Nusantara dari seorang teman yang tinggal di antara Chiang Mai dan Chiang Rai, kami jalan-jalan dengan beberapa teman Indonesia lainnya. Berangkat dari rumah masing-masing dengan target makan siang di sana.
Dengan berbekal Google Map, kami mengetahui kalau perjalan sekitar 80 km itu akan ditempuh sekitar 1,30 jam. Kami belum pernah menyetir sendiri ke Chiang Rai. Kami pernah ke Chiang Rai bertahun-tahun lalu ikut mobil tour dan belum ada Joshua. Jadi bisa dibayangkan sudah berapa tahun yang lalu hehehe.
Sebenarnya, untuk yang biasa tinggal di kota besar, perjalanan 90 menit tentunya tidak ada apa-apanya. Tapi buat kami yang biasanya cuma jalan-jalan dalam kota, perjalanan ini lumayan terasa. Perjalanan kali ini terlaksana karena kami tidak mencari tahu lebih banyak informasi mengenai jalan ke arah sana dan berasumsi: ah cuma 80 km, harusnya sebentar juga sampai hehehe.
Kami berangkat setelah selesai sarapan dan mandi. Tidak buru-buru, karena tujuannya tidak terlalu jauh, dan jalanan sudah tidak terlalu ramai karena sudah bukan libur tahun baru lagi. Kami tidak membawa cemilan dan hanya sedia air minum saja di mobil, asumsi bisa berhenti kapan saja kalau lihat mini market hehehe. Ada beberapa tempat berhenti untuk ngopi ataupun membeli/memetik stroberi, tapi kami tidak berhenti karena tidak mau sampai terlalu siang.
Perjalanan 45 menit pertama terasa lancar dan jalanannya juga bagus. Oh ya, kota tujuan kami sudah berbeda provinsi dengan kota tempat tinggal kami. Jadi kami melewati jalanan antar lintas provinsi ke arah utara Thailand. Jalanannya lebar, pemandangannya juga hijau. Ada beberapa jalan yang berbelok dan agak naik gunung. Secara umum jalannya juga lebar.
Perjalanan 45 menit berikutnya (yang sebenarnya sudah hampir mendekati tujuan), ternyata ada beberapa titik perbaikan jalan. Perbaikan jalannya dibagi beberapa ruas. Jadi akan ada beberapa titik di mana jalannya masih diperlebar, atau masih belum diaspal, jembatannya masih diperbaiki, ataupun memakai jalan di sisi yang sama dengan arah ke Chiang Mai. Di kiri kanan jalan ada banyak mesin-mesin berat. Terlihat beberapa tempat tanah merah yang dikeruk, maupun batu-batuan yang dipecahkan.
Perjalanan selanjutnya akan diceritakan melalui foto-foto yang saya ambil sepanjang jalan.
Sekitar jam 12 kurang, kami sampai ditujuan. Bahagia banget melihat makanan yang sudah disiapkan oleh teman kami. Berasa pulang ke kampng halaman. Apalagi makannya duduk bersila pakai tikar. Menunya macam-macam. Menu utama Soto Ayam lengkap dengan empingnya, Sayur urap, kering tempe, bakwan, tempe goreng, ayam bumbu bali, ikan sambal pete, dan acar timun. Makanan cemilan juga ada kue kering dan bolu coklat untuk anak-anak. Aduh salut untuk teman kami yang memasak semuanya seorang diri. Kalau mbak itu tinggal di Chiang Mai, saya mau katering deh tiap hari hehehe.
Udah pasti lupakan diet untuk hari ini. Tidak pakai lama, semua asik menyantap makanan yang terhidang.
Selesai makan, ngobrol-ngobrol sambil mengawasi anak-anak main. Mereka senang karena rumah yang kami datangi ini bentuknya berbeda dengan rumah yang ada di Chiang Mai. Rumahnya berbentuk rumah panggung. Agak khawatir sih liat anak-anak main di balkon sambil melihat ke bawah, tapi untungnya tidak ada insiden yang mengkhawatirkan hehe.
bikin mpek-mpek dos
yummy
katanya kenyang, tapi mana bisa menolak makan mpek-mpek
Setelah makan banyak, ternyata kami masih dimasakin mpek-mpek. Yang masak asli dari palembang dan lampung. Walau kenyang, tentu saja masih ada tempat untuk makan mpek-mpek. Makanan ini tidak setiap hari tersedia di Thailand hehehe.
Foto bersama sebelum pulang – nasib tukang foto, gak ada dalam kamera
Sekitar jam 4, karena anak-anak sudah capek main (orang dewasa sudah kenyang makan), kami pun pamit pulang. Sebelum pulang tentunya bungkusin makanan bawa pulang hahahaha (aduh gak tau malu ya). Dan foto bersama. Anak-anak tidur di mobil dalam perjalanan pulang. Padahal waktu pergi mereka tidak tidur sedikitpun.
Tidur setelah capek main
Senang rasanya perjalanan hari itu. Mungkin kalau tau akan ketemu jalanan yang lagi banyak perbaikan, kami akan duluan menyerah sebelum berangkat. Tapi ternyata jalanan cukup lancar. Sebelum jam 6 sore kami sudah sampai di rumah.
Mungkin kalau jalanan sudah selesai perbaikannya, akan lebih lancar lagi dan jarak antara Chiang Mai dan Chiang Rai akan semakin dekat. Lain kali rencananya mau mampir di coffee shop, beli stroberi, main-main di hot spring Mae Kachan, atau sekalian mancing di kolam ikan dekat rumah teman kami itu. Bisalah dijadwalkan untuk lebih sering jalan-jalan kalau jalanan sudah bagus hehehe.
Hari ini tulisannya tentang hal-hal yang belum diceritakan sebelumnya. Masih seputar jalan-jalan di Sukhothai.
Seperti diceritakan sebelumnya, dari terminal bus kami naik songtew ke hotel. Di Sukhothai saya tidak menemukan taksi meter dan juga tidak ada Grab ataupun taksi online lainnya. Tapi saya perhatikan ada songtew, tuktuk dan ojek.
Sesampainya kami di Sukhothai, hal pertama yang dilakukan adalah membeli tiket untuk kembali ke Chiang Mai. Tiket bus ini tidak bisa dibeli online, dan tidak bisa dibeli dari Chiang Mai. Sempat agak deg-deg an juga, kalau tidak dapat tiket kembali ke Chiang Mai, bisa-bisa kami malam tahun baru di Sukhothai hehehe.
Selama kami menunggu urusan tiket Bus Sukhothai-Chiang Mai beres, ada seorang ibu-ibu yang menghampiri kami dan bertanya kami hendak ke mana. Ternyata ibu-ibu ini menawarkan jasa songtewnya. Setelah mempertimbangkan antara tuktuk atau songtew, akhirnya kami memilih naik songtew dengan biaya 200 baht untuk rombongan kami.
Naik songtew dari terminal bus ke hotel setelah perjalanan 7 jam dari Chiang mai
Setelah kami tiba di tujuan, ibu itu memberikan nomor teleponnya untuk dihubungi seandainya kami membutuhkan jasa songtew keliling kota ataupun ke tujuan tertentu seperti halnya ke old city.
Foresto Sukhothai Guesthouse
Penginapan Foresto Sukhothai ini letaknya di bagian new city Sukhothai. Lokasinya cukup strategis dan dekat dengan minimarket, pasar malam Sabtu dan beberapa restoran yang ramai dikunjungi baik penduduk lokal maupun turis seperti kami.
Tempat ini dikelola oleh keluarga. Orang yang berhadapan dengan tamu bisa berbahasa Inggris dan cepat memberi respon sejak awal pemesanan hotel. Jadi ceritanya, awalnya hotel ini mau kami booking melalui Agoda, tapi untuk tanggal yang kami mau sudah penuh. Teman saya berinisiatif menelpon langsung ke hotelnya dan ternyata kami masih dapat kamar di sana dengan catatan 1 malam di family room (dengan 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi), dan 2 malam berikutnya di kamar terpisah, yang masing-masing ada ekstra bed nya untuk anak-anak.
Beberapa contoh pilihan sarapan, dan bisa ditambah kopi dan juice jeruk
Harganya? untuk 3 malam, masing-masing keluarga mengeluarkan sekitar 4750 Baht. Mengingat kami bepergian di akhir tahun dan biasanya hotel-hotel pada penuh, harga tempat kami menginap ini sangat masuk akal. Harga tersebut sudah termasuk mendapatkan sarapan pagi yang rasanya tidak kalah dengan sarapan di hotel berbintang dan sudah termasuk kopi dan juice.
Foresto Sukhothai Guesthouse di malam hari
Sesuai namanya, konsep dari penginapan ini memberi kesan kita sedang berada di hutan dengan banyaknya pohon di sekitar kamar-kamar. Suasananya di malam hari cukup tenang dan walaupun cukup dekat dengan berbagai tempat keramaian, tapi tidak ada suara-suara keras yang bisa mengganggu tidur kita. Tempat tidurnya juga cukup nyaman dan kamarnya cukup bersih. Fasilitas lain yang diberikan seperti handuk, termos air panas, sampo dan sabun.
Di bagian depan hotel ini ada kolam ikan yang menarik perhatian anak-anak. Di bagian dalamnya ada kolam renang kecil, yang di waktu malam lampunya berganti-ganti warna.
kolam ikan
kiri kanan jalan ada pohon
Kami cukup senang dengan pelayanan yang ada selama 3 malam menginap di Foresto Sukhothai. Bahkan di saat kami kesulitan mencari penyewaan mobil untuk ke Si Satchanalai, penginapan membantu kami mencarikan mobil sewa yang supirnya juga tak kalah ramah dengan orang dari penginapan.
Pizza Tao Fuun
Jauh-jauh ke Sukhothai, kok makannya pizza? Eh tapi jangan salah, pizza ini cukup terkenal buat orang lokal. Pizzanya di masak dalam oven yang terbuat dari batu. Namanya sebenarnya Pizza House tapi lebih dikenal dengan nama Pizza Tao Fuun. Tao dalam bahasa Thai itu artinya kira-kira kompor dan Fuun itu artinya tanah, jadi Tao Fuun ini maksudnya ovennya dari tanah/batu bata.
Pizza Tao Fuun
Selain Pizza, ada banyak makanan lain seperti steak dan pasta di sana. Kami yang sudah kelaparan setelah perjalanan 7 jam dari Chiang Mai, langsung memesan beberapa pizza. Harganya cukup masuk akal dan tidak jauh berbeda dengan harga di Chiang Mai.
yumm
di belakangnya ada aquarium ikan
Wajah-wajah bahagia menantikan pizza dan menyantapnya bisa dilihat di foto ya hehehe.
Pasar Malam di Mueang Sukhothai Park
Setelah kenyang makan pizza, sebenarnya ada keinginan untuk langsung tidur saja ke penginapan. Tapi karena ada pasar malam yang hanya ada di hari Sabtu, kok ya sayang kalau tidak melihatnya. Padahal udah ga ada yang perlu dibeli dan perut sudah kenyang hehehe.
lampu di depan taman kota
pasar malam mulai dari sini
ada aktifitas untuk anak-anak
kanan kiri jual makanan
segala gorengan ditusuk seperti sate
Joshua the explorer paling depan
Pasar Sabtu Malam di Mueang Sukhothai Park
Jadilah kami membakar kalori dari makanan tadi berjalan sepanjang pasar malam yang lokasinya di Taman Kota Sukhothai. Seperti halnya di Chiang Mai, pasar malam ini paling depannya menjual berbagai makanan dan minuman. Setelah agak ke belakang, barulah ada jualan mainan, baju-baju, dan berbagai hal lainnya. Pasar malam di Chiang Mai lebih besar dari pasar malam di Sukhothai, tapi ya tetap menarik juga untuk melihatnya. Pasar malam di Sukhothai ini sekitar jam 8 malam sudah mulai berkemas-kemas untuk pulang, kalau di Chiang Mai, pasar malam bisa sampai jam 10 malam.
Poo Restaurant
Nah kalau restoran ini kami kunjungi di suatu siang sebelum ke Sukhothai Historical Park. Lokasinya cukup dekat dengan penginapan dan kami bisa berjalan kaki ke sana. Jangan heran dengan namanya, nama Poo Restaurant di sini artinya Crab/Kepiting, karena bahasa Thai dari Kepiting itu kira-kira dibacanya puu atau dalam bahasa Inggris dituliskan Poo. Restoran ini termasuk dalam daftar restoran yang disarankan oleh Trip Advisor.
makanan habis baru ingat foto
ikan goreng bawang putih
mirip gulai ayam
telur dadar
berbagai bahasa untuk petunjuk menggeser pintu ke toilet
Beberapa foto di Poo Restaurant
Awalnya saya pikir, mereka punya spesialisasi makanan dengan kepiting, tapi ternyata hanya ada somtam kepiting dan tentu saja karena penasaran teman saya memesannya. Tapi karena kepitingnya mentah, saya tidak mencobanya.
Seperti halnya restoran Thai, menu makanannya ya makanan Thai. Rasanya cukup oke dan porsinya juga cukup besar sesuai dengan harganya. Tapi waktu kami pesan telur dadar, ternyata telur dadarnya dibikin seperti telur gulung dan berbeda dengan telur dadar ala Thai.
Di restoran ini makanannya juga selalu dihias dengan bunga anggrek, tentunya anggreknya tidak kami makan. Harusnya mereka ganti nama jadi Orchid Restaurant ya hehehehe.
Food Panda
Walau tidak ada di judul tulisan ini, rasanya saya perlu menuliskan ini juga. Di Sukhothai, belum ada layanan grab food. Ada satu malam di mana kami sudah malas untuk keluar lagi membeli makanan, penginapan kami restorannya tutup di sore hari. Untungnya ada layanan Food Panda dan kami memesan dari food panda ke penginapan. Untuk menyantapnya, kami bisa meminjam piring dan sendok dan duduk di restoran penginapan. Orang penginapannya baik banget emang.
Cerita jalan-jalan akhir tahun di Sukhothai sepertinya sudah saya tuliskan semua. Rasanya masih ingin ke sana lagi kalau ada kesempatan. Orang-orang di Sukhothai cukup ramah dan siap membantu. Highlight dari perjalanan kami tentunya bersepeda bersama di historical park. Senang rasanya bisa jalan-jalan sambil olahraga santai.
Buat yang tertarik liburan ke Thailand, dan sudah bosan ke Bangkok, Sukhothai bisa jadi pilihan untuk liburan selain Chiang Mai.
Hari ke-3 di Sukothai, kami menyewa Mini Van untuk berjalan-jalan ke Si Satchanalai dan eksplorasi Sukothai sedikit. Biaya sewa Van dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore (walaupun akhirnya kami pulang sekitar jam 5) termasuk supir dan bahan bakar 2500 baht. Sebenarnya kalau kami berangkat 10 orang juga masih muat tuh minivan nya hehehe.
Kami berangkat jam 9 lewat sedikit dan mampir ke mini market dulu. Perjalanan sekitar 1 jam dan kami sampai di Si Satchanalai sekitar jam 10-an. Awalnya kami berpikir untuk naik shuttle saja, karena rasanya badan masih pegel hasil bersepeda hari sebelumnnya. Maklum saja, biasanya gak pernah olahraga, tau-tau sepedaan beberapa jam, pasti dong efeknya lumayan. Informasi dari supir bilang, di dalam tidak ada shuttle, jadi pilihannya ya jalan kaki atau naik sepeda. Haduh dilema sekali ya. Tentu saja kami milih naik sepeda daripada jalan kaki.
Berangkat naik van
Si Satchanalai Historical Park
Area Si Satchanalai Historical Park ini luas juga seperti Sukhothai Historical Park. Reruntuhan kuil yang ingin dikunjungi juga tersebar dan bukan terletak dekat dengan tembok kotanya. Berdasarkan pengalaman hari sebelumnnya, di dalam tembok kota agak sulit mencari toilet, jadi ketika sampai dan melihat ada jejeran toilet yang cukup bersih, kami memutuskan untuk ke toilet dulu sebelum sewa sepeda.
Toilet pit stop sebelum masuk ke park
Kalau hari sebelumnya ada beberapa toko yang menyewakan sepeda, di tempat ini hanya ada 1 toko besar dan punya koleksi sepeda cukup banyak. Sekilas rasanya pengunjung tempat ini lebih sedikit dibandingkan Sukhothai Historical Park. Jalanan di dalamnya untuk bersepeda juga agak lebih kecil tapi ya cukup bagus juga. Areanya lebih banyak pepohonan, tapi terasa gersang karena daun-daunnya kering dan berguguran. Kalau kata teman kami yang pernah datang di musim hujan, suasananya lebih terasa hijau di musim hujan karena tentunya daun-daunnya terlihat hijau dan segar.
Sewa sepeda seperti hari sebelumnya
Ini temple yang pertama kami kunjungi. Jadi waktu masuk ke area dalam, kami harus memilih ke kanan atau ke kiri dengan petunjuk arah 1300+ dan ke kanan 800+. Entah kenapa mikirnya itu tahun temple dibangun, padahal setelah kami jalani baru ngerti kalau itu maksudnya jaraknya sebelum sampai ke temple tujuan. Jadi kami pilih ke kiri karena ingin melihat temple yang lebih modern. Dan ketika kami menyadari kesalahan kami dalam mengerti apa maksud angka tersebut, kami cuma bisa menertawakan diri sendiri. Inilah akibat jalan-jalan tanpa membaca terlebih dahulu.
walau keringetan harus tetep gaya
Seperti halnya temple sebelumnya, walaupun ini berupa reruntuhan, ada saja orang yang membawa bunga dan sembahyang di sana.
Beberapa orang masih sembahyang di siniareanya luas dan kering
Setelah agak lama menghabiskan waktu di temple pertama, kami turun dan menuju temple berikutnya. Temple yang ini bentuknya masih agak lebih utuh dibandingkan yang sebelumnnya. Areanya juga cukup luas dan terbuka.
dari jauhdari dekatseberangnyazoom in
Karena udara sangat panas di siang hari, dan area yang sangat luas, kami hanya mengunjungi 3 temple besar ini saja. Persediaan air minum yang kami bawa juga mulai habis, jadi kami memutuskan untuk keluar dan istirahat makan siang. Di area dekat parkiran, ada banyak pilihan makanan dan minuman. Ada beberapa toko juga menjual cendera mata. Tapi yang saya ingat, tidak ada orang yang menawarkan jualan seperti di kawasan candi Borobodur beberapa tahun yang lalu.
Sukothai Airport
Karena masih ada waktu, selesai makan kami memutuskan untuk melihat museum di kawasan Sukhothai airport. Kabarnya di kawasan ini ada zoo juga, tapi saat kami ke sana zoo nya sedang tutup. Ada beberapa bangunan yang unik dan bisa untuk foto-foto. Tapi kami tidak berlama-lama di sana karena Joshua tidur dan mataharinya sangat panas. Saya hanya sempat mengambil sedikit foto.
Sukothai Airport ada banyak bangunan unik begini
Sukhothai Noodle
Terakhir sebelum pulang ke hotel, kami mampir untuk mencicipi sukhothai noodle yang terkenal. Rasanya sekilas mirip mi tomyam, tapi ada bedanya. Sayuran yang dipakai dalam noodlenya juga berbeda dengan noodle tomyam. Selain noodle, mereka juga menjual minuman seperti cincau dan es cendol, rasanya nikmat sekali setelah berpanas-panasan main sepeda dari pagi.
es cincaumi sukothaidekorasinya antikes cendol kurang gula jawa
Tempatnya unik, sepertinya mereka sengaja mendekor nuansa masa lalu. Banyak barang antik dan boneka-boneka, selain tentunya ruangannya sudah ber-AC. Harga noodlenya juga masih standar, 1 porsinya sekitar 40 baht, sedangkan minuman es nya 1 porsinya 25 baht. Salah satu hal yang saya kagum dengan Thailand, walaupun tempat itu sudah terkenal dan di tempat wisata, harganya ya tetap harga standar dan bukan harga turis.
banyak mainanruangannya antikkeliatan ga cabenya
Jalan-jalan part 3 ini merupakan part terakhir dari cerita jalan-jalannya. Karena keesokan harinya kami pulang jam 9 pagi dari Sukhothai dan tiba di Chiang Mai jam 4 sore. Iya, kami naik bis lagi pulangnya. Kalau belum bosan baca cerita tentang Sukhothai, berikutnya akan saya tulis terpisah tentang penginapan dan beberapa tempat makan lain yang kami kunjungi selama di sana. Sekalian buat catatan biar saya ingat kalau mau jalan-jalan ke sana lagi.
Hari ini saya mau cerita soal Sukothai Historical Park. Berdasarkan informasi yang kami dapat dari pihak hotel, akan ada acara khusus untuk menjelang malam tahun baru. Park yang biasanya tutup jam 7 sore itu akan dibuka sampai tengah malam. Awalnya kami berencana mengeksplor Sukothai Historical Park ini sejak pagi, tapi karena mendengar kabar tentang acara sampai malam, kami merubah rencana untuk berangkat sore hari saja sampai agak malam.
Jadi, ngapain aja pagi harinya sebelum berangkat ke tujuan utama? Namanya juga liburan, kami bangun siang dan sarapan di hotel. Selesai sarapan, kembali ke kamar dan mandi-mandi. Eh, tau-tau udah jam makan siang hahaha. Ini namanya liburan makan tidur.