Tidak terasa, bulan Agustus tahun 2020 ini kami memasuki tahun ke-4 menghomeschool Jonathan. Kami menghomeschool Jonathan sejak dia kelas 2, dan sekarang sudah memasuki kelas 5. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami masih setia memakai kurikulum dari Christian Light Education. Buku-buku yang dipesan beberapa bulan sebelumnya, sudah tiba sejak akhir bulan Juni yang lalu.
Setelah 3 tahun terbiasa dengan kegiatan homeschool, sebenarnya kami sempat mempertimbangkan untuk mendaftarkan Jonathan kembali ke sekolah biasa. Jonathan juga ketika ditanya ada sedikit keinginan kembali ke sekolah, tapi pada dasarnya dia masih senang dengan kegiatan selama 3 tahun ini. Tapi sebelum kami sempat mencarikan sekolah secara serius, ternyata pandemi terjadi dan kamipun mantap melanjutkan homeschooling saja.
Dari hari Senin, dapat tema tantangan menulis untuk KLIP dengan tema: Mainan yang kuwariskan untuk anakku. Sejak membaca temanya, sampai hari ini, saya tetap tidak menemukan jawabannya.
Menurut saya, walaupun mainan itu ada yang tahan bertahun-tahun dan bisa saja secara literal diwariskan ke generasi berikutnya seperti Lego block, atau permainan game boy yang masih populer dari jaman saya kecil sampai sekarang, tapi entah kenapa hati ini berkata: warisan buat anak itu bukan mainan dan bukan benda secara fisik.
Mungkin pembaca akan bertanya-tanya: terus apa dong yang diwariskan kalau gitu? Sabar ya, nanti akan sampai ke sana, tapi saya mau cerita dulu tentang apa yang diwariskan orangtua saya kepada saya.
Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan tentang staycation pertama kami. Tanpa disadari, tahun lalu, di akhir pekan yang sama kami juga berlibur di dalam negeri Thailand. Bedanya, tahun lalu kami pergi ke Phuket dan menginap beberapa malam. Kemarin, karena tujuannya masih dekat dari rumah, kami sengaja menginap 1 malam, bersantai di penginapan dan sebelum pulang ke rumah barulah berjalan-jalan ke tempat wisata di sekitar tempat menginap.
Setelah lelah berenang di hari sebelumnya, kami tidur awal dan akibatnya anak-anak bangun kepagian! Jam 6 pagi mereka sudah bangun. Rencana awal, mau berenang dulu di pagi hari. Tapi anak-anak sudah kelaparan, jadi kami mengubah rencana untuk sarapan sebelum berenang. Tapi ternyata restorannya baru buka jam 8 pagi. Restorannya juga tipe pesan dulu baru disiapkan. Alhasil, sekitar jam 8.30 baru bisa menikmati sarapan pagi. Untuk yang biasa sarapan jam 8 pagi, perbedaan 30 menit ternyata cukup terasa, hehehe.
Hari ini 23 Juli 2020 diperingati sebagai Hari Anak Nasional di Indonesia. Biasanya kami di Thailand ikutan merayakan Hari Anak Thailand yang dirayakan setiap akhir pekan ke-3 bulan Januari. Jadi, berbeda dengan di Indonesia yang merayakannya pada tanggal yang sama, setiap tahunnya, di Thailand perayaan hari anak itu setiap akhir pekan, supaya semua orang pasti libur. Orang tua tidak ada alasan tidak bisa membawa anaknya bersenang-senang, dan anak-anak juga libur dari kegiatan sekolah.
Tulisan saya hari ini bukan mau membahas perayaan hari Anaknya, tapi saya jadi ingat kalau ada tantangan menulis di grup KLIP yang belum saya kerjakan. Temanya adalah: Makna Anak Bagiku.
Sekilas, topik ini sepertinya mudah, masa sih seorang ibu tidak bisa menuliskan apa makna anak buat dirinya? Apalagi kalau udah jadi ibunya bukan baru setahun dua tahun. Tapi ternyata, awalnya saya merasa kehilangan kata-kata untuk menuliskan apa sih makna anak buat saya?
Beberapa hari yang lalu, saat melihat-lihat channel apa saja yang ada di YouTube saya, saya malah jadi teringat sudah lama tidak mendengarkan lagu-lagu Badanamu. Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, saya suka dengan lagu-lagu Badanamu ini. Selain Badanamu, ada banyak lagu-lagu dan channel yang saya jadi tahu karena anak-anak menyukainya.
Waktu ada tantangan di grup KLIP untuk menuliskan kenangan yang tidak terlupakan dengan anak-anak, saya jadi terpikir kalau kebanyakan kenangan sudah pernah saya tuliskan di blog ini. Tapi, sudah pasti ada banyak juga yang tidak dituliskan di sini. Semuanya ingin diingat, tapi tentunya ingatan manusia itu terbatas. Nah, saya jadi ingat lagi kalau saya belum pernah menuliskan lagu-lagu apa lagi selain Badanamu yang sering didengarkan bersama anak-anak.
Biasanya, awalnya kami menemukan lagu itu tidak sengaja dari rekomendasi yang ada di YouTube. Lalu kami perhatikan liriknya cukup bagus, barulah kami berikan ke anak-anak untuk ditonton. Nah selanjutnya, di mobil juga saya akan pasang lagu yang sama.
Biasanya, kalau lagi suka dengan lagu tertentu, kalau pergi liburan atau kemana-mana, akhirnya lagu itu juga yang dibawa untuk hiburan anak-anak di jalan maupun di penginapan. Akhirnya, setiap kali mendengarkan lagu tertentu, rasanya jadi menjadi membawa kenangan tersendiri untuk saya. Lagu-lagu ini sudah menjadi seperti OST dalam kehidupan kami.
Selain lagu nursery rhymes, ada beberapa acara anak-anak yang mengenalkan membaca dan berhitung tapi dibawakan dengan nyanyian juga. Untuk acara-acara tersebut, biasanya kami berikan sebagai bagian dari screen time mereka.
Hari Senin yang lalu, merupakan hari libur di Thailand. Tapi kantornya Joe tidak libur. Jonathan ada kegiatan homeschool grup dengan teman-temannya. Setelah mengantar Jonathan, saya ajak Joshua jalan-jalan berdua.
Saya bawa Joshua ke taman kota, mumpung udara cerah. Tujuan utamanya ya tentu saja main di playground. Saya pikir akan ada banyak anak-anak bermain di sana. Tapi mungkin saya datang kepagian, anak-anaknya belum banyak yang datang bermain di sana.
Mungkin karena tidak banyak teman bermain, Joshua tidak terlalu bersemangat main di playgroundnya. Selain kami, ada 2 anak perempuan yang agak lebih besar main di sana. Tapi anak-anak itu mainnya bukan meluncur ke bawah, tapi memanjat ke atas.
Sebenarnya, saya ingat sebelumnya waktu kami ke sini bersama Jonathan, Joshua dan Jona juga mainnya bukan cuma meluncur ke bawah, tapi manjat ke atas baru meluncur ke bawah. Main dengan cara ini bagus untuk motorik kasar anak-anak, selama tidak membahayakan anak lain, seringnya saya biarkan mereka main perosotan dengan cara memanjat dulu baru merosot.
Setelah hampir 4 bulan di rumah saja, mulai dari gara-gara polusi sampai dengan pandemi Covid-19, hari Minggu kemarin kami ngemall lagi. Bersyukur kalau di Thailand tidak ada polusi lagi dan penyebaran infeksi Covid-19 sudah tidak ada transmisi lokal selama 40 hari lebih.
Semua yang dulu ditutup sudah mulai dibuka kembali. Semua sudah terasa normal, bedanya selama di luar setiap orang disarankan memakai masker. Sebelum masuk mall tetap ada pemeriksaan suhu tubuh dan check-in dengan aplikasi. Kalau masih ada kasus infeksi setiap harinya, pastinya kami masih di rumah saja.
Saya perhatikan, check-in aplikasi ataupun mendaftarkan nama dan nomor telepon sebenarnya bisa saja tidak dilakukan. Tapi kami memilih tetap melakukannya, supaya kalau tiba-tiba ada penyebaran kasus baru, kami bisa dihubungi dan segera diperiksa. Tidak berharap ada kasus baru sih, tapi namanya juga lebih baik menjaga daripada terkena.