Girls Talk

Hari ini saya bertemu dengan grup merajut lokal. Saya bertemu dengan lebih banyak lagi teman baru. Ada 10 wanita berkumpul membawa rajutan masing-masing, sambil ngopi ataupun nyemil. Dipikir-pikir, selama saya punya hobi merajut, baru kali ini saya punya kesempatan merajut bersama seperti ini.

Walaupun saya tergolong anggota baru, mereka yang umumnya lebih tua dari saya sangat ramah dan sudah seperti kenal lama saja (sepertinya ada yang lebih muda, tapi anggaplah saya paling muda hahaha), sambil merajut tentunya sambil berkenalan dan ngobrol. Obrolannya juga seru. Hobi yang sama bisa membuat topik apa saja jadi terasa nyambung.

Topik utama yang membuat semua berseru kagum atau mata berbinar-binar: benang dan perlengkapan merajut! Ya namanya juga grup merajut, tentunya benang itu bahan baku utama selain jarum rajut. Setiap ada jenis benang baru atau toko benang lokal yang tidak semahal toko benang import, semua langsung pengen tahu di mana persisnya. Dalam hati saya jadi teringat dengan masa awal saya mulai berhobi merajut ini dan berpikir: jadi kira-kira beginilah kelakuan saya waktu itu setiap lihat benang hahaha.

Ada anggota yang sering travelling, dan setiap bepergian tak lupa berburu benang. Jadi dia punya banyak sekali koleksi benang. Aduh benangnya bagus-bagus dan lembut. Untungnya sekarang saya sudah tobat untuk tidak berbelanja benang kalau memang belum habis yang sudah ada. Semoga tetap bertahan seperti sekarang dan tidak tergoda kalau keseringan liat benang bagus.

Topik-topik obrolan lainnya juga sangat beragam, mulai dari ngomongin anak milenial, cerita jaman sebelum ada internet yang terasa seperti jaman dulu kala (padahal belum selama itu), bertukar info soal dokter atau tips sehat, dan juga problem yang semua wanita akan alami: gangguan hormonal dan menopause. Saya jadi tersadar, sebelumnya saya gak pernah menghadiri grup yang terdiri dari wanita semua seperti ini. Kalaupun ada ikutan grup di facebook atau mailing list, tentunya berbeda dengan grup yang bertemu langsung seperti ini. Sambil ngobrol, tangan tetap bisa bekerja, jadi bukan sekedar nongkrong tanpa hasil.

Grup merajut ini anggotanya dari berbagai negara. Ada yang dari Brazil, Jepang, Myanmar, Korea, Canada, England, Perancis dan tentunya saya dari Indonesia. Kadang-kadang obrolannya berganti sendiri dari berbahasa Inggris ke bahasa Thai. Sepertinya karena sudah cukup lama tinggal di Thailand, kosa katanya lebih cepat menemukan kata dalam bahasa Thai daripada bahasa Inggris. Padahal semua ngakunya tidak lancar dalam berbahasa Thai.

Kalau melihat dari kecepatan mereka merajut, sepertinya saya yang paling lambat menyelesaikan rajutan. Tapi kali ini saya mau menikmati saja merajutnya, namanya juga hobi, harus dinikmati bukan untuk berlomba atau kejar setoran toh. Proyek yang kemarin sudah selesai, waktunya menentukan mau bikin apa selanjutnya. Memilih proyek rajutan ini terkadang bisa lama, seringnya malah terjebak browsing berlama-lama dan tidak juga memutuskan mau bikin apa. Sepertinya saya akan pakai jurus yang sama dengan sebelumnya: minta masukan dari temen-temen di grup dan langsung dikerjakan saja hehehe.

Review dan Rating

Kenapa saya suka menulis review/opini tentang sebuah produk/layanan? Karena sebelun membeli sesuatu, menonton film, membaca buku atau mencoba sesuatu saya suka mencari tahu apa pendapat orang lain terlebih dahulu. Review yang saya tuliskan sudah tentu bersifat opini pribadi, karena saya tidak selalu bisa membandingkan produk tersebut dengan produk sejenis. Dengan membaca review dari orang lain saya mendapat gambaran dari yang mau saya beli, jadi saya menulis review juga untuk membantu orang lain yang mencari informasi mengenai produk tertentu.

Saya juga sering memperhatikan berapa bintang peringkat yang paling banyak diberikan orang-orang. Khusus untuk layanan restoran/penginapan saya juga sering membaca bagian komentar negatifnya. Hal ini tentunya untuk mencari tahu apakah kemungkinan terburuk yang dihadapi kalau membeli produk tersebut. Namanya opini, tiap orang bisa jadi memiliki pendapat yang berbeda-beda untuk sebuah produk, tapi kalau kebanyakan orang kasih bintang 5 tapi ada juga yang kasih bintang 1, saya simpulkan mungkin dia lagi kurang beruntung saja, atau memang punya standar lebih tinggi dari orang kebanyakan.

Berbeda dengan kebiasaan mencari tahu review yang kurang bintang, saya malah jarang menuliskan sesuatu yang menurut saya tidak saya sukai. Tapi sejauh ini, saya tidak pernah menemukan produk yang bikin saya ingin mereview kejelekan sebuah produk habis-habisan sih. Kalaupun ada produk yang biasa-biasa saja, biasanya ya paling kasih bintang pertengahan dengan komentar apa yang bikin bintangnya berkurang.

Bagaimana dengan memilih film yang ingin ditonton? Nah kalau ini sih biasanya saya membaca reviewnya setelah selesai menonton, karena biasanya review film itu lebih seru dibaca kalau ada spoilernya hehehe. Jadi apa yang membuat saya memutuskan menonton sebuah film? ya biasanya liat trailernya, lalu baca ringkasan ceritanya, lihat siapa yang main, dan kalau itu film seri seperti kdrama saya tonton episode pertamanya.

Teman saya bilang: jangan menilai sebuah film seri dari 1 episode, tapi buat saya kalau episode 1 tidak membuat saya tertarik menonton lanjutannya, ya mending nonton serial lain hehehe. Ada juga kalau beberapa menit pertama sudah bikin saya tak tahan menontonnya karena jalan cerita yang terlalu lambat, ya udah saya berhenti menontonnya. Kalau ada sedikit rasa penasaran, saya akan tonton episode terakhirnya dulu sebelum akhirnya kembali ke depan. Saya memang gak terlalu terganggu dengan spoiler, karena buat saya yang penting itu jalan ceritanya bukan akhir ceritanya saja.

Kalau baca buku lain lagi yang menentukan. Biasanya saya baca buku kalau judulnya menarik dan banyak review dari orang-orang. Pernah juga saya baca bukunya supaya gak ketinggalan kalau temen lagi ngobrol. Duluuuuu saya gak tertarik dengan Harry Potter. Tapi karena teman-teman saya kalau ngumpul sibuk membahas Harry Potter, saya jadi mencoba baca. Walaupun bacanya tersendat-sendat karena waktu itu saya belum terbiasa baca buku dalam bahasa Inggris, akhirnya saya selesai juga membacanya dan jadi mengerti kalau teman saya lagi seru ngobrol. Ternyata setelahnya, pas ketemu sama Joe jadi bisa melanjutkan membaca buku Harry Potter bareng waktu buku berikutnya keluar hehehhe.

Selain film dan buku, yang sering saya baca reviewnya itu aplikasi. Biasanya sebelum menginstal sebuah aplikasi di handphone, saya suka baca reviewnya juga untuk melihat kalau mencoba versi gratisnya apakah akan sangat terganggu dengan iklannya atau tidak. Beberapa aplikasi bisa tetap dipakai tanpa bayar, beberapa aplikasi meminta kita memasukkan informasi kartu kredit untuk mendapatkan masa percobaan gratis dalam periode tertentu. Untuk aplikasi yang meminta informasi pembayaran di awal biasanya tidak jadi saya pakai dan saya cari aplikasi sejenis.

Hampir kelupaan, duluuuu saya suka membaca review gadget. Masa di mana smart phone terlihat sangat smart dengan variasi harga yang bisa sangat terasa, penting untuk membaca rincian spesifikasi mana yang paling optimal dengan harga terjangkau. Sekarang ini saya sudah gak terlalu baca lagi karena biasanya sudah tau mau gadget apa dan budget berapa. Selain itu biasanya hal begini saya serahkan sama Joe, saya tinggal pakai hehehe.

Untuk review tempat wisata ataupun penginapan, kami tidak terlalu sering juga jalan-jalan kecuali di Chiang Mai, jadi yang saya tulis lebih ke cerita jalan-jalannya bukan reviewnya hehehe.

Kadang-kadang mereview sesuatu ini terkesan mempromosikan sesuatu tanpa dibayar. Memang kalau banyak yang memberi review positif tentunya banyak yang akan memilih produk tersebut, tapi tentunya sebuah produk dapat banyak review positif karena memang cukup baik, bukan karena orang lain ikut-ikutan saja. Saya sih gak keberatan mempromosikan produk yang saya rasa berguna tanpa dibayar, sukur-sukur produk itu akan semakin baik dikemudian hari dan harganya juga bisa semakin terjangkau.

Nostalgia di Sekolah Dasar

Hari ini saya sedang melatih diri untuk mencoba mengingat seberapa ingatan saya sekarang tentang masa kecil saya. Kalau mengingat secara spesifik, rasanya kok sulit, tapi ada beberapa hal yang saya ingat secara random.

Saya gak pernah diberi uang jajan dari kecil. Waktu SD kelas 1, lokasi sekolah itu dekat dari rumah jadi saya bisa jalan kaki. Orang tua saya gak pernah memberi saya uang jajan. Saya juga ga punya kebiasaan jajan. Ada sih warung-warung di depan sekolah, ada juga yang jual mainan, tapi saya tidak pernah punya keinginan untuk membeli apa-apa.

Nah tapi seperti pernah saya tulis sebelumnya, waktu SD kelas 1, tanpa saya mengerti beberapa teman menyerahkan uang jajannya 100 rupiah sehari ke saya karena mereka menyontek PR dari saya. Saya sudah gak ingat lagi PR jaman SD itu kayak apa ya? rasanya saya gak pernah juga berlama-lama ngerjain PR. Biasanya bahkan pulang sekolah saya tinggal main-main saja. Uang yang diberi teman saya itu ya saya kumpulin aja. Kalau sudah banyak saya tukar dengan lembaran uang 1000-an ke mama saya. Uangnya saya kumpulkan di dompet di rumah.

Setelah kelas 3 SD, saya diberikan ongkos becak atau bemo untuk sekolah karena kami pindah rumah agak jauh dari sekolah. Saya ingat kelas 3 SD itu saya masuk sekolah jam 1 siang sampai jam 5 siang. Iya saya sekolahnya SD Negeri Inpres yang bangkunya gak cukup untuk semua kelas masuk bersamaan. Jadi kelas 1 itu masuk sekolah jam 10 – 12, kelas 2 masuk jam 7.45 – 12, kelas 3 – 5 masuk siang jam 1- 5, lalu kelas 6 SD masuk pagi lagi.

Kelas tertentu saya bisa sharing becak dengan kakak saya, sisanya ya saya kadang jalan kaki setengah jalan supaya bayar angkotnya lebih murah dan sisanya saya kantongi. Ada kalanya juga saya naik sepeda ke sekolah. Saya gak ingat umur berapa saya bisa mahir naik sepeda, tapi saya ingat sering naik sepeda itu kelas 4 atau 5 SD.

Saya ingat, kadang-kadang ada les tambahan dari gurunya untuk acara sekolah, misalnya menari atau les tambahan ketika kelas 6 SD. Les tambahan ini wajib. Jadi sekolah pagi sampai jam 1, semua disuruh pulang dulu lalu datang lagi jam 3- 5. Saya ingat kadang-kadang saya bermain sepeda cukup jauh juga dengan teman-teman saya sepulang dari les tambahan. Tapi kalau sekarang ditanya daerah mana dulu sepedaanya, saya gak ingat lagi hehehe.

Ada memor yang juga saya ingat banget, waktu itu datang dokter untuk vaksinasi gratis. Saya yang sebenarnya takut bilang ke guru kalau menurut orangtua saya, saya sudah dapat imunisasi lengkap, jadi saya gak perlu lagi disuntik. Ada beberapa teman yang juga gak ikut imunisasi lagi, dan kami mengetawai teman-teman yang nangis ketika disuntik (padahal sendirinya kabur hahahha).

Memori paling berkesan waktu kelas 6 SD itu ketika saya masuk TV untuk acara cerdas cermat, walaupun kami kalah dan cuma dapat juara 3. Nah tapi hadiahnya dipakai sama kepala sekolahnya dan gak dikasihin ke kami huhuhuhu. Saya ingat banget kalau saya ajak 2 teman saya yang ikutan tim cerdas cermat untuk menghadap kepala sekolah meminta hadiah yang diberikan, tapi ya waktu itu saya belum bisa menang argumen lawan kepala sekolah hehehehe.

Gimana dengan teman-teman masa SD, masih ada yang ingat? Yang saya ingat paling teman yang masuk ke SMP yang sama. Teman yang ikut cerdas cermat bahkan sampai SMA masih ketemu lagi walau cuma 1 orang yang sekelas sama saya. Sekarang masih kontak? masih sama 1 orang, yang 1 lagi nggak tau kabarnya. Ada beberapa nama teman-teman SD yang masih saya ingat, tapi waktu saya coba cari di FB saya tidak menemukannya.

Salah satu hal yang juga lucu kalau diingat, waktu SD itu pertemanan bisa dari deket banget lalu jadi musuhan (eskete), terus nanti baikan lagi dan jadi deket banget lagi. Penyebab musuhannya apa? saya ga ingat lagi. Namanya juga anak-anak ya, hal-hal kecil aja bisa bikin ribut.

Setelah menulis beberapa kenangan SD ini, ada banyak kenangan lain muncul di kepala, misalnya kenangan masak air sampai gosong di ruang guru, berantem sama temen 1 kelompok karena masalah pinjam tip-ex, jadi mata-mata di kelas yang suka disuruh guru mencatat siapa yang ribut ketika guru perlu keluar ruangan sebentar. Di suruh membantu ibu guru nulis di papan tulis (padahal tulisan saya gak bagus-bagus amat). Bikin guru berantem karena saya sebel dijadiin kurir bolak balik buat menyampaikan pesan mereka ke guru lain (ini sebenarnya dasar aja gurunya hubungannya udah ga bagus, terus ngapain juga saya harus mondar mandir menyampaikan pesan dengan awalan: kata bu A bla bla bla).

Ternyata memori itu bekerjanya butuh dipancing ya, kalau udah ingat 1 hal, bisa jadi kemana-mana hahahhaa. Sepertinya tulisan random ini harus diakhiri sebelum tambah random lagi :). Menyenangkan juga mengingat-ingat masa kecil, siapa tau nanti ada teman SDN 060855 nyasar ke blog ini dan ingat saya hehehe.

Crochet: Work in Progress

Hobi lama yang akhirnya dimulai lagi tahun ini adalah merajut. Setelah ditunda-tunda, akhirnya mulai juga. Ini salah satu hasil dari punya komunitas lokal yang ketemu sekali seminggu. Setelah berhenti memegang jarum rajut selama hampir 10 tahun, akhirnya hari ini merupakan hari dengan jam terbang merajut paling lama hehehe. Eh tapi jangan salah, ini bukan hasil hari ini saja, merajutnya sudah dimulai dari 2 minggu lalu, tapi dipegangnya sedikit demi sedikit hehehe.

triangle shawl crochet – work in progress

Merajut shawl triangle ini atas saran seorang teman di grup merajut. Segitiganya dimulai dari ujung yang palig kecil, lalu bergerak makin lama makin lebar. Hasilnya memang bikin semangat, karena di awal, terasa cepat pertambahan barisnya. Makin lama pertambahan barisnya makin lama karena segitiganya makin lebar hehehe.

Shawl segitiga ini belum selesai, baru kepakai 1 gulung lebih dikit benang 100 gram. Nantinya berhenti kalau dirasa besarnya sudah sesuai kalau dipakai. Mudah-mudahan benangnya gak butuh lebih dari 3 gulung, karena stok benangnya dari awal juga cuma punya 3 gulung.

tampak belakang

Hobi merajut ini cocok dipadukan dengan hobi menonton. Hari ini kami tidak keluar rumah karena udaranya super panas sampai 40 derajat celcius, padahal katanya sudah masuk musim hujan. Saya bisa duduk manis di ruang tv, pasang ac, merajut sambil nonton kdrama hahaha.

Setelah berhenti lama merajut, saya merasakan kecepatan merajut saya jauh berkurang. Terus ada terasa pegal juga di lengan atas dari menggerakkan jarum rajut. Pergelangan tangan sih masih baik-baik saja. Katanya sih merajut ini banyak manfaatnya, selain untuk menghasilkan produk rajutan, katanya ada beberapa manfaat lain dari merajut, antara lain:

  • merajut ini ada pelajaran matematikanya: kalau kita merajutnya baju, adakalanya harus menghitung ukuran badan lalu dicari tau berapa rata-rata tusukan yang dibutuhkan untuk panjang yang dibutuhkan berdasarkan jenis benang yang dipakai.
  • merajut ini baik untuk relaksasi, mengurngi stress dan juga memberikan kebahagiaan ketika melihat keindahan dari hasil karya kita
  • merajut ini mencegah pikun, karena ketika merajut, ada hitungan dan hapalan patternnya
  • merajut juga dipakai untuk melawan dementia dan treatment orang yang mengalami PTSD
  • merajut juga bagus untuk menurunkan berat badan, dengan merajut kita jadi fokus dengan rajutan dan tidak memikirkan makanan melulu. Kalau hobi nonton doang, biasanya kita cari cemilan, kalau nonton sambil merajut, tangannya sibuk bekerja jadi gak bisa sambil ngambil camilan hehehe.
  • merajut ini bagus juga untuk membuat kita aktif secara sosial, seperti saya misalnya, biasanya malas buat keluar rumah, tapi kalau buat ketemu teman merajut semangatnya lebih tinggi walaupun gak selalu bisa.

Sebenarnya masih banyak lagi manfaat merajut yang lainnya, tapi segitu juga dah lebih dari cukup untuk meneruskan hobi merajut ini.

Efek negatif dari merajut juga ada sih, misalnya jadi hobi menumpuk benang dan selalu merasa kekurangan benang, tapi akhirnya gak sempat-sempat dipakai hehehe. Nah fase menumpuk benang ini buat saya sudah lewat, sekarang ini pengen memanfaatkan tumpukan benang yang masih disimpan selama ini saja. Semoga tahan godaan untuk tidak menambah tumpukan lagi hehehe.

Sekolah Ideal?

Tahun ajaran baru di Thailand untuk sekolah dengan kurikulum Thai baru saja dimulai minggu ini. Sedangkan untuk sekolah Internasional, tahun ajaran baru akan dimulai nanti sekitar akhir Juli atau awal Agustus. Di kalangan teman-teman saya di Indonesia juga sepertinya mulai sibuk dengan pendaftaran tahun ajaran baru. Ada yang anaknya lulus SD dan akan masuk SMP. Ponakan saya juga ada yang akan masuk SMP dan SMA. Melihat obrolan mengenai pencarian sekolah membuat saya berpikir sendiri dengan berbagai pendapat tentang sistem sekolah.

Sebenarnya apa sih yang dicari orangtua dari sebuah sekolah? kenapa sebuah sekolah bisa lebih populer daripada sekolah yang lain? Kenapa sekolah ada yang mahal dan ada yang mahal banget? Kenapa sekarang ini ada kecenderungan memasukkan anak sekolah swasta walau untuk cari biayanya orangtua harus banting tulang mencari duitnya? Di Chiang Mai sini misalnya, kenapa ada banyak sekali sekolah Internasional, bilingual dan sekolah swasta? Memang ada banyak expat tinggal di sini, tapi siswa sekolah Internasional bukan hanya anak-anak expat, anak Thai juga banyak, dan sekolah Internasionalnya menurut saya terlalu banyak hehehe.

Sebagai orangtua yang pernah galau mencari sekolah, ada beberapa hal yang dipertimbangkan sebelum mendaftarkan anak ke sebuah sekolah. Berikut ini merupakan opini saya dan sedikit komentar dengan keadaan sekolah yang saya amati di sini maupun seandainya kami tinggal di Indonesia.

Lanjutkan membaca “Sekolah Ideal?”

Merayakan Ulang Tahun Joe

Hari ini ulang tahun Joe alias papa nya Jonathan dan Joshua. Seperti biasa, ulang tahun buat kami tidak harus tiup lilin dan tidak harus beli kado. Kalaupun beli kado, biasanya ditanya dulu maunya apa dan bisa saja kadonya gak dibeli di hari ulang tahunnya. Mungkin buat sebagian orang, jadi kurang seru ya karena pas hari H kayak gak ada yang berkesan. Tapi buat kami ulang tahun itu artinya menikmati waktu bersama keluarga. Kami mengajarkan hal ini ke anak-anak, supaya mereka gak menuntut selalu bikin perayaan ulang tahun atau menuntut hadiah ulang tahun.

Setiap keluarga bisa membuat tradisi merayakan ulang tahun masing-masing. Mungkin buat sebagian besar orang tradisinya adalah meniup lilin tepat di hari pergantian hari, selama 15 tahun kenal Joe, kami tidak pernah tiup lilin tepat pergantian hari. Jangankan pas pergantian hari, ulang tahun kami seringnya tidak potong kue ataupun tiup lilin kok. Paling kalau masih bangun kami akan mengucapkan selamat ulang tahun dan berdoa syukur sama. Seringnya sih nunggu jam 12, ucapin selamat, baru deh tidur. Tadi malam Joshua juga gak mau tidur sampai papanya ulang tahun hehehe. Tradisi yang pasti untuk kami merayakan ulang tahun itu ya kebersamaan sebagai keluarga.

Biasanya, kalau lagi gak banyak kerjaan di kantor, Joe akan ijin setengah hari, lalu kami makan siang di luar dilanjutkan bawa anak jalan-jalan. Atau bahkan bisa juga ijin meliburkan diri seharian hehehe. Tapi hari ini karena lagi banyak kerjaan, Joe cuma bisa ijin pulang lebih cepat beberapa jam.

Seperti tahun lalu, kami merayakannya hanya dengan makan di luar. Di buka dengan makan honey chocolate toast plus es krim, dilanjutkan dengan makan malam (rusak deh diet). Tadinya mau naik kereta gratisan juga di mall, tapi keretanya masih menunggu agak lama sebelum jalan. Karena kami udah merasa lapar kami ga jadi deh naik keretanya hehehe.

Saya bersyukur diantara kesibukannya bekerja dan hobi ngopreknya, Joe masih menyediakan waktu buat main sama anak-anak. Setiap keluar rumah juga dia yang sibuk ngejar-ngejar Joshua hehehe. Buat orang yang gak kenal Joe, mungkin mikirnya dia kerja mulu seharian, tapi nggak kok, dia masih banyak juga santai-santai dan nonton film seri. Makanya mau aja diajakin nonton kdrama teknis seperti Phantom hehehe. Joe juga masih mau berbagi tugas dengan saya, seminggu 2 kali mengantar Jonathan ke taekwondo, dan seminggu sekali nemanin Joshua di rumah saat saya nganterin Jonathan berenang.

Beberapa hadiah ulang tahun Joe itu dia beli sendiri (dengan persetujuan saya tentunya). Beberapa yang saya ingat itu dia beli Network Attached Storage, pernah juga upgrade prossesor, iseng ngoprek Wii, dan kalau liat dari memory facebook ternyata kami beli mobil 4 tahun yang lalu juga sebelum ultahnya Joe, jadi bisalah dianggap hadiah ultah beli sendiri juga ya hahahaha. Untuk hadiah tahun ini sudah ada rencana upgrade komputer, tapi masih belum selesai menimbang-nimbang apa yang mau dibeli.

Tahun ini, Joe dapat hadiah istimewa. Salah satu keisengannya ngoprek dan menuliskan hasil oprekan membawa rejeki ekstra. Pekerjaanya masih prototipe tapi hari udah dikirim “hadiah”nya. Tapi karena kata Joe pekerjaaanya belum bisa diceritakan, tunggu aja kapan-kapan dia ceritakan hehehe. Saya sih ikut senang, karena kalau Joe dapat rejeki artinya rejeki saya juga.

Selamat ulang tahun buat suamiku sayang, semoga di umur yang baru bisa semakin banyak berkarya dan walaupun sibuk berkarya selalu sediakan waktu untuk kami.

Belajar Piano dengan App

Note: tulisan ini merupakan opini pribadi berdasarkan pengalaman belajar piano menggunakan aplikasi Simply Piano dari JoyTunes, saya tidak dibayar untuk menuliskan ini.

Sejak Jonathan belajar piano di kursus, sebenarnya saya sudah ikut-ikutan belajar piano. Tapi saya gak punya kemampuan memainkan musik sama sekali. Dari dulu takut sama not toge (not balok), dan cuma kenal do re mi karena pernah ikut paduan suara di gereja. Saya gak bisa juga mencari tau lagu itu seperti apa kalau belum pernah dengar sebelumnya, jadi bisa dibilang saya menghapalkan nadanya setelah diajarkan.

Lanjutkan membaca “Belajar Piano dengan App”