Kemarin saya dapat kesempatan mendengarkan cerita seru dari mbak Puspa Fajar, seorang manajer Humas di Ibu Profesional, tentang cara asyik berkomunitas di lingkungan Ibu Profesional. Ada banyak poin yang menarik perhatian saya, tapi satu hal yang saya tidak bisa lupa adalah ketika disebutkan ada 3 hal yang biasanya tidak ada orang yang tidak menyukainya, yaitu: permainan, tantangan dan hadiah.
Saya sempat tercenung beberapa saat, dan menyadari kalau belakangan ini itulah yang membuat saya sangat bersemangat belajar hal-hal baru sejak bertemu dengan komunitas KLIP dan berlanjut ke Drakorclass.
Belakangan ini, saya sedang tergoda melihat tali jam untuk mi band banyak yang lucu-lucu. Harganya juga mulai dari puluhan baht sampai beberapa ratus baht. Sekilas tidak mahal ya. Tapi, walau sudah sering melihat-lihat dan merasa lucu, saya tetap belum membelinya.
Alasan kenapa saya belum membelinya terutama karena saya sudah pernah beli tali yang warna warni untuk mi band 4, dan semua tali itu bisa dipake di mi band 5 juga. Saya merasa ini hanya godaan sesaat. Semua terlihat lucu, saya tidak bisa memilih mana yang benar-benar saya inginkan. Kalau soal butuh, rasanya tidak butuh, karena tali yang ada sekarang juga tidak kurang untuk dipakai.
Terkadang, saya berpikir untuk beli sajalah beberapa, toh harganya tidak terlalu mahal. Tapi, lagi-lagi saya pikir, kalau sekarang saya turuti kemauan membeli hanya karena lucu, setelah ini saya beli apa lagi?
Pertama kali saya merantau jauh dari orang tua dan keluarga itu ketika saya diterima kuliah di Bandung. Saya butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman baru. Masa itu akses internet belum seperti sekarang yang tersedia dalam genggaman setiap orang. Ponsel pun masih belum seperti sekarang yang menjadi hal yang sepertinya bawaan wajib setiap orang.
Pertanyaan yang setiap hari saya tanyakan selain pertanyaan mau makan apa hari ini, ya tentang mau menulis apa. Ternyata, walaupun sudah menulis hampir setiap hari sepanjang 2020, mencari ide tulisan itu buat saya masih tidak selalu mudah.
Sudah sering hampir menyerah dan tidak menulis, tapi masih berhasil juga mengalahkan kemalasan dan tetap menulis.
Hari ini sudah awal September, dan tentunya walau pandemi masih melanda dunia, kita sudah bisa berkegiatan dengan mengadaptasi kebiasaan baru untuk menjaga tetap aman. Paling aman memang di rumah saja, tapi tentunya kita manusia tidak bisa dikurung di rumah saja dan butuh berkegiatan di luar rumah.
Kalau dulu, di awal merebaknya corona virus di Cina, kita bisa menonton dari jauh betapa mencekamnya sepertinya si virus itu. Orang-orang sangat takut keluar rumah dan kalaupun keluar rumah benar-benar membungkus badan supaya jangan sampai tertular. Sekarang, saya dengar komentar beberapa teman bilang kalau di Indonesia sudah hampir normal, di mana orang-orang kebanyakan tidak memakai masker walau orang terinfeksi masih bertambah banyak setiap hari.
Hari Sabtu pagi, hari mengantarkan anak kelas mewarnai. Dari rumah sudah siap-siap bawa laptop untuk menulis sambil menunggu mereka. Lumayan 2 jam daripada bengong. Hari Sabtu lalu, saya cukup berhasil menggunakan waktu dengan mengerjakan sesuatu. Apa daya, ternyata hari ini saya lupa membawa kacamata.
Saya tau, sudah banyak orang tidak mau membaca cerita pandemi. Setiap membaca katanya bikin stress. Pokoknya ikut protokol kesehatan saja kalau keluar, demikian katanya. Saya masih membaca perkembangan di Thailand yang sudah hampir 50 hari tidak ada transmisi lokal, dan di Indonesia yang sejak pelonggaran rata-ratanya pasien baru rata-rata 1600 orang dalam 3 hari terakhir.
Kenapa saya masih mengikuti perkembangan Covid-19 kalau Thailand sudah aman? Karena gelombang ke-2 itu nyata adanya. Dari yang saya baca di bulan Juni, Cina sempat ada peningkatan pasien baru walau sekarang sudah terkendali, Australia saat ini menutup kota Melbourne dan Mitchell Shire karena ada lonjakan kasus di daerah tersebut. Di Tokyo, Jepang juga ada peningkatan kasus baru setelah pelonggaran. Korea yang juga termasuk sukses menangani Covid-19 mengumumkan kalau mereka menghadapi gelombang baru dari pandemi sejak akhir Juni 2020 yang lalu.
Jadi, walaupun Thailand saat ini aman, belum tentu selamanya aman dengan adanya orang-orang yang mulai diperbolehkan masuk ke Thailand. Belum lagi, saya baca berita tentang beberapa orang yang tertangkap karena berusaha untuk masuk tanpa ijin ke Thailand. Untuk yang masuk dengan ijin, jelas ada protokol pemeriksaan dan karantina 14 hari. Untuk orang yang berusaha masuk tanpa ijin ini, selalu ada kemungkinan mereka masuk membawa penyakit.
Mengamati beberapa hal sejak adanya pelonggaran dan membaca beberapa berita membuat saya menyadari kalau pandemi masih lama akan berlalu. Walau saya tidak putus berharap pandemi cepatlah berlalu, tapi ya saya harus menerima juga kalau saya seorang diri yang mengikuti dan sadar akan bahaya Covid-19, tidak cukup untuk membuat pandemi ini berlalu. Butuh kerjasama dari semua orang di seluruh muka bumi. Iya di seluruh muka bumi, karena kalau tersisa 1 atau 2 pasien saja, dan kita lengah, bisa membuat pandemi berulang lagi.