Mempermudah Ganti HP Android

Jaman dulu, kalau kita ganti HP, biasanya kita perlu memindahkan daftar kontak kita secara manual. Setelah HP semakin pintar, ganti HP bisa lebih mudah apalagi bila kita sudah membiasakan diri membackup berbagai data kita. Kebiasaan membuat salinan data ini merupakan kebiasaan yang baik, apalagi kalau kita mempunyai koneksi internet yang cukup cepat.

Saya sering mendapat cerita teman yang HP nya error lalu harus di reset dan semua daftar kontak hilang. Kisah lainnya teman yang pakai iphone/ipad dan mengijinkan anaknya menggunakan gadgetnya sering tanpa sengaja foto-foto di HP terhapus karena anaknya berusaha masuk dengan paksa dan otomatis menghapus data padahal belum pernah di backup. Atau aplikasi chat WA yang lupa di backup waktu ganti HP ataupun hang dan harus reinstal paksa dan mengakibatkan percakapan sebelumnya hilang.

Jaman sekarang ini, hal-hal itu sudah bisa dihindari kalau kita sinkronisasi data kita atau back up di berbagai layanan yang ada di internet, termasuk nantinya mempermudah ketika kita ganti HP. Apalagi kalau kita punya internet koneksi 24 jam, tentunya bisa kita set sinkronisasi data dilakukan ketika kita tidur misalnya.

Lanjutkan membaca “Mempermudah Ganti HP Android”

Pandanglah ke Langit Biru

Hari ini, sebenarnya banyak yang pengen dituliskan. Tapi rasanya mata sudah ketarik-tarik minta istirahat. Jadi salah satu yang menarik hari ini adalah gumpalan awan putih di langit biru.

langit biru…awan putih…

Iya, hari ini salah satu hari yang cerah setelah beberapa minggu kemarin selalu mendung atau hujan sepanjang hari di Chiang Mai. Waktu keluar siang hari, untung Joe yang nyetir, jadi saya bisa foto-foto. Rasanya ingin merekam keseluruhan corak awan di langit biru.

Kadangkala, di 1 lokasi yang sama, kita bisa mendapatkan pemandangan langit yang berbeda ketika melihat ke kanan dan ke kiri kita.

Melihat langit biru jadi teringat lagu Sherina dan jadi pengen naik balon udara juga. Kebayang kalau langit di Chiang Mai aja begini indahnya di foto dari mobil, kalau melihatnya dari balon udara di atas bakal lebih indah lagi kali ya.

https://youtu.be/lxbbp3HSUkk
sumber dari Youtube

Langit biru
Awan putih
Terbentang indah
Lukisan yang kuasa
Ku melayang
Diudara
Terbang dengan balon udaraku
Oh sungguh senangnya lintasi bumi
Oh indahnya dunia

Lirik Lagu Balon Udara

Ada yang suka melihat dan memfoto langit juga gak sih selain saya?

Kalau Mesin Mobil Mati di Tengah Jalan

Hari ini ada pengalaman yang sempat bikin deg-degan dan panik. Ceritanya mobil kami itu mobil otomatis yang ada fitur auto-off kalau kita injak rem terlalu lama dan akan nyala sendiri ketika kita angkat kaki dari rem. Ceritanya fitur ini tuh buat menghemat pemakaian bensin. Sebenarnya dari awal agak gak suka dengan fitur ini, tapi kita bisa matikan secara manual. Tapi mematikan fitur ini gak bisa permanen, alias tiap kali menyalakan mesin harus ingat untuk menonaktifkan fitur auto-off nya.

Waktu mengantar anak-anak tadi pagi, di sebuah pertigaan tak jauh dari rumah jalannya agak macet. Oh ya saya punya kebiasaan tidak memanaskan mesin mobil, jadi nyalakan mesin dan langsung jalan deh. Nah waktu macet itu mesinnya mati, dan biasanya kalau kita angkat rem atau pencet tombol nonaktifkan auto-off, mobilnya akan menyala lagi. Tapi tadi pagi waktu saya pencet tombol auto-off, mesinnya gak mau nyala lagi! Saya pencet gas juga tetep gak nyala. Saya putar kunci matikan dan nyalakan, tetap saja mesinnya mati. Saya langsung panik karena posisi mobil persis di tengah-tengah jalan dan mobil di depan sudah mulai bergerak lagi.

Pertigaan ini punya kenangan tersendiri buat saya. Waktu Jonathan berumur sekitar 1 bulan, mobil kami sebelumnya pernah berhenti juga di situ karena masalah batere, untungnya waktu itu pak bos dari kantor Joe lagi luang waktunya dan bersedia nganterin kami dan membantu urusan mobil mogok. Tadi, waktu tadi mobil mati tiba-tiba, panik duluan menyerang dan kepikiran kayak pertigaan bermuda (eh itu sih segitiga bermuda ya). Apalagi waktu mencoba menyalakan mesin mobil beberapa kali gak langsung bisa. Antara mau langsung telepon Joe dengan tetap berusaha dan berharap bujukin mobil supaya nyala lagi.

Anak-anak gak ngerti emaknya panik untungnya hehehe. Terus ya ingat untuk menyalakan lampu segitiga dan mempersilahkan mobil di belakang lewat dengan gesture: maap mobilnya mogok.

Setelah itu tarik napas dalam-dalam sambil matikan mesin dan ngomong ke diri sendiri: “Ayo tenang dulu. Coba pikirkan apa yang harus dilakukan sebelum menyalakan mesin mobil”. Dalam hati ya tentu berdoa dan berharap.

Memang sih ya, kalau panik itu gak baik. Waktu saya agak tenang, saya langsung teringat lah ini posisi gigi masih belum di posisi P, pantesan aja mesin tidak mau menyala. Akhirnya coba lagi dan tidak lupa mematikan semua AC, radio dan kembalikan gigi ke P. Putar kunci mobil seperti biasa. Fiuh lega banget mesinnya nyala!.

Karena masih kuatir, saya gak berani pencet apapun yang lain termasuk nyalakan AC atau tombol auto-off.

Sebenarnya tujuan antar anak-anak tadi pagi itu ga jauh. Jalan juga sampai, tapi jalannya tidak ada trotoarnya dan ya biar cepat makanya mengantar pakai mobil hehehe. Jadi setelah mesin menyala lagi, saya tetap matikan AC mobil dan untungnya gak ada acara macet lagi jadi mobilnya gak sampe auto-off lagi.

Sampai di tujuan, saya ga berani matikan mesin. Setelah anak-anak turun dan masuk ke tempat kegiatannya, baru deh berani nonaktifkan auto-off dan nyalakan AC. Tunggu beberapa menit sambil “cerita (kirim pesan telegram)” ke Joe biar perasaan tambah tenang. Sebenarnya waktu mobil udah bisa jalan ya sudah tenang, tapi kalau belum cerita rasanya kurang plong hehehhe.

Waktu nyetir pulang ke rumah sebenarnya masih agak khawatir. Joe saranin apa mau dibawa ke bengkel? Tapi saya yakin batere mobil masih baru karena 2 bulan lalu baru diganti dan bensin juga penuh. Jadi ya mudah-mudahan saja tadi itu masalahnya karena kebiasaan buruk gak menunggu mesin mobil panas langsung jalan.

Pelajaran hari ini buat saya adalah:

  • Jangan panik! Ini sih teorinya buat segala hal kita harus tenang, tapi ya gitu deh, namanya panik gak diundang datangnya. Tapi kalau dah tau kita panik, harus bisa menenangkan diri, tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri dulu.
  • Selalu mematikan AC dan Radio sebelum mematikan mesin, supaya waktu menyalakan berikutnya AC dan Radio masih mati
  • Panaskan mesin sebelum mulai jalan
  • Selalu nonaktifkan auto-off biar gak kejadian mati di tengah jalan.
  • Pastikan tidak ada lampu mobil yang menyala ketika turun dari mobil.

Mudah-mudahan kejadian begini gak terjadi lagi. Selama di Chiang Mai, rasanya mengalami mesin mobil mati di tengah jalan ini sudah ada 3 kali dan selalu masalahnya karena batere yang sudah perlu diganti. Sedangkan kejadian mesin tidak menyala ketika masih di rumah sudah ada 2 kali. Kalau mesin tidak menyala dan masih di rumah sih biasanya nggak sampai panik, paling ya batal pergi. Tapi kalau mesin mati di tengah jalan apalagi sambil bawa anak, ya rasanya lebih gimanaaa gitu.

Ada yang punya pengalaman yang sama soal mobil mati mesin di jalan begini? Kira-kira apa masalahnya selain masalah batere yang perlu diperiksa ya?

Untuk yang Ingin Tinggal di Chiang Mai

Doi Inthanon – Chiang Mai

Beberapa kali kami mendapatkan pertanyaan dari beberapa orang yang ingin tinggal di Chiang Mai, untuk merangkum jawabannya dan sekaligus siapa tahu ada yang bertanya lagi, saya akan tuliskan di post ini.

Mengunjungi Thailand

Untuk mengunjungi Thailand, sebagai orang Indonesia, kita bisa datang tanpa urus visa. Tapi waktu kunjungan kita terbatas 30 hari. Kalau merasa butuh waktu lebih dari 30 hari mengunjungi Thailand, bisa urus visa Turis supaya bisa tinggal 60 hari. Biasanya, untuk kunjungan pertama memasuki Thailand, kita akan diminta menunjukkan kalau kita sudah punya tiket pulang/keluar dari Thailand yang mana tanggal tertera pada tiket tidak lebih dari 30 hari (atau 60 hari jika punya visa turis). Kalau kita tidak punya tiket pulang, pihak imigrasi Thailand berhak menolak kita untuk masuk ke Thailand.

Tulisan untuk yang ingin sekedar mengunjungi Chiang Mai sudah pernah dituliskan di sini.

Bekerja di Thailand

Untuk bekerja di Thailand kita harus punya ijin kerja. Masuk ke Thailand tanpa visa atau dengan turis visa dan berharap mencari kerja di sini bisa saja, tapi begitu kita dapat pekerjaan, kita harus keluar lagi dari Thailand untuk mendapatkan visa sesuai ijin kerja kita yang nantinya bisa diubah menjadi ijin tinggal 1 tahun. Ijin tinggal ini perlu diperpanjang setiap tahun, dan kalau kita keluar dari Thailand kita harus mengurus re-entry visa. Kelupaan mengurus re-entry visa ketika keluar dari Thailand bisa mengakibatkan ijin tinggal sebelumnya hangus dan harus diurus ulang dari awal. Kalau nekat bekerja tanpa ijin kerja, siap-siap dideportasi kalau ketauan atau ditolak masuk lagi ketika keluar dari Thailand.

Mencari pekerjaan di Thailand

Banyak juga yang bertanya ke kami mengenai bagaimana mencari pekerjaan di Thailand. Sebenarnya saya heran kenapa ada pertanyaan seperti ini, karena pada dasarnya mencari pekerjaan di semua tempat itu sama. Bisa mencari dari lowongan kerja yang ada di internet, atau mencari kalau punya kenalan orang Thai yang buka perusahaan.

Jenis pekerjaannya? ya tergantung dengan skill yang kita miliki. Kalau kita punya skill di bidang tertentu, carilah pekerjaan yang kita mau. Di Chiang Mai sini umumnya teman-teman Indonesia itu sudah punya pekerjaan sebelum mereka ke Chiang Mai. Kalau Joe di bidang IT, ada juga beberapa teman di NGO/LSM, ada juga yang jadi pengajar, pelajar dan misionaris.

Selain itu, kalau memang punya modal, bisa juga membuka perusahaan di Thailand. Biasanya, untuk mempekerjakan orang asing di Thailand, ada syarat minimal besarnya investasi plus jumlah karyawan lokal yang dipekerjakan. Kalau bawa modal ke sini biasanya sih lebih gampang dapat ijin masuknya hehehe.

Atau coba cek apakah punya kualifikasi mendapatkan SMART Visa. Detailnya bisa coba cari di internet ya, karena ini saya juga baru dengar dan baru ada sejak 2018 lalu.

Bahasa apa yang digunakan ketika bekerja di Thailand?

Tergantung dengan tempat kerjanya. Umumnya ya kalau kantor lokal, pastilah butuh bahasa Thai. Kalau jadi pengajar bahasa Inggris/Indonesia ya tentunya bisa bahasa Inggris. Kalau cuma bisa bahasa Indonesia gimana? ya ini sih kayaknya perlu belajar dulu minimal bahasa Inggris biar bisa dipakai untuk belajar bahasa Thai atau lebih baik lagi carilah kursus bahasa Thai di Indonesia (ini sih dulu saya gak menemukan).

Untuk kantor yang dibuka oleh orang asing, biasanya banyak juga lingkungan kerjanya 100 persen berbahasa Inggris. Tapi kalau mau tinggal di Thailand, ada baiknya tau bahasa lokal, minimal biar bisa pesan makanan hehehe.

Alternatif untuk tinggal 1 tahun di Thailand

Kalau misalnya berencana tinggal tidak berlama-lama, sekedar mencari pengalaman selama 1 tahun bisa mencoba mendaftar kursus bahasa. Ada beberapa kursus bahasa yang menyertakan visa tinggal 1 tahun. Detailnya saya kurang tahu, tapi ya bisa googling sendiri biayanya dan syarat-syaratnya.

Visa belajar bahasa ini tidak disarankan diapply berkali-kali, karena kalau kita ambil visa belajar bahasa tapi gak bisa-bisa bahasanya akan ada kemungkinan diperiksa dan kalau ketahuan ngaku belajar bahasa ternyata bekerja, bisa-bisa kita dikeluarkan dari Thailand.

Menyekolahkan anak di Thailand atau pensiun di Thailand

Untuk bisa mendapatkan ijin tinggal agak lama di Thailand ada 2 cara: visa pensiun (retirement visa) kalau sudah mencapai umur tertentu, atau menyekolahkan anak di Thailand. Kalau kita menyekolahkan 1 anak di Thailand, kita bisa mendapat Guardian visa 1 tahun, kalau punya 1 anak tapi kita hanya akan dapat visa untuk 1 orang tua saja. Jadi kalau berencana tinggal bersama keluarga sebaiknya punya 2 anak yang bisa disekolahkan di sini hehehehe.

Untuk Retirement Visa dan Guardian Visa, biasanya selain syarat umur, ataupun anak disekolahkan di sini ada lagi syarat menyimpan uang dengan nominal tertentu diendapkan selama beberapa bulan di bank lokal. Kalau tidak punya jumlah yang dibutuhkan, walau anak sekolah di sini bisa saja kita ditolak ketika memperpanjang ijin tinggal.

Menikah dengan orang Thailand

Salah satu cara untuk mendapatkan ijin tinggal di Thailand adalah visa menikah. Kalau menikah dengan orang Thailand (dan tentunya tercatat dengan jelas lengkap surat-suratnya), pasangannya bisa mendapatkan ijin tinggal. Tapi ijin tinggal ini terbatas dan tidak bisa dipakai untuk bekerja. Jadi kalaupun menikah dengan orang Thai dan ingin bekerja di Thailand, perlu mengurus ijin kerja juga.

Penutup

Sebelum memutuskan untuk tinggal di Thailand/Chiang Mai, tanya diri sendiri mau berapa lama merantau? Kalau memang cuma mau jalan-jalan, ya gak usah mikir terlalu jauh. Tapi kalau misal kita punya dana untuk jalan-jalan selama setahun ya bisa juga di coba mencari sekolah bahasa supaya punya modal untuk tahun-tahun berikutnya.

Mungkin beberapa orang berpikir ah saya mau jadi digital nomad saja, yang penting masuk dulu dan gak usah pulang, atau kayaknya bisa diakalin biar bisa tinggal di Chiang Mai berlama-lama tanpa ijin kerja. Nah untuk hal ini kami tidak menyarankan, karena ada kemungkinan sewaktu-waktu ditolak masuk dan bahkan kalau ketahuan tinggal kelamaan tanpa ijin akan ditolak masuk selama beberapa tahun ke depannya.

Kami masuk ke Thailand setelah Joe mendapatkan tawaran bekerja di Chiang Mai. Ketika kami datang, kami sudah membawa ijin tinggal untuk Joe bekerja yang semuanya tentunya dibantu diurus oleh kantor. Kami menterjemahkan beberapa dokumen sesuai petunjuk dari kantor dan urusan ke kedutaan Thailand tentunya dengan menunjukkan dokumen dari perusahaan di Chiang Mai ini juga.

Untuk berbagai pertanyaan tentang syarat tentang suatu visa tertentu kami gak bisa jawab karena peraturannya bisa saja berubah. Silakan browsing ke situs resmi kedutaan Thailand untuk mendapatkan informasi terbaru.

Innovation Fair di Chiang Mai

Salah satu yang tidak sengaja dilihat waktu kemarin ke mall adalah innovation fair ini. Di mall di Chiang Mai memang sering ada pameran yang ada produknya seperti ini, tapi sepertinya saya baru sekali ini melihat innovation fair.

Menurut KBBI, kata inovasi artinya sebagai berikut:

inovasi/ino·va·si/n1 pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan: — yang paling drastis dalam dasawarsa terakhir ialah pembangunan jaringan satelit komunikasi;2 penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat);

KBBI.web.id

Nah, jangan bayangkan pameran inovasi ini super canggih semua. Ada banyak hal yang terlihat biasa tapi dipikir-pikir memang ada nilai baru diperkenalkan dalam produk yang dipamerkan.

Berikut ini foto dari peserta pameran inovasi ini.

Saya tidak detail bertanya untuk setiap produk yang ada, tapi mesin cuci buah saya ingat dijelaskan kalau itu cuma pakai air biasa, tapi dengan mesin tersebut bisa membersihkan sayur dan buah selama 5 menit dan lapisan yang biasanya ada dalam tanah dan dikuatirkan masih ada di kulit sayur dan buah bisa dibersihkan. Mereka juga mendemokan untuk melihat sebelum dan sesudah dicuci dengan beberapa hal yang bisa diukur.

Satu hal yang juga menarik perhatian saya adalah produk kecantikan dari buah Gac, saya bahkan baru tau ada yang namanya buah Gac. Kalau lihat di wikipedia, dalam bahasa Indonesia buah Tepurang. Tapi saya tetap baru dengar sekali ini nama buah tepurang. Memang kadang kita pikir kita sudah tahu banyak hal, tapi nama buah, sayur, ikan dan burung saja mungkin masih banyak yang saya belum tahu karena belum pernah baca atau melihatnya.

Produk yang pertama kali membuat saya tertarik melihat pameran ini menampilkan gogo board yang bisa diprogram dengan Scratch. Langsung kepikiran buat foto dan kirim ke Joe buat diajarin ke Jonathan hehehe. Saya gak beli sih, karena biasanya Joe sudah punya raspberry pi nya dan bisa bikin sendiri hehehe.

Acara pameran inovasi ini diadakan oleh Chiang Mai University. Tujuan diadakan pameran begini tentu saja memberi kesempatan untuk para enterpreneur memamerkan penemuannya dan siapa tau bisa bertemu investor untuk produksi dalam skala besar.

ada talkshow nya juga

Waktu kemarin kami di sana, sedang ada 1 grup di wawancara di panggung. Sepertinya masing-masing peserta pameran akan mendapat kesempatan untuk berbicara lebih banyak tentang penemuannya di panggung. Karena percakapannya dalam bahasa Thai, saya tidak bisa lama-lama mendengarkannya, teman-teman yang ikut ke sana gak pada ngerti soalnya hehehe.

Senang dengan kegiatan positif seperti ini. Semoga tahun depan bisa melihat lagi pameran seperti ini. Jaman dulu masih kuliah sepertinya acara seperti ini tidak ada. Mudah-mudahan sekarang di Indonesia juga ada banyak kegiatan seperti ini di kampus-kampusnya ya.

September Ceria

Entah kenapa, setiap masuk bulan September, kata pertama yang terpikir adalah: September Ceria. Jadi karena hari ini lagi banyak kegiatan seharian keluar rumah, ya sekalian aja deh jadi cerita memulai September dengan ceria.

langit biru, awan putih, dan matahari bersinar cerah!

Pagi-pagi kami udah keluar rumah buat ke dokter gigi Joshua. Sebenarnya gak pagi banget sih, jam 9.30. Biasanya sih Minggu itu hari bermalas-malasan di rumah, jadi keluar jam 9.30 itu termasuk keluar pagi hehehe. Ke dokter gigi ini bagian dari bersihkan gigi rutin saja sih, kata dokter gigi Joshua semua bagus. Cuma 20 menit di dokter gigi sudah termasuk bayar hehehe. Belum jam 10 udah di luar rumah, kalau langsung pulang pasti malas keluar lagi, jadi ya udah deh kita lanjutkan aja jalan-jalan.

masih harus dipegangin, tapi ya prosesnya udah lebih cepet dari biasanya

Bulan Agustus kemarin ada banyak sekali hari hujan, bahkan tadi malam juga masih gerimis sepanjang malam. Eh pagi-pagi hari ini matahari bersinar cerah, pilihan jatuh ke taman kota yang sudah lama tidak dikunjungi karena hujan.

Ternyata ada banyak hal baru di taman kota. Beberapa alat olahraga bertambah. Kursi-kursi untuk pengunjung juga ada yang baru. Kalau dulu umumnya kursi dari bahan kayu, sekarang bertambah kursi dari bahan besi. Selain bagian dari taman kota, ada lagi yang baru di dekat taman, yaitu: restoran! Biasanya kalau main ke taman suka bingung mau makan di mana, nah persis sebelah taman sekarang ini ada restoran baru buka jual ayam hainan. Tadi coba beli dan rasanya lumayanlah. Semoga aja restorannya bertahan lama, kadang-kadang beberapa restoran di Chiang Mai cepat banget bergantinya kalau gak laku.

restoran ayam hainan sebelah taman

Pulang dari taman setelah mampir beli makanan, kami pun pulang ke rumah. Sampai rumah belum jam 12 siang! Prestasi ya, pagi-pagi udah pergi 2 tempat dan belum jam 12 siang hahaha. Masih sempat ngurusin jemuran yang kemarin gak kering karena hujan seharian.

nongkrong bentar sambil ngobrol sebelum liat sale

Setelah makan siang, saya keluar rumah lagi dong. Tujuan kali ini: ngemall! Janjian ama temen-temen Indonesia termasuk yang bawain kopi Aroma titipan dari Bandung (cihuy). Oh ya, yang bikin cihuy juga adalah: Joe bersedia jagain anak-anak di rumah, jadi kali ini ngemall tanpa bawa buntut. Niatnya mau liat sale sebenarnya (kalau bawa anak kan ribet milih-milihnya), tapi ternyata duitnya masih milik saya, nggak ada benda yang cocok buat di beli selain makanan cemilan hahaha. Niatnya padahal belanja baju anak-anak, eh salenya gak ada bagian baju anak. Nanya sama beberapa penjaga mereka juga nggak tau malah suruh ke bagian mall yang bukan sale. Ah kalau itu sih besok-besok aja biar ada alasan kalau ke mall lagi.

Pulang dari mall masih jam 3.30 sore, idih ini jam baik hati ya hari ini, udah banyak ke mana-mana, jumlah langkah aja udah lebih dari 5000 tapi masih jam kecil hehehhe. Setelah istirahat sebentar pergi lagi ke gereja. Pulang gereja mampir belanja di Rimping dan sampai rumah belum jam 7. Abis makan baru terasa capeknya haha. Ini nulis blog juga mata mulai kerasa ketarik-tarik hehehe.

Ada 1 bagian di Rimping yang mulai mengurangi pemakaian plastik bungkusan, jadi diikat pake daun pisang.

Tapi ya senang memulai September dengan baik. Bahkan mataharipun seperti menegaskan memberi keceriaan dengan bersinar tanpa mau kalah dengan hujan (mungkin hujannya besok hahaha). Bersyukur untuk hari ini dan besok bisa berkegiatan di rumah sepanjang hari lagi hehehe.

Kdrama: Go Back Couple dan Familiar Wife

Udah lama tidak menulis seputar kdrama, sekali ini langsung bahas 2 drama yang tema nya sama. Genre nya jelas ini ada fantasinya, temanya tentang kesempatan kedua dalam kehidupan rumahtangga karena pernikahan itu gak otomatis happy ending. Tulisan ini akan banyak spoiler di sana sini, tapi saya tidak akan tuliskan terlalu detail.

Saya nonton Go Back Couple dulu baru nonton Familiar Wife. Berdasarkan tahun releasenya juga film Go Back Couple itu Oktober 2017, sedangkan Familiar Wife releasenya September 2018.

Kesamaan dari 2 drama ini adalah:

  • menikah muda setelah berkenalan beberapa waktu
  • digambarkan istri yang tadinya cantik setelah menikah jadi tidak terlihat cantik lagi
  • sudah punya anak dari pernikahannya
  • tidak ada komunikasi yang baik, baik istri dan suami merasa lelah tiap bertemu (suami lelah dengan pekerjaan, istri lelah mengurus anak dan rumah).
  • masing-masing ingin dimengerti tanpa berusaha mengerti atau mendengarkan penjelasan pasangannya
  • sangat struggle dalam urusan finansial untuk kebutuhan keluarga.
  • mereka merasa sudah memilih orang yang salah untuk jadi pasangannya.

Singkatnya, di film ini digambarkan pernikahan pasangan muda dengan anak yang masih kecil-kecil. Buat yang sudah menikah dan punya anak masih kecil dan keuangan keluarga yang kejar setoran buat bayar tagihan, pasti bisa relate dengan emosi yang ada. Gimana masing-masing merasa lelah karena mungkin kaget kehidupan pernikahan tidak seperti di film-film yang bilang setelah menikah mereka akan hidup bahagia selamanya.

Cerita Go Back Couple

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Confession_Couple

Pasangan di Go Back Couple ini digambarkan seumuran, mereka sudah menikah 14 tahun dan punya 1 anak masih balita. Si istri tidak bekerja dan ya gak sempatlah buat dandan. Suaminya sibuk kerja dan tidak pernah menceritakan permasalahan yang dia hadapi di kantor. Istri tidak tahu apa masalah suami dan suami gengsi buat cerita permasalahan di kantor.

Buat si istri, suami tidak pernah ada ketika dia membutuhkannya, misalnya waktu anak mereka sakit dan masuk rumah sakit, si istri berusaha telpon suami tapi gak diangkat juga. Suami kesal karena istrinya terkesan menuntut saja, padahal dia kerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Akhirnya ya dalam kemarahan terucaplah kata pisah. Cerita kesempatan ke-2 dimulai ketika mereka melepaskan cincin kawinnya setelah resmi mencatatkan perceraian di kantor catatan sipil.

Cerita Familiar Wife

sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Familiar_Wife

Pasangan di Familiar Wife baru menikah 5 tahun dan sudah punya 2 anak balita. Istrinya digambarkan usianya lebih muda beberapa tahun dari suami. Berbeda dengan pasangan pertama, pasangan ke-2 ini istrinya bekerja juga di sebuah spa. Anak-anaknya diantarkan ke penitipan anak supaya si istri bisa bekerja juga. Ibunya si istri juga ada gejala alzheimer, tapi hal ini tidak diceritakan ke suaminya, padahal mereka tinggal 1 kota. Jadi istrinya bekerja juga, urus anak dan rumah juga. Sementara suaminya ya kerja, tapi tidak ambil bagian dengan urusan rumahtangga dan terutama bagian kalau anak nangis malam-malam ya urusan istri.

Singkat cerita, dengan keajaiban dari drama Korea, mereka kembali ke titik di mana mereka bisa membuat pilihan yang berbeda untuk pasangan hidupnya.

Kesempatan Memilih yang Berbeda

Go Back Couple kembali ke masa di mana mereka masih kuliah. Sebelumnya mereka sudah berumur 38 tahun dan kembali ke masa di mana mereka masih berumur 20 tahun. Mereka seperti kembali mengulang kehidupan mereka tapi bisa membuat pilihan yang berbeda, termasuk bisa saja memilih cinta pertamanya untuk menjadi pasangannya. Bedanya, ketika mereka memilih untuk tidak memilih satu sama lain, karena mereka 1 kampus dan punya teman yang sama, mereka jadi lebih mengenal satu sama lain (mereka punya memori yang di bawa dari umur 38 tahun itu). Tentunya mereka juga jadi sudah lebih dewasa dan tanpa sadar menceritakan apa yang dulu bikin kesal. Misalnya si istri kesal waktu suaminya tidak menghibur dia ketika ibunya meninggal. Padahal suaminya berusaha mendistract si istri biar tidak terlalu sedih. Jadi bedanya, ketika mereka bukan pasangan, mereka malah lebih terbuka untuk mengungkapkan isi hatinya.

Drama Familiar Wife, yang kembali ke masa lalu awalnya dari sudut pandang si suami. Jadi suatu hari setelah dia merasa ‘lelah’ dengan kemarahan istrinya, dia dapat koin ajaib yang bisa membawa dia kembali ke hari pertama di mana dia bertemu dengan istrinya di tahun 2006. Pertemuan pertama ini menentukan kelanjutan pilihannya. Setelah dia memilih untuk menghindari pertemuan dengan istrinya, ceritanya kembali ke masa tahun 2018 dan tentunya si suami ini malah menikah dengan cinta pertamanya (sesuai harapannya waktu dia merasa kesal dengan istrinya). Di saat dia menyadari kalau pilihannya kali ini lebih seperti harapannya, ternyata si istri pertama jadi pegawai baru di kantornya, dan jadilah dia bertemu setiap hari dan tanpa sadar jadi lebih kenal dengan si istri daripada sebelumnya. Di ceritakan sang suami yang membuat pilihan ini memiliki memori utuh dari kehidupan versi sebelumnya sedangkan si istri pertama belum menikah dan tentunya masih menjadi wanita yang menyenangkan karena hidupnya belum terlalu stress kali ya hehehe.

Ceritanya tentu tidak berakhir di situ, lambat laun istri yang disangka ideal ternyata tidak ideal dan terlalu mengatur karena punya uang banyak. Si mantan istri yang sekarang jadi rekan kerja malah terlihat makin manis karena kelakuannya ya seperti masa mereka masih pacaran yang ramah dan ceria. Dari interaksi sebagai rekan kerja, si suami jadi tau beberapa hal baru tentang istrinya. Karena cerita familiar wife ini 16 episode (dibanding Go Back Couple yang 12 episode), akhirnya ada twist baru lagi untuk memberi happy ending tanpa ada cerita perceraian. Tentu saja dengan koin ajaib yang kali mereka sama-sama kembali ke hari pertama pertemuan mereka. Aduh panjang ya ceritanya hehehe. Nonton aja deh sendiri sebelum saya spoiler abis-abisan.

Kesimpulan?

Langsung ke kesimpulan aja gimana? Kalau ditanya film mana yang lebih bagus? saya lebih suka Go Back Couple. Kenapa? karena di Go Back Couple, mereka kembali ke hari setelah mereka mengurus perceraian mereka. Secara status berkas sudah masuk tapi masih bisa dibatalkan. Mereka juga kembali ke anaknya dan sekarang sudah lebih mengenal satu sama lain dan tau kesalahan mereka di mana. Sedangkan di familiar wife, ada 2 kali perubahan jalan cerita, dan perubahannya permanen dan tidak membawa tokohnya kembali ke titik awal. Walaupun akhirnya mereka menikah dan punya 2 anak juga, tapi jadinya ketika mereka menikah yang ke-2 kalinya mereka sudah lebih dewasa secara umur dan pemikiran, dan juga sudah lebih mapan secara finansial karena pengalaman kerja lebih banyak (dan istrinya juga sekarang bukan sekedar kerja di spa, tapi kerja di bank dengan posisi yang malah lebih baik dari suaminya).

Percakapan yang berkesan

Dalam 2 drama ini ada banyak hal yang bisa dipelajari terutama kalau kita ada dalam posisi mereka. Tapi yang paling menarik buat saya misalnya percakapan di Go Back Couple antara bapak dan ibu si suami. Bapak dan ibunya tentunya sudah lebih lama menikah dari mereka, digambarkan masih ada saja kesalahpahaman diantara mereka, tapi ya mereka tidak langsung minta pisah juga. Sekali ketika lagi marah ibuya bilang: “Masa yang kayak gitu aja harus aku bilang lagi sih?” terus bapaknya akan jawab: “Ya iyalah, kalau kau gak bilang, gimana aku bisa tahu, emangnya aku bisa baca isi kepalamu tanpa kau bilang?”. Seringkali, setelah kita menikah atau mengenal orang bertahun-tahun, kita berharap mereka bisa langsung tahu apa isi hati kita tanpa kita perlu menyebutkannya. Padahal, apa sih susahnya mengungkapkan apa isi hati kita daripada tebak-tebak buah manggis? Cerita di Go Back Couple juga ributnya karena masing-masing gengsi, gak mau kasih tau apa kesulitan yang dialami ke pasangannya tapi berharap dimengerti. Lah gimana mau ngerti kalau gak tau masalahnya apa, ya nggak?

Nah kalau dalam drama Familiar Wife, digambarkan setelah kesempatan ke-3, si suami jadi lebih mengerti bagaimana menghadapi istri yang sedang marah dan tidak membuat tambah marah (dan hal ini berlaku juga untuk istri ketika suami marah) . Termasuk bagian ikut turun tangan dan bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah termasuk urusan anak.

Penutup

Jadi jelas ya kesimpulannya, kalau pernikahan itu gak otomatis hidup bahagia selamanya, tapi kita harus tetap menjaga komunikasi, menceritakan apa yang kita rasakan dan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam rumahtangga bersama. Karena ketika kita menikah, hidup kita sudah menjadi bagian dari pasangan kita dan berbagi hidup itu bukan berbagi yang indahnya saja tapi juga berbagi duka.