Ketika Joshua Ada Maunya

Polusi di Chiang Mai sudah membuat kami lebih sering di rumah saja daripada keluar rumah. Musim panas juga bikin tambah malas keluar rumah. Tapi sepertinya Joshua mulai bosan di akhir pekan kalau hanya di rumah saja. Entah ide dari mana, dia mengajak papanya untuk mencari tulisan atau bentuk ABC di sekitar lingkungan rumah. Dia menyebutnya Nature Walk ABC. Beberapa kali karena polusi, kami menolak ajakannya. Ketika polusinya hanya di level moderate, papanya ajak dia jalan keliling komplek.

Saya tidak suka memakai masker, dan Joshua juga tidak suka memakai masker. Memang memakai masker ini tidak nyaman. Makanya kami juga mengurangi jalan-jalan di luar rumah dan memilih di rumah saja dengan memasang filter udara. Kami sudah berusaha menjelaskan sebelumnya, tapi setiap kali kami pasang maskernya, Joshua akan langsung melepaskannya.

Yay, akhirnya mau juga Joshua pakai masker ketika polusi
Lanjutkan membaca “Ketika Joshua Ada Maunya”

Menikmati Akhir Pekan di Rumah

Hari ini, setelah sekian Sabtu Joe harus lembur atau selalu ada urusan yang harus dikerjakan, kami bisa menikmati akhir pekan di rumah saja. Loh, kenapa gak jalan-jalan? Buat sebagian orang mungkin trend itu mengajak anak-anak staycation – nginep di hotel yang tidak terlalu jauh dari rumah, supaya suasana berbeda gitu. Tapi buat kami, hal itu tidak berlaku. Rumah itu udah paling lengkap hiburannya. Jarang sekali merasa bosan di rumah seharian, malahan rasanya santai dan bisa mengerjakan banyak hal (walaupun nulisnya akhirnya tetap dilakukan jelang tengah malam hehehe).

polusinya begini, lebih baik di rumah saja

Sebenarnya, tadi pagi kami tanyakan sih ke anak-anak, mau ke taman, ke zoo, ke mall atau di rumah saja. Jawabannya: di rumah saja! Oke deh sip, saya yang sedang agak pilek dan sakit tenggorokan juga setuju. Sepertinya, antara polusi udara yang belum berkurang, udara yang mulai panas dan penyebaran virus corona, di rumah saja memang pilihan paling tepat.

Lanjutkan membaca “Menikmati Akhir Pekan di Rumah”

Joe bukan Orang Batak

Bukan baru sekali, Joe disangka orang Batak. Kami tertawa setiap kali ada yang heran dan baru menyadari kalau Joe itu asli dari Sukoharjo. Saya sampai bertanya kembali: kenapa berpikir Joe orang Batak?

Emang cocok ya Joe jadi orang Batak?

Beberapa jawaban: Karena mereka tahu saya orang Batak, dan biasanya kan orang Batak menikah dengan orang Batak juga. Ada juga yang bilang: wajahnya seperti orang Batak. Alasan lain: logat jawa nya kok ga ada sih?

Lanjutkan membaca “Joe bukan Orang Batak”

Reuni IF ITB di Chiang Mai

Ceritanya minggu ini berkesempatan bertemu beberapa teman-teman masa kuliah di Informatika ITB dulu yang sedang datang ke Chiang Mai. Sebenarnya mereka datang ke sini dalam rangka “tugas negara”, tapi ya saya anggap ketemuan ini reuni kecil IF ITB multi angkatan. Jadi kami tidak ada yang seangkatan dengan teman-teman yang datang. Tapi ya pernah kerja bareng waktu kami masih sama-sama di kampus.

Hari Selasa siang teman-teman dari Bandung tiba di Chiang Mai. Karena Joe kerja, kami cuma sempat makan malam bersama dan ngobrol sebentar. Hari ini kami ada waktu untuk jalan-jalan sambil reuni sejenak menunggu pesawat mereka pulang di sore hari.

Untungnya beberapa hari ini polusinya sedikit mendingan walaupun pemandangan ke arah Doi Suthep masih terlihat berkabut. Kami jadi bisa mengajak teman-teman berjalan-jalan ke Royal Flora Rajapreuk.

menunggu shuttle berangkat

Jonathan dan Joshua senang kedatangan tamu teman-teman papa mamanya, soalnya sudah lama rasanya tidak ada yang datang mengunjungi kami di Chiang Mai. Sudah lama juga kami tidak ajak anak-anak berjalan-jalan ke taman bunga ini, tapi mereka masih tetap senang di ajak ke taman ini walaupun hari ini tidak mampir ke playgroundnya.

Lanjutkan membaca “Reuni IF ITB di Chiang Mai”

Hari Kasih Sayang

Hari ini 14 Februari dirayakan oleh yang merayakan sebagai hari kasih sayang, tapi buat saya dan Joe hari kasih sayang itu ya setiap hari hahaha. Saya baru menyadari juga, kalau di blog ini tidak pernah ada tulisan tentang hari kasih sayang atau hari Valentine setelah kami menikah. Kenapa? karena tulisannya pindah ke facebook!

Jadi supaya ada jejaknya juga di blog, saya akan tuliskan ngapain aja sih kami biasanya di hari Valentine.

tulisan tahun 2006: https://blog.compactbyte.com/2006/02/15/hari-kasih-sayang/

Tulisan satu-satunya yang ada di blog ini tahun 2006, tahun itu kami masih pacaran. Memang sejak pacaran, gak pernah rayain Valentine khusus, tapi ternyata 14 Feb 2006, Joe mengupdate release s60Bible yang dia sudah kerjakan sejak tahun 2004 (ini juga dia kerjakan atas permintaan saya sejak kami pacaran hehehe).

Gaya bahasa ngeblog jaman itu berbeda sekali ya dengan gaya bahasa tulisan saya sekarang. Aduh jadi merasa tua hehehe.

Lanjutkan membaca “Hari Kasih Sayang”

Gara-gara Virus Corona

Tulisan ini sekedar catatan yang saya amati disekitar saya sehubungan dengan wabah baru virus Corona.

Sebelum mengetahui adanya virus ini, di Chiang Mai sudah banyak sekolah yang meliburkan kelasnya karena adanya beberapa murid yang sakit Influenza. Influenza ini bukan batuk pilek biasa dan gejalanya mirip juga dengan virus Corona.

Influenza ini sudah ada vaksinnya, tapi supaya ampuh, kita harus divaksin setiap tahun (yang mana akhirnya kebanyakan orang tidak selalu melakukannya termasuk kami). Apakah dengan banyaknya kasus Influenza di sekolah, semua orang memperhatikan untuk cuci tangan dengan sabun? yang saya lihat, semua seperti biasa, yang rajin cuci tangan ya cuci tangan, yang cuek ya cuek.

Sejak akhir tahun 2019, tingkat polusi di Chiang Mai sudah memburuk. Beberapa orang sudah mulai menggunakan masker ketika keluar rumah (termasuk Joe dan Jonathan). Tapi ya kebanyakan masih cuek. Anak-anak batuk pilek juga ketika dingin menyerang, tapi perasaan ya biasa saja.

Lanjutkan membaca “Gara-gara Virus Corona”

Jeruk Peras

Hari ini mau cerita tentang jeruk. Bukan, bukan karena lagi baca buku Gadis Jeruk nya Jostein Gaarder. Cerita soal bukunya lain kali karena belum selesai baca versi Indonesia-nya. Cerita hari ini mumpung harga jeruk relatif murah di musim dingin daripada biasanya. Kebetulan juga, ada teman yang kasih tahu tempat membeli 10 kg jeruk dengan harga 160 baht saja, padahal di warung depan komplek kemarin saya beli jeruk 50 baht per kg nya.

Karena belum pernah beli 10 kg sekaligus, saya berbagi dengan 3 orang teman-teman saya yang lain. Ada yang mau 2 kg dan ada yang mau cuma 1 kg. Akhirnya saya kebagian 5 kg saja. Nah gimana cara menghabiskan jeruk 5 kg?. Tentu saja dibikin jadi jus jeruk. Kalau saya harus mengupas jeruk 5 kg satu persatu, udah pasti jeruknya gak akan kemakan dan malah kebuang.

Lanjutkan membaca “Jeruk Peras”