Audio Wireless Receiver

Hari ini saya mau cerita tentang audio wireless receiver dari MPOW yang sudah dicoba selama 2 minggu ini untuk dipakai di mobil. Sebelumnya, Joe pernah cerita tentang mini bluetooth audio receiver, tapi karena baterainya hanya bertahan sebentar dan bluetoothnya hanya bisa koneksi ke 1 gawai saja, akhirnya kami perlu mencari cara lain.

Sumber lagu biasanya ada di ponsel, supaya gampang juga mengatur playlistnya langsung dari YouTube Music. Pinginnya suaranya keluar di speaker mobil. Sumber lagu bisa ponsel saya atau ponsel Joe, tergantung siapa yang pergi bawa mobil.

ponsel terhubung via bluetooth ke audio receiver yang terhubung dengan 3.5 mm jack ke AUX mobil.

Kami tidak ingin mengganti sistem audio di mobil, maka kami memanfaatkan apa yang ada di mobil. Karena adanya AUX untuk output audio, maka kami menggunakan kabel jack audio yang kepalanya keduanya 3.5mm. Satu masuk ke AUX, satu lagi masuk ke ponsel.

Lanjutkan membaca “Audio Wireless Receiver”

Masalah aneh MacBook 2015

Posting kali ini setengah teknis, tapi sebenarnya hanya sekedar cerita. Ceritanya tentang masalah MacBook yang tiba-tiba tidak bisa login, hingga akhirnya bisa diperbaiki setelah menginstall Ubuntu, dan kembali menginstall macOS.

Risna memakai MacBook sampai tahun lalu, dan tiba-tiba suatu hari: nggak bisa login. Tepatnya begini: layar login ada, bisa memasukkan username dan password, tapi setelah itu proses login tidak kunjung selesai. Saya pikir ini masalah sederhana, ada beberapa petunjuk di berbagai forum dan website. Misalnya ini dan ini dan masih banyak lagi.

Sebagai background: Macbooknya adalah tahun 2015 (kode: MacBook8.1 bukan MacBook Pro), dan saya beli di tahun 2018 (second hand, sudah habis garansi + apple carenya). Saya beli agak buru-buru untuk mengikuti konferensi BEVX karena Macbook pro saya terkena tumpahan kopi dan butuh segera komputer Apple untuk pelatihan exploitasi iOS. Setelah konferensi itu tidak saya pakai lagi dan dipakai oleh Risna (karena saya benci keyboardnya).

Saya sudah mengaktifkan SSH di Mac tersebut jadi bisa login dari remote dengan SSH, tapi remote desktop tidak bisa. Mungkin ada setting yang stuck, jadi saya juga sudah mengikuti petunjuk untuk menghapus NVRAM/PRAM, tapi masih gagal. Sudah saya cek syslog dan berbagai log lain via command line, tidak ada pesan error.

Lanjutkan membaca “Masalah aneh MacBook 2015”

Berbagai cara murah hosting aplikasi web

Sekarang ini ada banyak sekali alternatif untuk menaruh aplikasi kita di web agar bisa diakses publik. Harganya hosting mulai dari yang gratis, sampai yang mahal, tapi di sini saya ingin memfokuskan ke:

  • cara yang murah atau gratis
  • terpercaya, reliable, bebas iklan
  • bisa menjalankan skrip/aplikasi, bukan hosting file statik

VPS Gratis dan Murah

Jika ingin bisa menjalankan apa saja, maka VPS adalah solusi terbaik. Dengan VPS Anda bisa menjalankan semua software terbaru dan bahkan menggunakan OS Alternatif bukan hanya Windows/Linux. Ada banyak penyedia VPS saat ini, dan sebagian cloud hosting menyediakan VPS gratis dalam jangka waktu tertentu atau dengan batasan tertentu. Contoh yang gratis:

  • Amazon memberikan instance EC2 gratis setahun (t2.micro atau t3.micro tergantung region)
  • Google memberikan Compute Engine gratis instance f1-micro (tapi limit bandwithnya sangat kecil: 1 GB egress)
  • Azure memberikan gratis VM Windows atau Linux selama 12 bulan
  • Oracle Cloud memberikan VM Gratis (dengan batas yang cukup besar)
Lanjutkan membaca “Berbagai cara murah hosting aplikasi web”

Delapan tahun memakai Raspberry Pi

Raspberry Pi adalah komputer mini, atau istilah resminya: Single Board Computer (SBC). Raspberry Pi ukurannya kecil, bisa dihubungkan dengan keyboard dan monitor untuk menggantikan PC, atau bisa juga digunakan untuk mengendalikan robot serta otomasi lain. Harganya relatif murah, mulai dari 5 USD untuk Raspberry Pi Zero, 35 USD untuk Raspberry Pi standard terbaru, dan 70 USD untuk Raspberry Pi 4 versi 8 GB.

Beberapa hari lalu Raspberry Pi 4 dengan RAM 8GB dirilis, saya jadi ingat bahwa saya sudah memakai Raspberry Pi sejak sekitar 8 tahun yang lalu. Di posting ini saya ingin menuliskan berbagai oprekan yang pernah saya lakukan dengan Raspberry Pi dari dulu sampai sekarang.

Pertengahan tahun 2015 saya pernah menuliskan berbagai hal yang saya lakukan dengan Raspberry Pi saya. Posting ini adalah rangkuman pemakaian sejak Raspberry Pi pertama, dan sekaligus update untuk posting lama tersebut (dulu hanya sampai Raspberry Pi 2).

Raspberry Pi 1 (2012)

Saya membeli Raspbery Pi pertama saya Desember 2012, waktu itu modelnya Raspberry Pi 1B. Raspberry Pi ini sangat menarik karena saya bisa dengan mudah bereksperimen, baik itu software (Linux dan berbagai OS lain) dan juga hardware (dengan General Purpose Input Output/GPIO). Karena sangat puas, pada April 2013 saya membeli dua lagi Raspberry Pi 1B. Inilah awal saya memiliki banyak Raspberry Pi.

Raspberry Pi pertama yang saya terima

Tidak seperti Linux yang dikeroyok banyak orang pengerjaannya, Banyak OS alternatif tidak punya cukup sumberdaya orang untuk membuat driver, sehingga jumlah driver yang ada untuk OS tersebut terbatas. Hasilnya: berbagai OS alternatif ini jadi sulit dijalankan di berbagai PC karena hardware PC sangat beraneka ragam, jadinya kebanyakan OS alternatif hanya jalan di emulator. Karena Raspberry Pi ini cukup populer dan hardwarenya sudah pasti sama, jadi banyak OS alternatif yang diport ke Raspberry Pi dan bisa dinikmati di hardware beneran, bukan hanya sekedar di emulator.

Lanjutkan membaca “Delapan tahun memakai Raspberry Pi”

Harapan Setelah Pandemi Berakhir

Walaupun belum tahu kapan pandemi ini berakhir, saya ingin berangan-angan. Melihat cara-cara manusia beradaptasi terhadap situasi khusus di masa pandemi, saya berharap beberapa hal bisa tetap dilakukan pasca pandemi. Namanya juga harapan, belum tentu terwujud, tapi ya namanya juga angan-angan.

Pernikahan Tanpa Resepsi Mewah

Esensi pernikahan itu untuk mengikat janji sehidup semati menjadi suami istri. Sebelum pandemi, ada banyak sekali saya membaca pengantin baru yang harus menanggung beban membayar hutang pesta pernikahan yang hanya sehari itu.

Resepsi pernikahan berupa pesta mewah yang menghabiskan biaya banyak itu tidak ada gunanya. Mungkin banyak yang tidak setuju dan berpendapat kalau pesta itu untuk berbagi kebahagiaan. Tapi apa iya berbagi kebahagiaan kalau akhirnya harus menghabiskan dana yang tidak sedikit dari kerabat yang memaksakan diri datang, terutama dari luar kota, atau bahkan dari luar negeri? Ongkos pesawatnya kalau dijadikan amplop hadiah pengantin rasanya bakal bikin pengantin merasa wow, bisa buat nambah bayar uang muka beli rumah.

Dari pihak pengantin, mengeluarkan biaya tidak sedikit juga. Mulai dari sewa gedung, sewa fotografer, bayar katering makanan, bayar pemusik untuk hiburan, bayar seragam kalau misalnya ada keluarga yang menuntut seragam. Belum lagi untuk baju pengantin yang hanya akan dipakai sekali lalu disimpan dalam lemari.

Lanjutkan membaca “Harapan Setelah Pandemi Berakhir”

Serba-serbi editor teks

Pekerjaan saya adalah programmer, dan kira-kira 90% waktu saya habiskan untuk mengedit teks, jadi wajar kalau saya ingin memakai editor terbaik. Sekitar 10 tahun yang lalu saya menulis bahwa saya hampir 100% memakai Emacs, tapi setelah itu saya mulai berganti-ganti editor walau editor utama saya tetap Emacs.

Sampai sekarang tidak ada satu editor yang cocok untuk semua hal, jadi akhirnya saya memakai dan menginstall banyak editor teks dan IDE (integrated development environment) untuk berbagai tujuan. Seringkali bermain-main dengan editor dan IDE ini saya jadikan pengisi waktu luang kalau sedang ingin membuang waktu.

Sekarang ini kombinasi Editor teks dan IDE yang saya pakai:

  • Emacs sebagai editor utama
  • Vim untuk editing cepat di sistem remote
  • Ultraedit untuk membuka file teks yang sangat besar
  • Intellij untuk refactoring Python
  • VSCode untuk platformio dan remote editing
  • Visual Studio untuk C# di Windows
  • Netbeans untuk membuat GUI Java dengan cepat

Saya tuliskan dulu apa sih fitur-fitur yang saya pakai, lalu saya sebutkan kapan saya memakai editor atau IDE di atas.

Lanjutkan membaca “Serba-serbi editor teks”

Virus Covid-19 VS Robot, Self Driving Cars, dan Tes Kit 15 menit

Setiap hari, saya berusaha untuk tidak memikirkan masalah penyebaran Covid-19. Melihat angka-angka bertambahnya pasien atau adanya pasien meninggal terkadang membuat perasaan campur aduk. Saya dan Joe berusaha melihat sisi lain dari mewabahnya Corona yang sudah dinyatakan sebagai global pandemic oleh WHO ini.

Obrolan kemarin misalnya, karena ada banyaknya pasien di Italia, semua rumah sakit penuh dan dokter sampai pusing menentukan siapa yang harus ditolong dan tidak. Atau ketika membaca berita meningkatnya jumlah pasien positif di Belanda karena ada satu daerah di mana 4% dari petugas rumahsakit di area Noord-Brabant (Eindhoven, Tilburg, Breda and Den Bosch) positif Corona.

Kami pikir, alangkah baiknya kalau ada mekanisme pengecekan positif atau tidaknya corona ini dengan cepat dan harga yang terjangkau. Lalu kami juga berandai-andai ada robot yang bisa mengecek positif tidaknya pasien, mengantarkan kebutuhan pasien seperti makanan, obat dan misalnya untuk memeriksa temperatur. Dengan adanya robot yang bisa desinfeksi, kemungkinan bisa membuat para pekerja di rumah sakit juga tidak perlu khawatir tertular.

Joe juga bilang, harusnya sekarang ini para ilmuwan berlomba untuk membuat test kit Covid-19 yang bisa diproduksi massal, harga terjangkau dan juga bisa mengetahui hasilnya dengan cepat, jadi setiap orang bisa melakukan pengecekan sendiri semudah pengecekan kehamilan di rumah. Lalu ya kalaupun positif tapi gejalanya tidak parah, bisa mengisolasi dirinya sendiri di rumah sampai merasa lebih baik dan mengecek lagi ketika merasa sehat sampai dipastikan memang bebas virus.

Ternyata, dari hasil googling hari ini, semua yang kami pikirkan itu sudah mulai dikembangkan. Kelebihan manusia dalam menghadapi krisis memang selalu menghasilkan inovasi baru atau membuat teknologi yang dibutuhkan untuk menghadapi krisis dengan cepat.

Lanjutkan membaca “Virus Covid-19 VS Robot, Self Driving Cars, dan Tes Kit 15 menit”