Internet di HP: Beli Paket Data VS WIFI Gratisan

Saat ini, hampir semua orang sudah punya HP yang bisa akses internet. Hampir semua orang juga mengupayakan supaya HP nya bisa ‘on’ terus dan terkoneksi ke internet. Harga paket internet juga sangat beragam.

Saya ingat, di jaman awal punya HP yang bisa konek internet dulu, saya sering beli simcard yang lagi promosi demi bisa akses internet. Ada 2 pilihan: bayar volume data atau bayar jam pemakaian. Karena cuma punya HP 1, ya jadinya sering tukar-tukar nomor HP. Atau ya tukar kartu untuk bisa online, lalu tukar lagi untuk nomor yang dipakai.

Dulu pernah sengaja beli HP yang bisa dijadikan modem juga. Jadi akses internetnya tetep dari komputer/laptop. Lama-lama, mulai ada HP yang bisa akses ke WiFi. Tapi di Indonesia masa itu, masih sedikit tempat untuk akses wifi gratisan.

Sekarang ini, hampir semua orang pakai HP cerdas yang selain bisa koneksi internet dengan paket data yang disediakan provider, bisa juga terkoneksi melalui wifi. Sejak di Thailand, kami sudah sangat terbiasa mengakses internet 24 jam dengan kecepatan yang lumayanlah. Di rumah kami sengaja berlangganan internet yang terhubung dengan fiber optik, tapi kalau keluar rumah, untuk keperluan komunikasi kami berlangganan paket data lagi di HP. Kadang-kadang kalau dihitung-hitung, pulsa yang diisikan ke HP ya dipakainya hanya untuk beli paket data itu saja. Semua panggilan dan pesan disampaikan lewat aplikasi chat via internet.

Karena sudah terbiasa dengan HP konek 24 jam ke internet, kalau sedang traveling kami juga selalu mencari tahu bagaimana memperoleh paket data yang murah di tempat tujuan. Kalau pulang ke Indonesia, karena kami masih punya simcard Indonesia, kami tinggal perlu mencari paket mana yang akan dipilih. Kalau travelingnya dalam negeri Thailand, tentunya ga ada masalah. Nah kalau perginya ke negara lain selain Indonesia dan Thailand kami akan cari tahu bagaimana mendapatkan akses internet di HP yang termurah.

Pengalaman waktu ke Singapur, mereka menyediakan paket data yang sangat besar untuk turis selama 5 hari. Waktu ke Hongkong juga ada paket data untuk turis yang bisa dibeli di airport. Di Hongkong, beberapa hotel memberikan fasilitas peminjaman modem dan HP dengan nomor lokal gratis. Tapi waktu Joe ke Abudhabi kemarin, dia malah memilih roaming paket internet dari XL (karena kebetulan masih punya banyak pulsa di kartu XL nya).

Mungkin ada juga yang merasa gak butuh internet selama traveling dan cukup dengan mencari koneksi WiFI gratisan di hotel atau di tempat umum lainnya. Tapi buat kami, kadang-kadang mencari wifi gratisan ini tidak praktis.

Beberapa contoh internet dibutuhkan ketika traveling:

  • ketika mendarat di singapura, pesan grab bisa saja pakai wifi di bandara, tapi biasanya begitu keluar dari bandara koneksi terputus dan bisa susah untuk berkomunikasi dengan supir grabnya misalnya dia tidak berhenti di titik yang kita sebutkan ketika memesan
  • akses ke google map kalau lagi nyasar di jalan. Waktu di hongkong, kami juga mencoba naik MRT dan berjalan kaki untuk menuju ke tempat wisata. Kalau tidak ada google map, kayaknya saya bakal nyasar deh walau ada banyak petunjuk jalannya.
  • komunikasi sesama anggota keluarga. Kadang-kadang saya harus bawa 1 anak ke toilet, sementara Joe nunggu dengan anak yang 1 lagi, nah yang nunggu ini kan ga bisa diam di 1 titik, jadi ya paling setelah urusan ke toilet selesai bisa bertanya ada di titik mana buat bertemu lagi.
  • kalau janjian dengan teman (misalnya berencana bertemu teman yang tinggal di negara yang kita kunjungi), supaya gampang dan in case terlambat dari waktu yang sebelumnya diomongkan, ada baiknya bisa akses internet selagi di perjalanan. Waktu saya ke singapur, janjian dengan teman ketemu bukan di rumahnya, nah kalau ketemu di food court aja kadang suka bingung duduknya dekat dengan jualan yang mana, jadi ada baiknya kalau bisa bertanya setelah dekat dengan lokasi sebelumnya.

Memang kesannya jadi ketergantungan ya dengan internet. Tapi ya pernah juga nih, teman saya janji akan datang ke rumah. Di tunggu-tunggu gak ada kabar. Ternyata katanya dia ketinggalan HP dan ga ingat nomor telpon saya. Lalu dia juga ga punya akses ke internet walaupun bawa tablet. Jadinya dia menelpon teman saya yang dia ingat nomornya, lalu teman saya itu mengontak saya lewat FB chat. Nah kalau misalnya FB chat saya tidak diinstal atau kebetulan HP saya lagi gak konek ke internet gimana? Masalahnya adalah: teman saya yang menolong itu tidak mengirimkan nomor telepon yang dipakai untuk menelpon dia. Haduh ribet deh janjian jaman sekarang kalau HP ketinggalan hehehe.

Aduh jadi kemana-mana ini ceritanya. Kalau dipikir-pikir, dulu jaman belum ada HP ataupun internet bisa aja ya janjian ga pake ribet. Kenapa sekarang jadi ribet? karena ada HP dan bisa konek setiap saat, ada kecenderungan kita menggampangkan. Gampang ntar tinggal kabari. Gampang ntar di update udah sampai mana. Nomor HP teman ga perlu dihapal, kan semua ada di memori HP. Kalau tiba-tiba HP ketinggalan, baru deh jadi ribet hehehe. Atau kalau tiba-tiba koneksi internet terputus seperti masa FB dan WA down, baru deh pusing.

Nah kalau saya sih selalu pilih beli paket data daripada nyari-nyari WiFi gratisan supaya bisa konek internet dari HP setiap dibutuhkan. Sebelum pergi keluar rumah juga selalu memastikan kalau HP gak ketinggalan biar ga pusing hehehe. Kalau kalian kira-kira pilih mana?

Bagaimana mengurangi pemakaian plastik?

Mulai 2020, menurut berita dari bangkokpost, Thailand akan menghentikan pemberian plastik sekali pakai setiap berbelanja ke berbagai tempat termasuk minimarket. Saya jadi ingat waktu ke Hongkong dan kaget setiap belanja ditanya mau bayar buat plastik atau tidak.

Belakangan ini, saya sudah membiasakan diri untuk membawa kantong belanja sendiri yang bisa dipakai berulang kali. Tapi ada kalanya memang saya masih lupa dan tanpa merasa bersalah ya menerima saja kantong belanjaan dari tempat belanja. Lagipula saya pikir, lumayan kantong belanjaannya nanti bisa dipakai untuk tempat sampah. Tapi ya, akhirnya memang tumpukan plastik lebih banyak daripada pemakaian saya.

Teringat beberapa tahun lalu, Indonesia juga pernah mengeluarkan kebijakan kalau pelanggan harus membayar setiap kali membutuhkan kantong plastik. Sayangnya, aturan itu tidak berlangsung lama. Para penjual sepertinya lebih kuatir pelanggan tidak jadi belanja karena harus membayar plastik, jadi mereka kembali lagi memanjakan pelanggan dengan memberi plastik belanja sekali pakai.

Saya jadi ingat obrolan dengan Joe seputar pemakaian plastik ini. Sebenarnya kantong plastik belanja sekali pakai ini cuma satu titik masalah dibandingkan dengan plastik yang dipakai untuk membungkus berbagai hal termasuk plastik kemasan makanan instan, botol minuman aqua, gelas plastik kalau beli kopi untuk dibawa pulang dan juga plastik kemasan berbagai hal yang dijual seperti plastik bungkus sayur, plastik ketika membeli daging atau ikan, plastik beli roti, plastik beli gorengan atau sebut saya plastik kemasan isi ulang.

Coba deh perhatikan kalau ke supermarket atau bahkan ke pasar. Rasanya ada plastik di mana-mana. Di rumah kita juga ada banyak sekali kemasan plastik, mulai dari botol sabun cair untuk mandi, kemasan lotion, kemasan kosmetik sampai botol minyak goreng (hanya minyak mahal yang pakai botol kaca). Jadi kepikiran, dulu sebelum ketemu plastik, gimana mereka menjual benda-benda itu semua ya?

Plastik memang memberikan kepraktisan, tapi ternyata kita juga harus mulai membatasi diri kalau tidak mau bumi ini dipenuhi dengan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang itu. Saat ini sudah ada banyak kampanye untuk lebih mengurangi pemakaian plastik. Pertanyaanya: apakah kampanye itu saja cukup?

Selama tidak ada kebijakan dari pemerintah, rasanya kita akan terbiasa dimanja dan memakai pemakaian plastik dengan semena-mena. Beberapa orang yang saya kenal mulai sangat mengurangi pemakaian plastik sekali pakai ini, tapi kalau kemasan plastik untuk barang yang dibeli masih banyak, ya sepertinya efeknya akan sangat sedikit.

Apa perlu plastik dibikin jadi barang mahal? Belakangan ini sudah mulai banyak plastik yang bio-degradable, tapi itupun tetap saja butuh waktu untuk penguraiannya. Sedotan kertas, bambu dan atau stainless juga mulai banyak dikenalkan tapi kok ya rasanya tetep lebih enak pakai sedotan plastik? Saya sendiri sudah beralih ke sedotan yang bisa didaur ulang dan sekarang ini harganya hanya sedikit lebih mahal dari sedotan biasa.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dari diri sendiri untuk mengurangi pemakaian plastik antara lain:

  • biasakan bawa kantong belanja yang bisa dipakai lagi (bahan kain atau plastik tebal)
  • ganti sedotan dengan sedotan biodegradable
  • biasakan bawa botol minuman atau gelas bertutup, jadi kalau beli kopi di warung kopi atau jus bisa minta mereka masukkan ke gelas kita daripada pakai gelas yang berakhir di tempat sampah
  • wadah plastik yang cukup tebal jangan langsung dibuang, cuci dan bisa dipakai lagi untuk belanja.
  • di sini kalau saya malas masak, saya beli lauk yang sudah jadi dan membawa kotak sendiri
  • bawa kotak plastik sendiri untuk belanja daging atau ikan. bagian yang ini kadang agak sulit, karena wadahnya perlu yang besar dan gak selalu ingat wadah besar untuk dibawa-bawa.

Saya akui, yang saya lakukan untuk mengurangi menambah sampah plastik sekarang ini masih sedikit sekali ya, dan masih belum konsisten juga. Ada yang mau berbagi ide lagi bagaimana untuk mengurangi pemakaian plastik?

Perayaan Natal 2019 di Chiang Mai

Dibandingkan di Indonesia dulu, perayaan Natal yang diikuti selama di Chiang Mai ini tidak banyak. Kalau di Indonesia, dari sejak awal Desember sudah ada banyak perayaan Natal. Semakin banyak organisasi/komunitas yang diikuti, semakin banyak pula perayaan Natal yang perlu dihadiri. Saya ingat waktu masih di Medan, ada perayaan di gereja, ada di sekolah, ada Natal gabungan, belum lagi kadang-kadang ngikut perayaan Natal kantor orangtua saya (ini sih gak selalu ikutan hehehe).

Untung udaranya tidak sedingin minggu lalu

Di Thailand, hari Natal 25 Desember itu bukan hari libur. Biasanya, setiap tahunnya, acara yang kami usahakan datang itu adalah kebaktian malam Natal (24 Desember jam 11 malam), dan Joe ijin dari kantor untuk bisa mengikuti Kebaktian Natal 25 Desember di pagi harinya. Setelah Jonathan lahir, acara perayaan Natal yang kami ikuti bertambah 1: Carols by Candlelight.

Christmas Pageant 2019

Acara Carols by Candlelight ini biasanya jatuh sekitar hari Jumat, minggu Advent ke-2. Acaranya di mulai sore hari jam 7 malam. Udara dingin di kota Chiang Mai tidak menghalangi banyak orang untuk menghadiri acara ini. Format acaranya sangat berbeda dengan acara di Indonesia. Setiap tahun akan ada drama Natal yang sudah disesuaikan dengan jaman, pemerannya juga sebagian masih sambil baca karena biasanya cuma ada 1 kali latihan akhir.

Banyak anak-anak yang jadi malaikat, gembala dan domba

Acaranya outdoor di lapangan golf. Sangat jauh dari kekhusukan ibadah Natal tapi ya tetap berkesan. Anak-anak banyak yang berlari-larian dan mereka bisa ambil peran jadi malaikat, gembala ataupun jadi domba. Karena format acara musical, jadi seperti menonton drama musical di mana percakapannya berupa lagu.

Holy Family 2019

Ciri khas dari drama Natal ini adalah: mereka menggunakan bayi beneran diletakkan di palungan sebagai bayi Yesus. Waktu Jonathan masih bayi, dia juga pernah merasakan jadi bayi Yesus ditidurkan di palungan di malam yang dingin hehehe. Kami orangtuanya otomatis jadi Yosef dan Maria. Setiap tahun, selalu ada bayi yang lahir berdekatan dengan perayaan Natal ini. Tentunya bayinya bukan bayi yang baru lahir banget juga ya, Jonathan waktu itu berumur kira-kira sebulan dan masih agak banyak tidur.

Tahun-tahun sebelumnya Jonathan pernah ikutan jadi malaikat dan Joshua masih terlalu kecil untuk ikutan. Tahun ini karena kami terlambat datang, semua kostum sudah dipakai oleh anak-anak yang datang terlebih dahulu jadi mereka gak ikutan dalam dramanya.

Orang majus dan Unta

Satu hal yang juga selalu ada setiap tahunnya adalah: unta yang di bawa orang majus. Nah unta ini diperankan oleh orang juga tentunya. Terlihat lucu dari jauh. Joshua melihat unta langsung komentar :”look, there’s a camel!”. Tapi waktu acara hampir berakhir dan unta mendekati, si Joshua malahan agak malu-malu gitu. Mungkin dia heran, kenapa kaki unta pakai sepatu? Hehehe…

Untanya pakai sepatu? hahaha…

Selain acara Carols by Candlelight, masih akan ada beberapa rangkaian acara kegiatan Natal tahun ini di gereja yang kami ikuti. Tanggal 22 Desember 2019 akan ada acara Christmas Tea dan Christmas Service. Biasanya kita diminta untuk membawa sedikit kue-kue untuk saling berbagi. Acara kebaktian gereja juga dimulai lebih awal dari biasanya. Lalu tanggal 24 Desember, ada kebaktian malam Natal yang di mulai jam 11 malam. Biasanya akan selesai sekitar jam 12 untuk menyambut hari Natal nya. Lalu tanggal 25 Desember jam 10 pagi ada kebaktian Hari Natal.

Siapa tahu ada orang Indonesia yang sedang berencana untuk berlibur Natal di Chiang Mai dan butuh informasi soal kebaktian Natal, semoga informasi ini bisa berguna. Kalau kebetulan baca tulisan ini untuk tahun-tahun berikutnya, bisa coba cari informasinya di situs gerejanya langsung untuk mengetahui kegiatan Natal yang diadakan setiap tahunnya.

Indonesian Day 2019 di Royal Park Rajapreuk Chiang Mai

yang difoto malah sibuk memfoto

Beberapa hari lalu, dapat undangan mendadak untuk menghadiri Indonesian Day di Chiang Mai. Tempat acaranya berlangsung di Royal Park Rajapreuk, taman bunga yang biasanya dihias dengan indah di musim dingin. Acara ini merupakan salah satu bagian dari menjelang 70 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Thailand.

Berhubung pelaksanaannya dilakukan di hari kerja, banyak teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai tidak bisa hadir. Tapi tadi acaranya cukup ramai dihadiri oleh mahasiswa Thai.

peserta baris belakang hehehe

Saya dan beberapa teman yang memang tinggal di Chiang Mai datangnya terlambat, karena beberapa ada yang antar anak dulu ke sekolah, beberapa ya datang terlambat karena udara pagi bikin lambat aja bergerak (ah alesan ya).

Kami terlewat acara pembukaan dan cultural performance di pagi hari. Tapi tentunya masih berkesempatan mengikuti seminar dan cultural performance dan makan siang bersama. Malahan sempat bertemu dengan bapak Duta Besar Indonesia untuk Thailand dan beberapa Ibu dari KBRI yang memberikan presentasi mengenai hubungan bilateral kedua negara.

Seminarnya ada 3 pembicara. Pembicara pertama berbicara mulai dari sejarah kerjasama Indonesia dan Thailand yang dimulai setelah adanya kerjasama regional ASEAN, dan menjelaskan bagaimana hubungan Indonesia – Thailand dalam framework ASEAN Community 2025.

Pembicara ke-2 berbicara mengenai hubungan dagang antara negara Indonesia – Thailand. Dalam presentasi banyak dipaparkan statistik export import antara 2 negara.

Pembicara ke-3 menyajikan bagaimana posisi bahasa Indonesia dalam komunitas Internasional, termasuk menceritakan kalau saat ini ada banyak pengajar Bahasa Indonesai untuk Penutur Asing (BIPA) di seluruh dunia. Thailand merupakan negara yang paling banyak membutuhkan guru BIPA.

Waktu merencanakan hadir ke Indonesian Day, saya tidak terpikir harus duduk mendengarkan seminar seperti ini. Tapi walaupun sudah lama tidak duduk manis mendengarkan seminar, tapi karena bahan yang disajikan menarik buat saya, bisa juga mengikuti sampai selesai tanpa tertidur (eh emangnya anak mahasiswa ketiduran kalau ada kuliah).

Pertunjukan tari-tarian daerah yang ditampilkan setelah selesai seminar dan diskusi juga cukup menarik. Jonathan yang saya ajak mengikuti acara awalnya merasa bosan (karena saya belum pernah menjelaskan apa itu ASEAN, ataupun menjelaskan mengenai hubungan diplomatik 2 negara). Tapi setelah acara hari ini, dia mulai tertarik dengan topik hubungan diplomatik antar negara. Saya memberitahu dia kalau apa yang dia dengar hari ini merupakan salah satu contoh yang dipelajari di mata pelajaran Social Study. Nantinya sedikit demi sedikit bisa dijelaskan apa itu hubungan diplomatik bilateral ataupun regional.

Acaranya selesai agak lebih lama dari jadwal. Makan siang baru dimulai setelah jam 1, tapi ya sekitar jam 2 kami sudah bisa pulang. Sebelum pulang, tentunya ngobrol sedikit dengan bapak Dubes dan juga rombongan staf KBRI dari Bangkok. Jarang-jarang kan yang di Chiang Mai dapat kesempatan bertemu dengan bapak Duta Besar.

Rencananya selesai Indonesian Day, mau keliling Royal Park Rajapreuk buat foto-foto. Tapi ya karena waktunya sudah hampir jam jemput anak-anak, kami cuma bisa foto-foto sedikit deh. Sepertinya harus merencanakan lagi mengunjungi taman bunga ini di salah satu hari libur tahun baru nanti.

warna-warni bunganya bagus yaaaa

Musim Dingin di Chiang Mai 2019

Sejak pertengahan Oktober 2019, Chiang Mai dinyatakan telah memasuki musim dingin. Tapi walaupun waktu itu diperkirakan kalau tahun ini akan lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya, setiap harinya hampir tidak berbeda dengan musim panas. Sepanjang Oktober dan November masih ada hujan – tapi udara tidak terlalu dingin, AC masih menyala setiap harinya.

Sampai awal Desember, siang hari masih panas sampai 33 derajat celcius

Musim dingin merupakan musim yang dinanti-nantikan di Chiang Mai. Sampai dengan minggu lalu, saya sering mendengar orang-orang mengeluhkan musim dinginnya kok masih panas. Matahari sore juga masih menyengat sampai di atas 35 derajat. Saya termasuk salah satu yang selalu bilang: mana ini musim dinginnya ga sampai-sampai.

Tanggal 7 Desember jam 7 pagi, mulai dingin
Tanggal 7 Desember jam 10 malam, semakin dingin

Selama beberapa tahun di Chiang Mai, sebenarnya sudah biasa kalau musim dingin gak selalu datang tepat waktu. Saya ingat, 2 tahun lalu, sampai malam tahun baru rasanya masih biasa saja. Januari ke Februari baru deh mulai dinginnya, itupun dinginnya hanya sekitar 2 minggu dan tidak terlalu dingin.

Tahun ini, ternyata prakiraannya benar. Sejak beberapa hari lalu, udara cukup dingin dan suhu terendahnya mencapai 9 derajat celcius. Di Doi Inthanon, tempat wisata di mana ada titik tertinggi di Chiang Mai, suhu udara malah sampai minus 1 derajat celcius. Embun pagi sudah bukan berupa tetesan air lagi, tapi menjadi seperti es. Semakin dingin Doi Inthanon, semakin banyak juga orang pengen jalan-jalan ke sana untuk merasakan dinginnya udara di bawah nol derajat celcius. Kalau kami sih cukuplah dengan udara dikisaran belasan derajat celcius saja, terlalu dingin juga bikin pusing kepala biasanya.

Banyak orang yang anggap enteng dengan musim dingin kali ini dan berpikir kalau dinginnya masih akan biasa saja. Mungkin kalau baru datang dari negeri bersalju, suhu harian 15 derajat celcius itu biasa ya. Tapi untuk yang biasa dengan suhu harian 30 derajat celcius, penurunan suhu ini langsung terasa sampai ke tulang-tulang hehehe. Saya perhatikan beberapa orang masih berani pakai celana pendek dan baju lengan pendek. Tapi ya mungkin saja belum keburu beli baju hangat atau punya persediaan lemak tebal untuk menghangatkan badan haha.

Beberapa hari ini, udaranya cukup dingin walaupun kami menutup semua pintu dan jendela. Karena tidak punya pemanas, yang bisa dilakukan adalah memakai baju yang cukup tebal dan selimut ketika tidur. Udara dingin begini, tentunya hemat air juga karena mandi cukup 1 kali sehari hahaha.

Musim dingin di Chiang Mai juga ditandai dengan banyaknya bunga bermekaran di pegunungan sekitar Chiang Mai. Musim dingin identik dengan musim jalan-jalan. Udara adem, biarpun banyak jalan kita tidak akan berkeringat. Selain jalan-jalan melihat keindahan alam, bulan Desember juga banyak kegiatan berlangsung di Chiang Mai. Acara maker party yang kami kunjungi kemarin hanya salah satu dari berbagai acara pameran, bazaar, fair, market maupun sale yang sedang berlangsung di Chiang Mai. Kegiatan sejenis ini biasanya akan banyak berlangsung sampai bulan Februari.

kualitas udara kurang bagus

Biasanya, musim dingin itu langitnya cerah dan bersih. Tapi saya perhatikan beberapa hari ini langitnya kurang bersih. Dan ternyata sepertinya entah dari mana asalnya, kualitas udara tidak terlalu bersih. Mungkin karena tidak ada hujan sama sekali, beberapa orang mulai membakar sampah kering.

Kalau dari prakiraannya, udara dingin begini hanya sampai pertengahan minggu ini. Setelahnya udara dingin hanya di malam hari, tapi siang hari udaranya bisa mencapai 30 derajat celcius ke atas lagi.

dingin akan berlalu

Biasanya sih kalau sudah merasakan yang dingin banget, baru deh gak bertanya-tanya lagi mana musim dinginnya. Walaupun nantinya udara siang bisa di atas 30 derajat celcius, biasaya udara sore dan malam maupun pagi menjelang siang cukup menyenangkan untuk berjalan-jalan.

Waktunya untuk mempersiapkan rencana tujuan jalan-jalan setiap akhir pekan, dan juga tujuan liburan akhir tahun.

Kdrama: Melt Me Softly, Extraordinary-You, When the Camellia Blooms dan Vagabond

Biasanya, saya hanya menonton drama Korea yang sudah selesai ditayangkan. Menonton drama yang masih tayang itu butuh kesabaran untuk menunggu lanjutannya seminggu kemudian. Tapi kalau nonton yang sudah selesai, dengan alasan penasaran, akhirnya jadi tidur larut keterusan nonton episode berikutnya (ini buat yang sering nonton film serial pasti tau lah rasanya).

Belakangan, saya akhirnya memilih untuk menonton serial yang masih ditayangkan. Drama korea biasanya tayang 2 episode setiap minggunya, dan karena rata-rata jumlah episode 16 – 20, paling lama 10 minggu juga sudah selesai mengikuti dramanya.

Awalnya saya hanya mengikuti Vagabond. Tapi liat di Netflix ada When the Camellia Blooms juga. Karena Vagabond itu tayangnya Sabtu – Minggu, sedangkan Camellia tayang Rabu – Kamis, saya pikir bisa juga nih ngikutin 2 drama sekaligus. Genre Vagabond dan Camellia ini berbeda sekali, jadi anggaplah untuk penyeimbang. Vagabond lebih ke aksi berantam, tembak-tembak, kekerasan dan lebih mirip dengan serial western. Kalau Camelia genrenya drama kehidupan dan ada sedikit cerita romantis dan unsur komedinya. Jadi lebih ringan dan saya pikir akan banyak klise-klise ala drama Korea.

Setelah mengikuti beberapa episode dari 2 serial tersebut, eh ternyata teman saya merekomendasikan Extraordinary You. Drama ini konsepnya menarik buat saya, karena walau menceritakan kehidupan anak SMA, tapi diceritakan kalau tokoh-tokohnya sebenarnya hidup dalam dunia komik dan mereka mendapatkan kesadaran kalau mereka hidup di dunia komik. Ada bagian di mana mereka ga punya kontrol terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan dan harus mengikuti apa yang dituliskan penulis, tapi di luar “stage”, mereka bebas untuk berkata dan berpikir hal lainnya. Tidak semua tokoh dalam film ini memperoleh kesadaran. Buat yang sadar mereka tinggal di dunia komik, mereka akan tetap ingat apa yang terjadi di luar stage, tapi untuk yang tidak punya kesadaran, mereka tidak punya ingatan apapun yang terjadi di luar stage.

Nah, setelah mengikuti 3 serial on going, ternyata masih ada waktu lagi buat ngikutin serial Melt Me Softly. Sinopsis Melt Me Softly tentang orang yang di bekukan lalu cair 20 tahun kemudian membuat saya tertarik. Ide ceritanya berbeda dengan ide cerita kdrama pada umumya.

Nah, kebetulan 4 serial yang saya ikuti itu berakhir pada masa yang bersamaan. Dari 4 drama tersebut, hanya Camellia yang benar-benar menarik untuk dilihat dari awal sampai akhir. Sedangkan Vagabond yang awalnya paling menarik, berakhir paling jelek. Melt Me Softly walau idenya bagus, tapi eksekusinya jelek dan konsisten jelek dari awal sampe akhir. Extraordinary You, di awal cukup menarik, agak tengah ada bagian membosankan, endingnya juga agak terlalu biasa dan too good to be true. Tapi ya namanya drama, masih bisa diterimalah daripada ending Vagabond ataupun Melt Me Softly.

Tadinya kepikiran untuk mereview drama-drama ini satu persatu, tapi sepertinya informasinya sudah cukup untuk memberi gambaran apakah drama tersebut cukup menarik untuk ditonton atau tidak (padahal alasan utama udah malas nulisnya hahaha). Setelah menonton 4 drama on-going, walau ada yang endingnya mengecewakan, tapi sepertinya menonton serial on-going lebih baik buat saya. Dari dulu juga mengikuti TV series biasanya 1 episode per minggu.

Mungkin kalau rajin kapan-kapan nulis review drama-drama lainnya hehehe. Sekarang waktunya mengurangi tontonan kdrama karena karena mau kembali dengan hobi lama seputar benang (merajut) dan kain (menjahit). Lagipula bulan Desember ini ada banyak acara yang menarik untuk dikunjungi di Chiang Mai, jadi lebih baik kita jalan-jalan daripada nonton melulu hehehe.

Chiang Mai Maker Party 2019

Acara maker party ini pertama kali kami kunjungi di tahun 2017. Ceritanya ada sedikit dalam posting di sini. Tahun lalu kami mengunjungi juga tapi tidak kami tuliskan, dan tahun ini untuk ke-3 kalinya kami mengunjungi acara maker party. Biasanya selalu ada yang menarik untuk anak-anak walaupun sebenarnya acaranya bukan acara anak-anak.

Hadiah buat pemenang balapan mobil AI Racing

Apa sih maker party itu? Ini acara untuk menampilkan hasil karya para pencipta (maker). Biasanya sih kebanyakan berhubungan dengan IoT, tapi tahun lalu ada juga yang berhubungan dengan seni, bahkan saya ingat ada yang berkaitan dengan benang dan kain juga.

sumber: https://www.facebook.com/events/618117872049524/

Tahun ini topiknya AI for makers. Acara puncaknya ada balap mobil-mobilan yang mana masing-masing mobil-mobilan ini diprogram dengan AI (niru self driving cars). Begitu sampai di tempat acara, Joshua dan Jonathan langsung lihat ada mobil-mobilan remote control dan gak mau pindah dari sana sampe lama. Padahal, mobil-mobilan yang mereka mainkan itu bukan termasuk mobil-mobilan yang akan diperlombakan buat balapan, hehehe.

Lanjutkan membaca “Chiang Mai Maker Party 2019”