Big Bad Wolf di Chiang Mai

Hari yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Sejak beberapa minggu lalu sudah berencana buat ke acara Big Bad Wolf Book Sale yang pertama kali diadakan di Chiang Mai. Selama ini cuma dengar ceritanya saja. Sebenarnya, buku di rumah sudah banyak, masih banyak juga yang belum selesai dibaca, tapi rasanya sulit menolak kesempatan melihat lautan buku.

Lautan Buku BBW Chiang Mai

Jadwal BBW itu seharusnya dimulai tanggal 30 November – 9 Desember 2018, tapi untuk hari ini mereka membuka untuk presales buat sebagian yang mendapatkan VIP Pass. Tapi kalau dilihat lagi, mereka tidak terlalu mengecek apakah yang datang punya VIP Pass atau tidak. Bagusnya datang hari ini masih belum terlalu ramai dan bisa lebih leluasa untuk browsing buku.

Lanjutkan membaca “Big Bad Wolf di Chiang Mai”

SosMed, Dulu dan Sekarang

Ini masih nyambung dengan nostalgia dulu dan sekarang e-mail, tapi sekarang mau bahas jejaring pertemanan alias sosmed. Masa awal internet mulai bisa dipakai umum, dengan segala pembahasan positif dan negatif, kebanyakan orang masih menjaga anonimitas. Sekarang ini dunia online sudah jadi ekstensi keberadaan kita di dunia nyata.

Pertama kali join jaringan pertemanan Friendster. Friendster awalnya jauh berbeda dengan Facebook sekarang. Jari kita menambahkan teman, dan diharapkan kita memberi testimony mengenai teman kita tersebut. Friendster berusaha menggabungkan platform blog juga ke jaringan pertemanannya, saya juga sempat ngeblog di Friendster, tapi pada akhirnya saya memilih kembali ke blog ini.

Lanjutkan membaca “SosMed, Dulu dan Sekarang”

Thanksgiving Day, Loy Kratong dan Yi Peng Festival di Chiang Mai

Hari ini, hari Kamis ke-4 dalam bulan November, orang Amerika merayakan Thanksgiving Day. Hari ini, malam bulan purnama di bulan ke-12 kalendar Lunar Thai, orang Thailand merayakan Loy Kratong. Loy kratong juga diikuti dengan Yee Ping Festival yang jatuh pada malam bulan purnama bulan ke-2 kalendar Lanna. Hari ini 22 November 2018, bukan hari libur di Thailand, walaupun banyak kegiatan berlangsung terutama di sepanjang sungai.

Di Chiang Mai, banyak expat dari berbagai negara dan tentunya juga banyak yang dari Amerika. Sangkin banyaknya, di Chiang Mai sampai ada konsulat Amerika segala. Hari ini beberapa restoran yang biasa menyajikan makanan Amerika dan hotel memanfaatkan momen yang ada untuk menjual paket dinner Thanskgiving Day, dan buat yang lokasinya dekat dengan sungai Ping, mereka memanfaatkan untuk menjual tiket makan malam perayaan Loy Kratong dan Yi Peng Festival.

Dampak dari beberapa perayaan jatuh di hari yang sama yang paling terasa adalah: banyak jalanan macet. Kalau saja ga punya kegiatan wajib, rasanya lebih baik ga usah kemana-mana. Akses jalan ke rumah kami, yang terdekat itu melewati daerah sungai Ping, dan kalau sudah begini, harus siap-siap kena macet.

Lanjutkan membaca “Thanksgiving Day, Loy Kratong dan Yi Peng Festival di Chiang Mai”

Perjalanan sebuah Stroller

Stroller ini kami beli second hand dari orang yang anaknya sudah tidak mau duduk di stroller lagi. Menurut ceritanya mereka memiliki stroller ini selama 6 tahun dan dipakai oleh ke-2 anaknya. Kami membelinya ketika Joshua mulai bisa duduk, sebelum dia setahun sampai akhirnya beberapa bulan ini dia tidak mau lagi duduk si stroller karena sudah kesempitan. Stroller jaman Jonathan terlalu ringkih untuk membawa Joshua yang sejak kecil beratnya selalu diatas grafik anak seumurnya. Stroller bekas Jonathan kami berikan ke tukang pijet yang cucunya waktu itu sudah bisa duduk.

Kalau dipikir-pikir, stroller ini sudah di bawa ke banyak tempat. Keluarga yang menjual stroller ini ke kami bukan asli Chiang Mai, dan sepertinya dalam 6 tahun pastilah sudah banyak beberapa perjalanan dengan stroller ini. Kami saja yang memakainya sekitar 3 tahun, sudah membawa ke Indonesia beberapa kali. Yang jelas sudah dibawa ke Depok maupun ke Medan.

Lanjutkan membaca “Perjalanan sebuah Stroller”

Chiang Dao

Hari ini, kami jalan-jalan ke Chiang Dao bareng temen-temen Indonesia di Chiang Mai. Cuma 4 keluarga Indonesia, ga sebanyak rencana semula. Tapi ada 1 teman dari teman, keluarga Thai Singapura, jadi total ada 9 orang dewasa dan 7 anak-anak berusia antara 3.5 tahun – 8 tahun.

Doi Chiang Dao

Chiang Dao lokasinya gak jauh dari Chiang Mai sekitar 80 km atau 1.5 jam driving, tapi ini kali pertama buat kami ke sini. Kami berangkat santai, sekitar jam 10 dari rumah, dan karena berhenti dulu di jalan, kami sampai di penginapan sekitar jam 12 siang. Kami menginap di Chiang Dao Story Camp,  tidak jauh dari tujuan wisata Chiang Dao Cave.

Sebagian dari rombongan memilih tenda dan sebagian tinggal di bungalow sederhana. Setelah menurunkan bawaan, kami memutuskan untuk makan siang di dekat tempat wisata tujuan utama di Chiang Dao, Selesai makan dan istirahat, sekitar jam 2.30 kami pun memutuskan masuk ke Goa di Chaing Dao.

Bungalow di Chiang Dao Story Camp
Lanjutkan membaca “Chiang Dao”

No Smoking Please

Beberapa hari lalu saya baca artikel mengenai akan adanya pelarangan merokok di tempat umum di Thailand. Tempat umum yang dimaksud termasuk diluar kafe ataupun restoran. Sejak beberapa tahun yang lalu sudah ada pelarangan merokok di dalam tempat makan dan hanya boleh di luar gedung, tapi nantinya di luar gedungpun ada batasan harus lebih dari 5 meter dari pintu masuk.

sumber: https://www.thairath.co.th/content/1412801

Selain restoran, peraturan ini juga akan berlaku untuk gedung condo, apartemen, hotel, tempat laundry, rumah ibadah, salon, bioskop, gedung parkir ataupun tempat pijet. Basically semua tempat umum akan ada batasan area dilarang merokoknya. Kalau dulu saya perhatikan denda untuk yang merokok dikenakan 2000 baht, sekarang dendanya sebesar 5000 baht.

Sumber: https://www.thairath.co.th/content/1412801

Saya punya alergi terhadap bau rokok. Sejak sampai di Chiang Mai rasanya senang sekali karena di sini sangat sedikit orang merokok dibanding di Indonesia dulu. Seingat saya, setiap pulang ke Indonesia, baru sampai di gedung airport yang tertutup dan ber – AC, sudah terasa bau asap rokok. Saya bicara dulu, karena saya berharap sekarang ini di Indonesia sudah lebih baik mengenai peraturan daerah bebas rokok. 

Beberapa tahun terakhir ini, pernah juga di Chiang Mai keluar dari bandara ada bau rokok. Waktu tinggal di condo juga pernah beberapa kali merasakan bau rokok kalau lagi berada di balkon, mungkin ada tetangga yang dulu merokok di balkon mereka. Tapi secara keseluruhan, walaupun mungkin banyak yang merokok di sini, saya ga pernah terlalu terganggu dengan bau asap rokok seperti waktu di Indonesia. Saya pernah bilang ke Joe, mungkin sekarang ini yang merokok udah lebih banyak daripada waktu kami baru sampai Chiang Mai. Tapi kalau kata Joe, kemungkinan dari dulu juga ada, tapi karena semua ikut aturan jadi ga terlalu berasa mengganggu.

Saya masih ingat banget kalau ke BEC di Bandung, ruang ber AC tertutup dan jelas-jelas banyak tulisan dilarang merokok dan akan di denda (saya lupa berapa dendanya), dan hampir seluruh lantai terutama lantai basement bau rokoknya sangat berasa sekali. Di dalam mall di Indonesia juga banyak tempat di dalam restoran disediakan tempat merokok di bagian dalam, yang walaupun mungkin ada exhaust fan untuk mensirkulasikan udara keluar, tetap saja ada bau yang lolos ke bagian lain dari mall.

Untuk kalangan perokok, mungkin peraturan baru di Thailand ini akan merepotkan mereka, tapi untuk saya dan non smoker lainnya, tentunya peraturan ini sangat disambut gembira. Nantinya saya tidak perlu lagi merasakan bau asap rokok setiap keluar dari gedung tertentu terutama airport. Sejauh ini, yang saya lihat, perokok di Thailand cukup tertib dan taat aturan walaupun saya ga tahu seberapa banyak orang yang pernah kena denda karena melanggar peraturan. Semoga saja nantinya dengan adanya aturan baru, perokok di Thailand tetap mengikuti aturan dengan tertib.

Peraturan ini akan mulai diberlakukan 90 hari sejak dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Thailand. Mari kita lihat kelanjutan penerapan dari peraturan ini 90 hari sejak 9 November 2018. Siapa tahu, karena adanya peraturan ini, beberapa orang bikin resolusi tahun 2019 untuk berhenti merokok daripada kena dendan 5000 baht hehehe.

Google Trip – Travel planner

Kami bukan traveler, tapi ya senang juga jalan-jalan sesekali. Trus kalau ada rencana travel itu, kebanyakan waktu habis untuk browsing menyusun rencana perjalanan dan tempat-tempat untuk dikunjungi. Karena kami bukan traveler sejati dan bawa anak masih kecil-kecil, kami berusaha realistis kalau menyusun rencana perjalanan itu dalam 1 hari untuk tidak terlalu banyak menargetkan mengunjuni banyak tempat. 

Sebelum berangkat ke HongKong bulan September yang lalu, karena banyak kesibukan sebelum berangkat dan terlalu banyak informasi yang perlu dibaca, saya udah pusing duluan dan menyerah hahaha. Joe menyuruh saya menginstal aplikasi Google Trip di HP saya, dan aplikasi ini sangat bermanfaat untuk menyeleksi informasi yang terlalu banyak sebelumnya.

Tadinya saya sudah hampir lupa dengan aplikasi Google Trip ini, tapi karena ada rencana mau jalan-jalan dengan teman-teman di sini ke Chiang Dao (yang sebenarnya dekat dari Chiang Mai tapi kami belum pernah kunjungi), jadi teringat lagi dengan aplikasi ini. Bisa saja sebenarnya googling untuk mencari tempat menarik untuk dkunjungi, tapi ada terlalu banyak hasil pencariannya dan lagi-lagi saya jadi ga fokus.

Google Trip ini menambahkan data perjalanan kita secara otomatis dari  Gmail kita. Waktu menginstalnya pertama kali, semua pesanan tiket pesawat yang sebelumnya (dan memang gak pernah saya hapus) muncul dalam daftar trips saya. Jadi bisa ingat lagi, kapan aja kami pulang ke Indonesia, atau kapan kami travel ke kota lain.

Selain trip yang di ekstrak otomatis dari email pesanan pesawat dan hotel, sebenarnya kita bisa juga menambahkan sendiri tujuan wisata kita untuk membaca-baca atau merencanakan apa yang mau dilakukan dan dikunjugi. Kalau kita sudah membuat tujuan perjalanan kita, ada pilihan untuk mengunduh semua informasi yang kita butuhkan. Pilihan ini tentunya untuk memudahkan kalau misalnya di tempat tujuan kita tidak ada internet.

Untuk setiap kota tujuan, selain bisa melihat nomor pemesanan tiket pesawat ataupun hotel, kita juga bisa membaca-baca apa saja hal-hal yang bisa dilakukan di kota tujuan, usulan rencana perjalanan, kupon diskon dan juga daftar restoran untuk makan dan minum. Semua informasi yang tersedia ini sebenarnya hampir mirip dengan membaca trip advisor, ataupun mencari di google. Bedanya semua sudah dikategorikan dan di filter, jadi bacanya juga enak. Informasi sebuah tempat juga dilengkapi dengan review dan peta lokasi yang kalau kita pilih langsung bisa dibuka di google maps.

Biasanya, kalau lagi mau traveling, email konfirmasi pesanan akan saya forward juga ke Joe (dan sebaliknya), dengan aplikasi Google Trip kita bisa juga membagikan informasi pemesanan. Kalau yang kita kirimkan menginstall aplikasi ini di HP nya, dia akan bisa membaca informasi yang sama dengan yang kita lihat. Nantinya kita bisa juga menyimpan lokasi yang kira-kira menarik untuk dikunjungi, atau bahkan membuat rencana perjalanan harian sendiri ditambahkan ke dalam aplikasi ini.

Akhir tahun ini kami juga ada rencana pulang ke Indonesia, belum tau juga apakah sempat banyak jalan-jalan selama di Indonesia. Tapi nanti kalau lagi santai, jadi bisa baca-baca siapa tahu ada informasi menarik mengenai tempat-tempat untuk dikunjungi atau makanan yang direkomendasikan. Karena aplikasi ini mengumpulkan data dari internet, kebanyakan yang akan muncul itu kalau memang ada yang menuliskannya di internet. Semoga ada banyak orang yang rajin menulis review soal tempat-tempat di Indonesia.